Suriah di Tangan Oposisi
Damaskus, ibu kota Suriah resmi jatuh ke tangan oposisi Suriah yaitu HTS (Hayat Tahris al-Sham). Dengan jatuhnya ibu kota Suriah, Damaskus maka berakhirlah kepemimpinan Basyar al-Asad. Mantan presiden yang didukung oleh Rusia, Iran dan Lebanon tersebut melarikan diri ke Moskow dan dilindungi oleh Moskow. Akan tetapi keberadaan Basyar al-Asad belum dikonfirmasi secara jelas oleh pihak Rusia maupun pemerintahan Suriah. Pemerintahan Suriah telah jatuh ke tangan oposisi bersenjata yaitu HTS. Hayat Tahrir al-Sham ini merupakan sempalan organisasi teroris al-Qaeda. Kemunculan al-Qaeda sendiri sebenarnya adalah kelompok teroris yang didirikan dan mendapat dukungan Amerika. Pendirian kelompok ini ditujukan untuk mengacaukan perpolitikan Timur-Tengah. Akan tetapi dalam perjalanannya al-Qaeda tidak sejalan dengan Amerika akhirnya al-Qaeda dilabeli sebagai organisasi teroris.
Kejadian di Suriah memang sangat ruwet. Banyak faksi yang bermain di Suriah. Kejatuhan Basyar al-Asad dari kursi kepresidenan Suriah merupakan akhir dari gerakan Arab Spring yang bergulir sejak 2011. Arab Spring diciptakan oleh Amerika dan Barat untuk menggulingkan pemerintahan negara di Timur Tengah yang tidak sejalan dengan agenda mereka. Negara seperti Iraq, Libya, Mesir dan Suriah menjadi target Amerika dan Barat karena negara tersebut tidak sejalan dengan agenda Amerika dan Barat. Dari keempat negara tersebut yang berhasil lolos dari gerakan Arab Spring hanya Suriah. Akan tetapi Suriah akhirnya jatuh juga ke tangan gerakan Arab Spring.
Isu yang dimainkan dalam mengacak-acak Timur Tengah adalah isu antar golongan yaitu Sunni vs Syi'i. Dengan memainkan isu golongan tersebut masyarakat Timur Tengah saling bantai walaupun sesama muslim. Di lain pihak Israil terus menjajah Palestina bahkan ingin melenyapkan Palestina untuk mendirikan Israil raya. Genosida Israil terhadap Palestina semakin menjadi-jadi karena tidak adanya dukungan terhadap Palestina dari negara di dunia apalagi negara Arab. Dukungan untuk Palestina hanya didapat dari Iran, Suriah, Lebanon dan Rusia yang merupakan seteru utama Amerika dan Israil.
Mengapa Suriah sampai jatuh ke tangan oposisi HTS padahal ada Rusia dan Iran di belakang mereka?
HTS adalah organisasi teroris yang didukung oleh Turki. Turki adalah anggota NATO pimpinan Amerika. Lihatlah di saat masyarakat dunia mengecam genosida Israil terhadap Palestina, Turki masih saja mengirimkan senjata dan kebutuhan lainnya ke Israil. Di saat negara dunia mengecam dan menghentikan pengiriman senjatanya ke Israil, Turki dengan bebasnya mengirimkan senjata ke Israil. Benar ada pembelaan oleh Erdogan -Presiden Turki- terhadap Palestina akan tetapi hanya omong belaka. Memang Turki ini bisa dikatakan bermuka dua dalam kancah percaturan politik internasional.
HTS ini dipimpin oleh Mohammad al-Golani. Namanya aslinya bukan Mohammad al-Golani. Nama aslinya adalah Ahmed al-Sharaa. Lahir di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai oleh Israil. Dataran Golan adalah wilayah Suriah yang sampai sekarang dikuasai oleh Israil sejak perang Zom Kippur tahun 1973. Mulai tahun 2021 Ahmed al-Sharaa mengganti namanya dengan Mohammad al-Golani. Dia lahir tahun 1982. HTS bermarkas di Idlib yaitu salah satu provinsi Suriah yang berbatasan dengan Turki. Semua persenjataan HTS dipasok oleh militer Turki. Memang Turki berambisi untuk menguasai Damaskus. Sebelum berubah menjadi HTS, kelompok ini bernama Jabhah an-Nusro yang merupakan cabang dari al-Qaeda. Tahun 2014 Jabhah an-Nusro melancarkan serangan ke pemerintah Suriah dan menguasai Aleppo yaitu kota terbesar kedua di Suriah. Bahkan nyaris menumbangkan presiden Basyar al-Asad. Kemudian Basyar al-Asad minta bantuan ke Rusia untuk mengusir teroris tersebut. Rusia pun datang membantu Basyar al-Asad dan tahun 2017 semua kelompok teroris dipukul mundur dari semua provinsi di Suriah.
Selain HTS ada gerakan partai Kurdistan yang disebut dengan PKK. PKK ini didukung penuh oleh Amerika. PKK bermarkas di kota Daer al-Zour. Daer al-Zour adalah pusat minyak bumi di Suriah. Daer al-Zour ini dikuasai oleh Amerika dan pangkalan militer Amerika di Suriah ada di kota ini. Amerika mendirikan kilang minyak di Daer al-Zour. Hasil minyak ini diangkut ke Amerika. Partai Kurdistan ini dipersenjatai oleh Amerika. Sementara Turki menganggap PKK sebagai oposisi pemerintah yang harus dilenyapkan. Militer Turki selalu mengejar dan menyerang PKK ini karena dianggap mau mendirikan negara merdeka sendiri.
Hizbullah yang didukung oleh Iran juga ada di Suriah. Hizbullah ini mendukung penuh kekuasaan Basyar al-Asad. Kehadiran Hizbullah di Suriah untuk membendung Israil yang sudah menguasai dataran tinggi Golan dan juga mengamankan jalur pasokan senjata kepada pejuang Palestina -Hamas-. Letak strategis Suriah untuk mendukung gerakan perlawanan Palestina membuat Iran dan Hizbullah mempertahankan keberadaannya di Suriah. Suriah berbatasan langsung dengan Israil dan Lebanon.
Israil ingin menguasai Suriah karena Suriah termasuk wilayah yang dinamakan Tanah yang dijanjikan dalam ajaran Yahudi. Israil adalah anak emas Amerika di Timur Tengah. Memang negara ini diciptakan oleh Inggris dan Amerika untuk mengontrol perpolitikan di Timur Tengah. Israil juga mendukung oposisi Suriah untuk menumbangkan Basyar al-Assad karena presiden ini menentang agenda Israil, Amerika dan Barat di Timur Tengah.
Kejatuhan presiden al-Assad sangat cepat sekali. Mungkin pengamat politik tidak mampu meraba kejadian yang begitu cepat ini. Merujuk dari negara yang bermain dalam perpolitikan Suriah yaitu Turki, Amerika, Israil, Rusia dan Iran maka secara politik internasional sudah bisa ditebak. Kejatuhan presiden Basyar al-Asad adalah permainan negara tersebut. Lihatlah ketika HTS mulai menyerang Aleppo, semua negara yang terlibat di Suriah tersebut bertemu kecuali Rusia. Turki, Amerika dan Israil bertemu. Dilain pihak ada pertemuan antara Turki dan Iran. Patut diduga bahwa pertemuan tersebut untuk memuluskan kejatuhan presiden Al-Assad. Sementara Rusia yang menjadi beking utama Suriah tidak mampu mempertahankan lagi karena di lain pihak Rusia juga berperang sendiri di Ukraina. Selain di Ukraina juga mendukung negara di Afrika seperti Niger, Kongo mengusir untuk penjajah Prancis.
Secara politik internasional, Suriah adalah lokus perang antara Amerika, NATO vs Rusia dan Iran. Lihatlah bagaimana presiden terpilih AS, Donald Trump langsung memberikan selamat kepada Pangeran William Inggris ketika Damaskus jatuh dan presiden Basyar al-Asad tumbang. Begitu juga presiden Prancis, Emmanual Macron memberikan selamat kepada HTS atas kemenangannya di Suriah. Apalagi Turki yang sejak awal mendukung dan mempersenjatai HTS langsung merayakan kemenangan HTS di berbagai kota di Turki dengan meneriakkan Turki menguasai Damaskus.
Apakah HTS akan melawan Israil yang saat ini sudah menyerang wilayah Suriah dan mendudukinya? Sejak awal para pengikut HTS meneriakkan slogan akan membantu gerakan perlawanan Palestina dan memasuki Israil untuk membebaskan al-Quds. Gerakan perlawanan Palestina saat ini hanya dibantu oleh Hizbullah dari Iran. Hamas walaupun beraliran Sunni dibantu penuh oleh Hizbullah dan Houti dari Yaman yang beraliran Syi'i. Apakah HTS benar akan membantu gerakan perlawanan Palestina dan membebaskan al-Quds?
Merujuk statemen pimpinan HTS setelah menguasai Damaskus dan menumbangkan presiden Basyar al-Assad, Mohammad al-Golani, HTS tidak akan melawan Israil. HTS akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israil. Statemen ini bagai petir di siang bolong. Ternyata slogan oposisi Suriah yang meneriakkan anti Israil dan akan membebaskan al-Qud hanya lip service belaka untuk menarik simpati masyarakat Islam ahli sunnah saja. Itulah politik. Pemerintahan transisi Suriah ini akan dihadapkan pada ketidakstabilan politik di dalam negeri karena banyaknya oposisi di Suriah. HTS akan menghadapi PKK yang didukung penuh oleh Amerika. Belum lagi fiksi dalam HTS sendiri. Di saat yang sama Israil sudah menguasai wilayah utara Suriah dan membangun zona penyangga.
Kali ini Suriah sudah jatuh di tangan Amerika dan NATO. Tinggal Iran saja yang masih berdiri kuat di Timur Tengah yang melawan Amerika dan sekutunya. Apakah Iran akan kuat melawan Amerika dan sekutunya di saat negara tetangganya sudah menjadi antek Amerika?
Bagaimana dengan Palestina? Palestina tinggal menghitung hari. Apakah gerakan perlawanan Palestina mampu bertahan melawan genosida Israil. Semua negara pasti akan diam. Negara tetangga Palestina saja diam apalagi negara yang jauh. Negara di dunia akan berpikir ulang ketika harus mendukung Palestina. Israil adalah anak emas Amerika. Negara di dunia tidak ingin mengalami nasib seperti Iran dan Suriah.
Semoga negara-negara Timur Tengah segera berbalik arah mendukung gerakan perlawanan Palestina untuk membebaskan Palestina dari genosida Israil.