Negosiasi
Perlu diketahui sekarang pihak Indonesia sedang melakukan negosiasi dengan pihak Amerika terkait dengan pemberlakuan tarif resiprokal Trump. Tidak hanya Indonesia akan tetapi semua negara sekarang melakukan negosiasi dengan pihak Amerika untuk menyelesaikan masalah tarif resiprokal ini. Hanya Tiongkok yang tidak mau negosiasi. Pemberlakuan tarif resiprokal ini merupakan inisiatif presiden Amerika, Donald Trump. Tarif resiprokal diberlakukan kepada semua negara dunia yang berhubungan dagang dengan Amerika. Tarif ini bertujuan untuk mencari keadilan dalam perdagangan menurut Donald Trump. Tarif resiprokal bertujuan untuk mengatasi agar dalam perdagangan antara Amerika dengan negara lain tidak terjadi ketimpangan. Ketimpangan yang dimaksud adalah tidak ada yang dirugikan. Hubungan yang saling menguntungkan inilah yang dimaksudkan dari tarif resiprokal. Mengapa tarif resiprokal ini dilawan oleh semua negara yang berhubungan dagang dengan Amerika? Selama ini perdagangan dunia selalu dikuasai oleh pemilik modal besar. Perdagangan dunia bersifat kapitalistik. Modal besar dan pengusaha besar akan selalu menguasai perdagangan dunia. Persaingan usaha pun tidak sehat karena pemilik modal selalu berusaha untuk mempengaruhi kebijakan negara agar memihak pada pemodal besar. Masalah tersebut tidak hanya terjadi dalam sebuah negara akan tetapi sudah mendunia dan tersistem secara rapi. Sering kita jumpai produk perusahaan internasional membanjiri suatu negara dengan harga murah. Bahkan sebuah perusahaan asing memiliki dan menguasai pasar negara tertentu. Iklim perdagangan seperti inilah yang tidak sehat dan tidak adil karena negara yang dibanjiri oleh produk perusahaan negara lain tersebut tidak berdaya untuk menolak. Inilah sebenarnya yang ingin dirubah oleh presiden Amerika itu.
Donald Trump adalah presiden yang lebih mengutamakan negaranya daripada negara lain. Kepentingan nasional lebih diutamakan daripada kepentingan negara lain. Kebijakan Trump bertolak belakang dengan kebijakan presiden Amerika sebelumnya. Trump tidak ingin cawe-cawe dengan urusan dalam negeri negara lain. Trump ingin dunia berlaku adil. Akan tetapi faktanya ketika Trump memberlakukan tarif resiprokal ternyata kepentingan Amerika begitu kuat untuk menguasai sebuah negara. Penguasaan disini adalah penguasaan ekonomi bukan penguasaan secara politis. Untuk melawan tarif resiprokal inilah semua negara kecuali Tiongkok mengedepankan negosiasi agar tarif tersebut bisa dirubah.
Indonesia sebagai negara berkembang dan selalu surplus ketika berdagang dengan Amerika menjadi salah satu target tarif resiprokal Trump. Tidak main-main tarif yang dikenakan mencapai 36% untuk semua barang yang dieksport ke Amerika. Tarif itu sebenarnya lebih rendah dibandingkan tarif barang Amerika yang diimport oleh Indonesia sebesar 62%. Akibat kebijakan tarif resiprokal semua barang dari Indonesia mengalami kenaikan harga di Amerika. Amerika menjadi salah satu negara tujuan eksport Indonesia. Barang eksport ke Amerika tersebut adalah furniture, alas kaki, sepatu, tekstil dan lain sebagainya. Amerika menjadi tujuan utama eksport furniture Indonesia. Dengan adanya tarif resiprokal ini otomatis harga furniture Indonesia semakin mahal di Amerika. Untuk mengatasi tarif tersebut, Indonesia membentuk tim negosiator yang dipimpin oleh menteri perdagangan. Apa hasil tim negosiator tersebut? Semua media sudah memberitakan bahwa tim negosiator bisa dikatakan gagal total menegosiasikan tarif tersebut. Hasilnya tarif lebih tinggi. Tarif semula 36% menjadi 47%. Memang belum bisa dikatakan gagal karena hasil negosiasi ini belum berlaku. Ada waktu 60 hari untuk melaksanakan hasil negosiasi. Tragisnya lagi pihak Amerika minta untuk menghilangkan GPN dan QRIS. Mengapa GPN dan QRIS harus dihapuskan karena menurut pihak Amerika kedua hal tersebut menghambat perdagangan. Tidak hanya GPN dan QRIS saja yang menghambat perdagangan menurut pihak Amerika akan tetapi bea cukai, divestasi saham perusahaan asing minimal 51% ke pihak pemerintah Indonesia, TKDN -Tingkat Kandungan Dalam Negeri- dan lain sebagainya.
Masalah yang disampaikan oleh pihak Amerika ini berujung pada penguasaan ekonomi Indonesia oleh Amerika sekaligus melemahkan ekonomi Indonesia. Contoh sederhana mengapa GPN -Gerbang Pembayaran Nasional- dan QRIS -Quick Response Code Indonesian Standard- harus dihilangkan? Perlu diketahui bahwa GPN adalah sistem untuk mengintegrasikan berbagai macam sistem pembayaran di Indonesia sehingga pembayaran dapat dilakukan secara efisien dan inter operasi antar bank dengan berbagai instrumen pembayaran. Sistem ini khusus bank-bank di Indonesia. Sistem ini lebih efisien dan tidak ada lagi biaya tambahan dalam bertransaksi. Sementara QRIS fungsinya hampir sama dengan GPN. QRIS mempermudah pengguna untuk melakukan transaksi dengan aplikasi pembayaran digital pilihan mereka tanpa perlu menyediakan uang tunai atau kartu. QRIS ini khusus transaksi di Indonesia akan tetapi sekarang diperluas dalam skala ASEAN. Pengguna yang melakukan transaksi dengan QRIS maka tidak perlu lagi menggunakan kartu kredit semacam Visa atau Master Card. Fungsi GPN dan QRIS untuk melindungi ekonomi Indonesia agar perputaran uang tetap di Indonesia. Selama ini ketika warga Indonesia bertransaksi menggunakan kartu kredit harus melalui visa atau master card. Kedua perusahaan tersebut adalah milik Amerika. Ketika bertransaksi menggunakan produk kedua perusahaan tersebut, pengguna dikenakan biaya tambahan. Biaya tambahan itulah yang lari ke Amerika. Biaya tambahan itu menguntungkan pihak Amerika. Kalau GPN dan QRIS dihapus maka ekonomi Indonesia akan menguntungkan Amerika. Belum masalah TKDN, divestasi saham 51% bagi perusahaan asing. Tim negosiasi Indonesia tidak perlu menyetujui keinginan pihak Amerika. Kalau perlu batalkan saja negosiasi itu karena hasilnya menyengsarakan ekonomi Indonesia. Biarkan tarif 36% berlaku. Solusinya cari pasar lain selain Amerika.
Ingat pepatah "dunia tidak selebar daun kelor". Carilah negara selain Amerika. Betul populasi Amerika nomor 4 dunia akan tetapi ada negara lain yang membutuhkan bahan baku dari Indonesia. Galang kekuatan dengan negara lain dan tinggalkan Amerika. Saya yakin jikalau semua negara di dunia bersatu melawan Amerika maka Amerika akan sengsara. Bagaimana tidak sengsara? Kebutuhan dalam negeri Amerika tidak akan terpenuhi dari dalam negeri sendiri. Barang itu harus didatangkan dari negara lain. Jika negara di dunia tidak mau menjual ke Amerika otomatis kebutuhan barang tersebut tidak akan terpenuhi.