Pasar
Entah sejak kapan terminologi pasar ini muncul. Menurut beberapa sejarawan kosakata pasar ini berasal dari bahasa Persia sekarang Iran yaitu Bazar yang artinya adalah tempat jual beli. Sementara menurut sejarawan lainnya pasar berasal dari bahasa Tamil India yaitu pasar. Pasar sebagaimana kita tahu merupakan tempat berinteraksinya penjual dan pembeli. Awal mula pasar digunakan untuk barter komoditi yang diperlukan warga. Mereka tidak membawa uang akan tetapi membawa komoditi yang akan ditukar dengna komoditi lain yang mereka butuhkan. Dalam perkembangannya kemudian ada transaksi berupa uang. Kemunculan pasar di Nusantara menurut beberapa literatur terjadi waktu kerajaan Kutai Kertanegara sekitar abad ke-5 Masehi. Pasar saat itu digunakan untuk barter komoditi antara penduduk lokal dengan pelancong dari Tiongkok. Lokasinya ada di pinggir laut atau sungai karena waktu itu laut merupakan arus utama perdagangan dan lalu lintas manusia serta barang. Pasar di Jawa entah sejak kapan dimulai. Pasar di Jawa berbeda dengan pasar di daerah lain. Pasar di Jawa identik dengan pasaran atau pekan. Kalau kita menjumpai pasar di Jawa maka ada hari tertentu yang pasar itu ramai karena memang saat itu adalah pasarannya.
Pasar di Jawa memang ada karena pasarannya. Dalam tradisi Jawa ada namanya pasaran yaitu konsep dalam budaya Jawa yang digunakan untuk meramalkan keberuntungan, menentukan hari-hari yang paling baik untuk melaksanakan berbagai kegiatan, dan mengidentifikasi karakteristik pribadi berdasarkan hari kelahiran. Pasaran ada 5 yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Sering kita dapati pasar dalam bahasa Jawa ada penamaanya sendiri-sendiri seperti pasar Wage, pasar Kliwon, pasar Senen, pasar Legi, pasar Pahing dan sebagainya. Penamaan tersebut mengacu pada adanya pasar. Misal pasar Kliwon maka pasar tersebut akan ada transaksi penjual dan pembeli pada pasaran Kliwon. Selain pasaran Kliwon maka tidak ada transaksi penjual-pembeli. Begitu juga Pasar Pahing maka tiap pasaran Pahing pasar tersebut ada. Kondisi tersebut lama ada di Jawa terutama daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konsep pasaran yang berjumlah 5 itulah yang kemungkinan tempat bertemunya penjual-pembeli dinamakan pasar. Kosakata pasar tidak berasal dari bahasa Persia maupun Tamil akan tetapi memang murni penamaan yang dipengaruhi oleh konsep pasaran dalam budaya Jawa. Lihatlah semua pasar tradisional yang masih kental pengaruh budaya Jawa. Pasar tersebut akan buka jika sesuai pasarannya. Seiring perkembangan zaman pasar tidak hanya ramai ketika pasaran saja akan tetapi tiap hari karena semakin banyak populasi manusia dan kebutuhannya. Pasar tradisional begitulah sekarang orang menyebutnya. Pasar ini biasanya terdapat di sekitar desa. Kebutuhan penduduk desa dipenuhi dari pasar desa ini. Maka dahulu setiap desa punya pasar sendiri karena untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa tersebut. Pasar tradisional ini masih bertahan sampai sekarang walaupun sudah banyak pasar modern dan supermarket dan lain sebagainya. Pasar modern atau super market tidak bisa menggantikan fungsi pasar tradisional. Mengapa? Pasar tradisional dikunjungi oleh semua penduduk mulai dari yang miskin, kaya, rakyat biasa maupun pejabat. Pasar merupakan salah satu tempat berinteraksi antar warga desa. Ketika mereka pergi ke pasar maka sama saja mereka bertemu dan berkumpul sesama warga. Dalam kondisi bertemu ini mereka saling cerita dan bercengkerama satu sama lainnya. Sembari mencari barang kebutuhan sehari-hari sembari bertemu dan berkumpul dengan sesama. Inilah fungsi pasar tradisional. Pasar tidak hanya sebagai tempat jual-beli belaka akan tetapi pasar juga merupakan sarana bertemu, berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Pasar tidak hanya bersifat ekonomi saja akan tetapi juga sosial, politik dan kemasyarakatan. Berbeda dengan pasar modern yang memang hanya untuk kepentingan ekonomi saja. Pasar modern kehilangan ruh interaksi antar manusia. Ketika masuk pasar modern atau supermarket sangat terasa manusia diperlakukan hanya sebagai objek ekonomi tidak lebih dari itu. Berbeda dengan pasar tradisional. Ketika masuk pasar tradisional manusia tidak hanya diperlakukan sebagai manusia ekonomi saja akan tetapi juga sebagai mahluq sosial dan politik. Inilah mengapa pasar tradisional tidak bisa begitu saja digusur atau diganti dengan pasar modern atau supermarket. Pasar tradisional sangat bernuansa kekeluargaan. Sementara pasar modern dipenuhi dengan nuansa individual.
Begitulah kondisi pasar saat ini. Pasar modern tidak akan pernah bisa menggusur pasar tradisional karena memiliki fungsi yang berbeda.