Puncel
Puncel adalah salah satu nama desa di wilayah paling utara Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Desa Puncel berbatasan langsung dengan Kabupaten Jepara. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegalombo dan Desa Wedusan. Sebelah Barat Desa Clering Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tegalombo dan Desa Kembang. Topografi desa Puncel daratan, perbukitan dan pesisir. Ada 5 dukuhan di desa Puncel yaitu Krajan, Cengkihan, Ngarengan, Gunungrejo dan Tawangrejo. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, petambak dan nelayan. Jumlah populasi penduduknya tahun 2023 sekitar 7.138 jiwa yang mayoritas memeluk agama Islam. Asal muasal desa Puncel belum ada sumber tertulis yang menunjukkan asal usul berdirinya desa ini. Ada beberapa versi cerita terkait dengan desa Puncel.
Puncel menurut beberapa cerita berasal dari kata empune nercel artinya dukunnya banyak. Memang mayoritas penamaan suatu daerah di pulau Jawa didasarkan pada sesuatu yang menjadikan desa tersebut terkenal seperti dinamakan Sendangrejo karena banyak sendang (mata air) di daerah tersebut. Diakui oleh masyarakat dahulu bahkan sampai sekarang banyak dukun di daerah Puncel makanya dinamakan Puncel. Baru akhir-akhir ini profesi dukun itu berkurang drastis di desa Puncel seiring dengan penyebaran agama Islam. Dulu Puncel adalah markas utama VOC kompeni Belanda di wilayah pantai utara Jawa Tengah bagian Timur. Ini tidak terlepas dari adanya perjanjian antara Sultan Amangkurat II (Adipati Anom) dengan VOC Belanda yang diwakili oleh Cornelis Janzoon Speelman pada tahun 1677 yang selanjutnya disebut perjanjian Jepara. Perjanjian Jepara dilatarbelakangi adanya usaha Adipati Anom (anak Sultan Amangkurat I) untuk meredam perlawanan (dalam sejarah disebutkan pemberontakan bukan perlawanan karena yang menulis waktu itu adalah pujangga dari keraton sehingga perlawanan Trunojoyo disebut dengan pemberontakan) Adipati Raden Trunojoyo terhadap Kesultanan Mataram. Isi dari perjanjian Jepara tersebut menyatakan bahwa daerah-daerah pesisir utara Jawa mulai Karawang sampai ujung timur digadaikan kepada VOC sebagai jaminan biaya perang menumpas perlawanan Trunojoyo. Akhirnya Trunojoyo kalah dan terbunuh maka semua daerah pesisir utara pulau Jawa mulai Karawang sampai ujung timur dimiliki oleh VOC.
Wilayah pesisir utara Jawa Tengah bagian timur markas VOC berada di daerah Puncel ke Barat. Ini dibuktikan masih adanya peninggalan VOC di desa Puncel dan sekitarnya. Sebelah barat desa Puncel berdiri benteng Portugis yaitu benteng untuk mempertahankan wilayah Jawa dari serangan Jepang waktu perang dunia kedua. Benteng Portugis ini ada di kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. Kemudian di Desa Puncel ada komplek yang digunakan untuk markas militer dan kelengkapannya seperti asrama tentara, perumahan pegawai, rumah sakit, sekolahan, tempat ibadah yaitu gereja dan lain sebagainya. Peninggalan VOC kompeni Belanda di desa Puncel masih bisa dilihat dan dinikmati sampai sekarang seperti pasar pandek yaitu pasar yang didirikan oleh seorang VOC Belanda, Van Der Gleck. Orang menyebutnya pasar pandek karena yang mendirikan adalah Van Der Gleck. Pasar pandek sampai saat ini masih berdiri dan ramai setiap pasaran. Rumah Van der Gleck pun masih ada yaitu di sebelah barat pasar. Rumah van der Gleck sekarang dijadikan rumah sinderan (pegawai Perhutani). Pasar pendetan yaitu pasar Puncel. Orang desa menyebutnya pasar pendetan karena yang membuat dahulu adalah para pendeta Belanda. Ada lagi komplek rumah sakit dan juga pendidikan yang sekarang menjadi sekolah BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik indonesia). Semua peninggalan Belanda sekarang dimiliki oleh Yayasan Kristen. Kompleks VOC kompeni Belanda dahulu sangat luas sekali bahkan satu desa Puncel merupakan kompleks militer VOC. Bahkan penduduk desa Puncel masih ada keturunan Belanda ataupun Portugis. Penduduk yang berbola mata biru masih bisa ditemukan di daerah Puncel dan sekitarnya.
Secara sejarah Puncel belum ada sumber tertulis yang pasti sehingga sumber berdirinya desa Puncel masih berdasarkan cerita lisan dari sesepuh desa Puncel. Cerita dari sesepuh desa Puncel didasarkan pada cerita dari nenek moyangnya dan seterusnya. Latar belakang cerita itupun berbeda-beda antar satu sesepuh dengan sesepuh lainnya. Akan tetapi ada kesamaan bahwa cerita berdirinya desa Puncel memang disebabkan adanya dukun yang merajalela di daerah tersebut. Sementara tokoh pendiri desa Puncel pun tidak ditemukan dalam cerita foklor tersebut. Hanya saja ada cerita dari beberapa sesepuh bahwa perjuangan orang tua dahulu melawan penjajahan Belanda. Perlawanan terhadap penjajah itu kemungkinan sekitar tahun 1900-an. Jadi jauh setelah VOC menguasai desa Puncel. Mungkin ada catatan sejarah dari VOC akan tetapi tidak pernah diungkapkan. Cerita sesepuh itu bahwa ada tokoh yang melawan penjajah waktu itu namanya Asyhar yang sekarang diabadikan menjadi nama masjid Desa Puncel. Asyhar ini adalah tokoh yang berasal dari Ngawen Kabupaten Blora. Kemudian dia berkelana dan menetap di Desa Puncel. Saat menetap di Puncel dia diambil menantu sama tokoh desa Puncel yaitu Dongo Singo. Ketika di desa Puncel, Asyhar ini menyebarkan agama Islam dan menentang penjajahan Belanda. Asyhar mempunyai pondok pesantren yang santrinya berasal dari desa setempat dan sekitarnya. Saat penjajahan dia selalu dicari dan akan ditangkap oleh penjajah Belanda. Suatu saat dia ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan. Sampai meninggalnya dia dikebumikan di sebelah masjid Puncel. Inilah tokoh yang muncul dalam cerita sesepuh. Ada lagi makam yang dikeramatkan oleh orang Puncel yaitu makam habib Ahmad bin Alwi. Lokasi makamnya ada di dukuh Puncel tambak. Menurut cerita penduduk sekitar, makam itu tiba-tiba muncul sendiri. Awalnya makam itu berada di bawah rerimbunan pohon bambu kemudian beberapa tokoh dikasih tahu lewat mimpi bahwa itu makam tokoh besar akhirnya makam itu dibangun. Menurut penelusuran orang pintar bahwa tokoh tersebut berasal dari Tuban yang menyebarkan Islam ke Pulau Jawa. tokoh itu berasal dari Yaman. Penamaan makam dengan nama Habib Ahmad bin Alwi itupun berdasarkan konsultasi dengan orang pintar dan ditanyakan kepada habaib. Kemungkinan habaib mempunyai catatan penyebar Islam di pulau Jawa sehingga diketahui nama dan silsilahnya dan lokasi makamnya.
Desa Puncel sangat luas sekali. Lokasi pasar Puncel sebenarnya sudah dipisahkan oleh desa Tegalombo. Menurut beberapa sumber desa Tegalombo merupakan pemekaran dari desa Puncel akan tetapi pasar yang ada di wilayah Tegalombo tetap menjadi milik desa Puncel. Sehingga sekarang bisa dilihat bahwa pasar Puncel berada di desa Tegalombo. Kehidupan penduduk desa Puncel sangat damai. Ada hutan karet di sebelah barat desa Puncel. Mayoritas mata pencaharian warga Puncel adalah bertani bahkan sekarang lahan pertanian sangat luas karena adanya program perhutanan sosial yaitu lahan hutan dikelola oleh warga pinggir hutan. Jalan desa sudah mulus. Pembangunan di desa Puncel sangat bagus. Sayang sekali jalan antar kecamatan sering rusak karena dilewati truk pengangkut batu setiap hari. Warga Puncel hidup damai walaupun ada dua pemeluk agama di desa tersebut. Mereka saling tolong menolong. Sering kita jumpai dalam satu keluarga keyakinan mereka berbeda-beda. Warga Puncel tambak mayoritas mata pencahariannya adalah nelayan dan petambak. Ada tempat pelelangan ikan di desa Puncel. Tempat pelelangan ikannya juga besar dan ramai. Tiap tahun ada acara kabumi yaitu sedekah bumi atau memperingati berdirinya desa yang diselenggarakan oleh pihak desa. Ketika kabumi ini suasana desa sangat ramai seperti hari raya Idul Fitri dalam Islam. Ada acara karnaval, syukuran dan lain sebagainya. Setiap warga merayakan berdirinya desa sesuai dengan keyakinannya masing-masing. inilah potret dari desa Puncel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.