Gerak Penghulu
Bertempat di KUA Kecamatan Pati seluruh penghulu kabupaten Pati hadir mengikuti workshop Gerak Penghulu Sejuta Catin siap Cegah Stunting yang diadakan secara daring oleh PP APRI (Asosiasi Penghulu Republik Indonesia) dan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) pada Kamis, 26 September 2024. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang diadakan oleh PP APRI bekerja sama dengan BKKBN sebagai upaya untuk menangani masalah stunting di negeri ini.
Kegiatan ini juga merupakan rangkaian kegiatan yang diadakan oleh PP APRI dalam rangka memperingati milad (kelahiran) Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) ke-5. Milad APRI sebenarnya sudah lewat karena kelahiran APRI diperingati setiap bulan Agustus akan tetapi masih menjadi perdebatan masalah tanggalnya. Bahkan milad APRI yang keberapa pun masih ada yang memperdebatkan karena kelahiran APRI sebenarnya pada tanggal 9 Desember 2014 ketika ada munas luar biasa di wisma Sejahtera Surabaya. Cikal bakal APRI sebenarnya adalah respon penghulu seluruh Indonesia terhadap kasus Romli dari Kediri. Ketika itu Romli adalah penghulu sekaligus kepala KUA yang dikriminalisasi gegara biaya pernikahan. Berangkat dari kasus inilah kemudian terbentuk APRI. Keabsahan APRI baru diakui ketika tahun 2019 dengan disahkannya AD/ART dan diakui oleh Kementerian Agama sebagai organisasi profesi.
Kembali ke kegiatan workshop Gerak Penghulu. Workshop ini diadakan sebagai respon penghulu terhadap masalah stunting di Indonesia yang angkanya masih tinggi sekitar 21,5 % pada tahun 2023 berdasarkan data Kementerian Kesehatan. Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih pendek dari rata-rata anak seusianya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. PP APRI sebagai organisasi profesi penghulu bekerja sama dengan BKKBN yang menangani masalah keluarga berpartisipasi dalam upaya penurunan angka stunting yang ditarget menurun pada tahun 2024 ini sekitar 14%. Gerakan ini melibatkan seluruh penghulu se-Indonesia yang berjumlah sekitar 10 ribu orang. Penghulu menempati posisi yang sangat strategis dalam menangani masalah stunting ini karena langsung bersentuhan dengan calon pengantin. Tanpa ada gerakan workshop pun penghulu sudah memegang kunci penting dalam penurunan angka stunting. Faktor kemunculan stunting sudah bisa dideteksi sejak awal ketika mau nikah. Ketika mau menikah pasangan calon pengantin harus periksa ke puskesmas sebagai syarat melaksanakan pernikahan. Dari sinilah pihak kesehatan dan petugas pernikahan akan mengetahui bibit-bibit kemunculan stunting. Jika dalam pemeriksaan kesehatan ada indikasi kemunculan stunting maka bisa diatasi sedini mungkin agar tidak muncul masalah stunting di kemudian hari. Inilah posisi strategis penghulu sebagai pendeteksi dini kemunculan stunting.
Walaupun penghulu tidak langsung berkaitan dengan kesehatan akan tetapi jika ada indikasi kemunculan stunting maka penghulu bisa memberikan pembinaan dan pendampingan kepada calon pengantin yang terindikasi bisa memunculkan stunting. Salah satu faktor kemunculan stunting adalah kawin di bawah umur alias kawin anak. Untuk mengatasi masalah kawin anak adalah adanya bimbingan calon pengantin dan bimbingan remaja usia sekolah. Bimbingan ini bisa dilaksanakan oleh penghulu. Upaya preventif cegah kawin anak ini bisa dilaksanakan sejak dini dan bisa dilaksanakan oleh penghulu.
Gerakan cegah kawin anak untuk pencegahan stunting memang harus digalakkan karena begitu tingginya angka stunting di Indonesia. Semua stake holder harus bergerak bersama, saling berkolaborasi demi menuju generasi yang sehat.
Selamat milad APRI ke-5.
Bersama penghulu semua masalah berlalu.