BPS
BPS (Badan Pusat Statistik) menjadi lembaga yang populer akhir-akhir ini. BPS menjadi sorotan pengamat ekonomi dan netizen di tanah air. BPS adalah satu-satunya badan pemerintah yang berfungsi mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyajikan dan memberikan pelayanan data statistik. Apa yang membuat BPS menjadi terkenal akir-akhir ini?
Ihwal BPS menjadi badan terkenal akhir-akhir ini tentunya terkait dengan tugas, pokok dan fungsinya. Sebagai badan yang mengurusi data statistik tentunya BPS mempunyai semua data negara. BPS terkenal karena angka-angka yang dirilis ke publik. Ada dua hal yang membikin BPS menjadi terkenal yaitu release angka kemiskinan Indonesia dan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kepopuleran pertama terkait angka kemiskinan Indonesia. Angka kemiskinan Indonesia versi BPS hanya 8,47% atau 23,85 juta dari 280 juta penduduk Indonesia. Angka kemiskinan versi BPS ini berbeda jauh dengan angka kemiskinan versi Bank Dunia. Angka kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia mencapai 64% atau sekitar 190 juta penduduk Indonesia merupakan penduduk miskin. Perbedaan yang sangat jauh ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak. BPS pun angkat suara terkait perbedaan perhitungan angka kemiskinan versi BPS dan Bank Dunia. Standar pengukuran BPS untuk menetapkan angka kemiskinan berpatokan pada angka Rp. 20.000 per hari per orang. Sementara standar Bank Dunia adalah Rp. 103.000 per hari per orang. Perbedaan standar inilah yang membuat angka kemiskinan antara BPS dan Bank Dunia berbeda.
Kalau memakai standar angka Rp. 20.000 maka jumlah orang miskin di Indonesia hanya 23.85 juta sementara menurut Bank Dunia jumlah orang miskin Indonesia sebanyak 190 juta. Standar Rp. 20.000 per orang per hari adalah standar pengeluaran tiap hari. Jika mengacu standar BPS ini maka orang miskin Indonesia itu jika pengeluaran Rp. 20.000 sehari. Standar Rp. 20.000 ini tidak masuk akal dan jauh dari kenyataan. Uang Rp. 20.000 hanya bisa untuk makan sekali di kota. Perhitungan Rp. 20.000 ini hanya untuk hitungan makan saja sementara selain makan tidak dihitung. Artinya orang miskin Indonesia itu dihitung makannya saja sementara baju, kendaraan, alat komunikasi tidak dihitung. Artinya orang miskin Indonesia berdasarkan standar BPS hanya bisa makan dan tidak berpakaian, jalan kaki menapak tidak pakai sandal atau sepatu, tidak pakai Hp dan lain sebagainya. Standar ini sangat tidak masuk akal.
Berbeda dengan standar Bank Dunia yang memang layak dan masuk akal.
Kepopuleran kedua adalah angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. BPS merilis bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kwartal kedua 2025 sebesar 5,12 %. Angka ini juga diragukan oleh banyak ahli ekonomi dan lembaga ekonomi dunia. Menurut ahli ekonomi dan lembaga ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,7-4,9%. Tak pelak perbedaan angka pertumbuhan inilah yang membuat BPS dirujak oleh netizen.
Netizen Indonesia merupakan netizen yang sangat reaktif terhadap apapun dan komentarnya terkenal pedas. BPS yang mempunyai kepanjangan Badan Pusat Statistik diplesetkan menjadi Biar Prabowo Senang, Biar Paduka Senang bahkan ada yang memplesetkan menjadi Badan Pembohong Sejagat.
Memang hidup di zaman digital dan disrupsi harus siap mental. Kalau tidak siap mental jangan sekali-kali bikin gaduh.