Dandangan
Dandangan adalah tradisi yang dilakukan oleh orang Kudus setiap menjelang Ramadhan tiba. Tradisi Dandangan berasal dari suara bedug yang ditabuh yang menghasilkan suara dang-dang (ayo-ayo). Dari suara bedug yang ditabuh inilah kemudian dikenal tradisi dandangan. Awal mula tradisi dandangan berasal ketika jaman Sunan Kudus. Pada jaman Sunan Kudus ketika akan memasuki bulan suci Ramadhan semua santri Sunan Kudus datang berduyun-duyun di halaman depan masjid Sunan Kudus -sekarang Masjid al-Aqsho- untuk menanti pengumuman dari Sunan Kudus kapan datangnya bulan suci Ramadhan. Saking banyaknya santri yang datang membuat halaman masjid penuh dan momentum seperti itu dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menggelar barang dagangannya.
Awal datangnya bulan Ramadhan waktu itu ditandai dengan pemukulan bedug bertalu-talu yang bisa didengar di sekitar masjid Sunan Kudus. Memang waktu itu belum ada teknologi untuk mengabarkan suatu berita. Salah satu media untuk mengabarkan atau menandai sesuatu adalah dengan cara memukul bedug atau kentongan agar bisa didengar banyak orang. Pemukulan bedug atau kentongan juga digunakan untuk menandai masuknya waktu sholat, waktu sahur dan lain sebagainya. Tradisi pemukulan bedug atau kentongan untuk menandai terjadinya sesuatu sampai sekarang dilestarikan oleh masyarakat Jawa walaupun sudah ada media teknologi untuk mengabarkan sesuatu. Tradisi dandangan dimulai sekitar tahun 1549 M. Ketika itu Sunan Kudus mengundang seluruh santrinya termasuk Sultan Trenggono dari Demak, Sultan Hadirin dari Jepara, Sultan Ario Penangsang dari Jipang Blora dan lain sebagai untuk hadir di Masjid Sunan Kudus dalam rangka mendengarkan pengumuman dimulainya bulan suci Ramadhan. Awal bulan suci Ramadhan diumumkan sendiri oleh Sunan Kudus dan ditandai dengan pemukulan bedug yang ada di menara Masjid Sunan Kudus.
Tradisi dandangan ini sudah tercatat sebagai warisan budaya tak benda sejak ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 29 Oktober 2021. Setiap menjelang Ramadhan, pemerintah kabupaten Kudus pasti mengadakan tradisi dandangan ini. Awal mula traadisi dandangan adalah bersifat religius akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman, tradisi yang seharusnya kental dengan aroma relegius ini bergeser menjadi tradisi yang berorientasi ekonomi. Ketika diadakan tradisi dandangan banyak pedagang yang datang bahkan sekarang sudah diatur sedemikian rupa tempat untuk para pedagang. Semua bentuk dan macam dagangan tersedia di area tradisi dandangan. Tradisi ini merupakan tradisi rakyat yang sudah begitu melekat di hati warga Kudus. Dandangan digelar ketika 10 hari sebelum Ramadhan tiba. Sekarang nuansa dandangan tidak hanya nuansa religi dan ekonomis saja akan tetapi sudah dimodifikasi. Dalam tradisi dandangan sekarang ada sentuhan budaya, edukasi, hiburan dan pariwisata. Pemerintah Kabupaten Kudus mengundang semua stake holder dan umkm untuk hadir meramaikan tradisi milik pemerintah Kudus ini. Dandangan tidak hanya tradisi akan tetapi sudah menjadi festival tahunan yang melibatkan banyak orang.
Semoga tradisi dandangan tidak melenceng dari awal munculnya tradisi ini yaitu menunggu pengumuman awal bulan Ramadhan. Jangan sampai tradisi yang sarat dengan nuansa religi ini berubah menjadi tradisi yang penuh dengan nuansa bisnis ekonomi. Selamat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1445 H.