Mualaf
Pagi menjelang siang itu perempuan muda pergi menemui lebe atau modin atau sekarang disebut dengan kasi pelayanan dalam SOTK desa yang baru. Dengan berbalut baju rapi dan kerudung yang dipakai sambil membawa tas yang berisi berkas kependudukan, perempuan muda tersebut semangat sekali mengayunkan kakinya menuju ke rumah modin. Tidak lupa minta restu kepada orang tua dan saudara-saudaranya.
Sesampai rumah modin, perempuan muda tersebut mengutarakan keinginannya untuk beralih keyakinan dari keyakinan lamanya ke keyakinan baru. Modin adalah tokoh agama Islam di desa. Asal muasal kosakata modin berasal dari bahasa Arab imamuddin -Pemimpin Agama Islam-. Karena lidah Jawa akhirnya hanya terpanggil menjadi modin. Modin inilah yang mengurusi hal ikhwal urusan umat Islam di desa. Tidak diketahui secara pasti kapan munculnya kosakata modin ini akan tetapi ada satu kitab atau buku yang berjudul Primbon Imamuddin yang ditulis oleh K. H. Bisri Mustofa dari Rembang Jawa Tengah. Buku ini berbahasa Arab pegon yaitu tulisan Arab akan tetapi bunyi bahasa Jawa atau lebih mudahnya bahasa Jawa yang ditulis dengan aksara Arab.
Kembali ke perempuan muda tadi. Keinginan pindah ke keyakinan baru sudah lama diinginkan oleh perempuan tersebut. Latar belakang keinginan tersebut memang lahir dan atas dasar kesadaran dirinya sendiri. Tidak ada pemaksaan atau sebab lain yang melatarbelakangi keinginan itu. Biasanya keinginan pindah keyakinan baru tersebut dilatarbelakangi karena akan menikah dengan calonnya yang beragama Islam. Setelah menjelaskan keinginan tersebut, modin pun menyarankan untuk pergi ke tokoh agama walaupun dia sendiri mestinya bisa menuntun pembacaan dua kalimat syahadat sebagai syarat masuk Islam.
Setelah ketemu tokoh yang dimaksudkan dan mengutarakan keinginannya tersebut terjadilah dialog. Tokoh tersebut menanyakan apa latar belakang sampai memilih keyakinan baru yaitu agama Islam sampai seluk beluk keluarganya. Perempuan tersebut termasuk keluarga besar karena saudaranya 10 orang dan ada 2 orang yang muslim. Sementara kedua orang tuanya masih kukuh dengan keyakinan lamanya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya sudah berumur sekitar 67 tahun. Lingkungannya jarang yang memeluk Islam. Perempuan tersebut berada di lingkungan non muslim. Perempuan tersebut sangat taat terhadap keyakinan sebelumnya. Tiap seminggu sekali selalu pergi ke tempat ibadahnya. Entah apa yang melatarbelakangi perempuan tersebut untuk pindah keyakinan tidak dijelaskan terus terang kepada tokoh tersebut.
Tokoh tersebut menjelaskan bahwa menjadi mualaf sangat berat di awal-awalnya karena harus belajar aturan agama Islam. Harus belajar kepada kyai dan jangan hanya mengandalkan youtube atau media sosial lainnya. Begitu saran tokoh tersebut. Menjadi mualaf harus ada pembimbingnya. Setelah dibimbing pengucapan dua kalimat syahadat oleh tokoh tersebut, perempuan muda itu resmi menjadi mualaf.
Perjalanan pencarian kebenaran memang berliku-liku. Petunjuk menjadi muslim tidak serta merta didapatkan oleh seseorang melainkan melalui pencarian yang berliku-liku dan membutuhkan waktu. Berbeda dengan orang yang sejak kecil beragama Islam yang menurut pendapat kawan saya adalah beragama karena warisan bukan karena pilihan hati nurani sendiri dan bukan karena logika akal. Memang mayoritas muslim di negara ini beragama Islam sejak lahir dan jika ditanya mengapa memeluk agama Islam jawabannya beraneka macam tergantung masing-masing. Berbeda dengan mualaf di negara maju yang dilatarbelakangi karena pencarian ketuhanan yang lama dan berliku-liku dan berdasarkan ilmu pengetahuan serta atas kesadaran hati nuraninya.
Menjadi muslim tidak boleh menjelekkan keyakinan orang lain. Ajaran Islam melarang menjelek-jelekkan orang lain apalagi sebuah keyakinan. Begitulah pesan tokoh tersebut kepada perempuan muda yang baru menjadi mualaf itu. Menjadi seorang muslim adalah jika semua orang selamat dari lisan dan tangannya. Dalam era media sosial sekarang menjadi muslim jika semua orang selamat dari perkataan dan tulisannya. Begitulah budi pekerti seorang muslim. Orang Islam harus menebarkan kasih sayang, keselamatan dan nilai-nilai kemanusiaan kepada semua umat manusia. Tidak diperkenankan orang Islam mengobarkan perang dan membunuh sesama. Orang Islam harus menebarkan kedamaian kepada umat manusia.
Dalam pesan lanjutan, tokoh tersebut juga berpesan belajarlah sholat, bacaan sholat dan syarat-rukunnya. Sholat adalah manifestasi ketundukan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Sholat adalah komunikasi seorang hamba kepada Sang Pencipta. Dalam keadaan apapun, sholat harus dikerjakan. Menjadi muslim tidak hanya merubah status agama dalam dokumen kependudukan saja akan tetapi menjadi muslim adalah melaksanakan syariat dan ajaran-ajarannya.