Takbir Keliling
Rasanya tidak puas kalau tidak ada takbir keliling ketika malam hari raya Idul Fitri tiba. Begitulah yang dirasakan oleh kalangan muda di setiap desa. Takbir keliling menurut mereka sebagai wujud syiar Islam dan mengekspresikan kemenangan. Kemenangan di sini adalah kemenangan melawan hawa nafsu sebulan penuh di bulan Ramadhan. Takbir keliling dilarang sejak adanya covid 19 yakni sejak tahun 2020. Saat ini covid sudah berlalu dan momentum takbir keliling pun digaungkan kembali untuk diadakan secara besar-besaran. Ketika takbir keliling tidak jarang peserta memakai gaun layaknya karnaval. Ada juga yang diiringi dengan sound yang suaranya menggelegar itu. Bahkan ada semacam battle sound (perang sound system) antar peserta takbir keliling. Ada yang khusus menyewa sound system yang lagi ngetren yaitu sound horeg dari Jawa Timur itu. Walaupun harga sewa sound system tersebut tidak bersahabat di kantong tapi demi merayakan kemenangan tetap ditempuh.
Beberapa kabupaten/kota telah melarang adanya takbir keliling karena mengganggu lalu lintas. Apalagi kalau rute takbir keliling melewati jalan raya utama otomatis mengganggu lalu lintas. Ada kabupaten/kota yang membolehkan bahkan memfasilitasi pelaksanaan takbir keliling. Memang kebijakan antar kabupaten/kota berbeda-beda tergantung pemerintah setempat. Bagi kaum tua takbir keliling tidak ada manfaatnya karena beberapa kali takbir keliling selalu menimbulkan kegaduhan bahkan pertengkaran antar peserta takbir keliling. Di samping itu takbir keliling sudah tidak murni lagi untuk mengekspresikan kemenangan di malam hari raya fitri itu karena yang takbir bukan peserta takbir keliling akan tetapi kaset yang diputar di sound system itu. Bahkan takbirnya diiringi dengan lagu yang sudah diaransemen sedemikian rupa menyerupai lagu di cafe-cafe atau sekarang dikenal dengan DJ. Entah sejak kapan takbir itu diiringi oleh lagu DJ. Dahulu takbir keliling dilantunkan oleh peserta takbir dan tanpa sound system. Peserta takbir keliling membawa obor kemudian berjalan dengan melantunkan takbir. Sekarang sangat jauh berbeda. Peserta takbir keliling membuat mainan seperti karnaval dihiasi dengan pernak-pernik lampu yang sangat menarik. Kemudian pesertanya juga berhias layaknya karnaval. Sementara soundnya dibawa dengan truk untuk melantunkan takbir. Takbir keliling menjadi tontonan sepanjang jalan.
Lantunan takbir keliling yang diiringi dengan musik DJ membuat peserta takbir keliling ikut menggoyangkan tubuhnya seperti orang joget karena memang lagu DJ menarik seseorang untuk bergoyang. Kadang peserta takbir keliling juga membawa petasan dan minuman walaupun sudah dilarang oleh panitia. Inilah yang membuat takbir keliling sudah tidak sesuai dengan tujuan diadakannya takbir keliling. Wajar jika beberapa kabupaten/kota melarang adanya takbir keliling. Belum lagi kalau sound systemnya berjenis sound system horeg yang bisa menggetarkan dan merontokkan genting rumah penduduk. Walhasil takbir keliling memang harus dievaluasi. Kumandang takbir sebenarnya cukup dilakukan di masjid atau musholla agar masjid dan musholla tersebut ramai bukan mengumandangkan takbir di jalanan yang resikonya lebih banyak. Biaya pelaksanaan takbir keliling tidaklah sedikit dan membebani masyarakat. Lihatlah komentar salah satu warga yang dimintai sumbangan untuk menyewa sound system pelaksanaan takbir keliling. Dengan wajah memelas dan agak dongkol warga tersebut kecewa dengan pelaksanaan takbir keliling yang menggunakan sound system besar karena mengganggu masyarakat. Bahkan ada warga yang mengutuk perusakan jembatan hanya untuk bisa dilalui oleh truk yang membawa sound system untuk takbir keliling. Takbir keliling membuat masjid dan musholla kosong melompong karena semuanya ingin melihat takbir keliling.
Walhasil takbir keliling memang harus dievaluasi. Bukankah tanpa takbir keliling lantunan takbir tetap berkumandang di speaker masjid atau musholla? Bukankah tanpa takbir keliling kemeriahan Idul Fitri tetap terjaga?