Mobnas Maung
Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan kepada jajaran kabinetnya untuk menggunakan mobil dinas produksi dalam negeri. Salah satu merk mobil produksi dalam negeri yang diinginkan oleh presiden adalah Maung PT Pindad. Ya mobil Maung ini akan dijadikan mobil dinas (mobnas) para menteri, wakil menteri dan kepala badan kabinet Merah Putih.
Maung adalah rantis (kendaraan taktis) yang diproduksi oleh PT. Pindad. Sebenarnya Maung ini adalah kendaraan militer yang didesain untuk mobil sipil. Maung memang ada versi militer dan versi sipil. Sudah ada beberapa bupati yang memiliki Maung versi sipil sebagai kendaraan dinas kesehariannya. Lihatlah bupati Gunungkidul, Jember dan lain sebagainya. Spesifikasi Maung bisa dibaca di www.catatanridwan.id/Garuda-Limousine
Apakah Maung benar-benar produksi dalam negeri yaitu PT Pindad?
Menurut penjelasan eks komisaris PT Pindad yang sekarang menjadi kepala staff kepresidenan kabinet merah putih, Anto menyatakan bahwa mobil Maung belum 100% produksi dalam negeri. Masih ada 30% kandungan luar negeri. 30% itu dari Korea dan Jerman yaitu Ssangyong dan Mercedes benz. Mesin, lantai dasar dan kerangka masih tergantung produksi luar negeri. Selain itu semua sudah produksi dalam negeri.
PT Pindad memang belum bisa membuat mesin sendiri. Beberapa produksi PT Pindad mesinnya masih menggunakan mesin pabrikan luar negeri seperti mesin Toyota Hi-lux, Izusu D-Max, Renault dan lain sebagainya. Maung Limousine atau Maung Garuda basis mesinnya masih menggunakan Toyota Hi-lux. Begitu juga kendaraan angkutan pasukan (APC) Anoa masih menggunakan mesin pabrikan Renault Prancis.
Paling tidak dengan menggunakan produksi dalam negeri maka mobil made in dalam negeri akan terangkat pamornya. Bisa jadi Maung akan menjadi mobil nasional yang betul-betul 100 % produksi dalam negeri. Ini adalah awal dari rintisan mobil nasional.
Memang pada zaman Soeharto sudah ada usaha rintisan membuat mobil nasional. Waktu itu kerja sama dengan Korea Selatan. Mobil nasional waktu itu adalah mobil Timor yaitu mobil sedan yang harganya terjangkau masyarakat. Akan tetapi mobil Timor ini tidak laku di pasaran dan gagal menjadi mobil nasional karena krisis moneter.
Kemudian pada zaman Susilo Bambang Yudhoyono ada rintisan menjadikan mobil listrik sebagai mobil nasional. Ada gerakan pembuatan mobil listrik nasional. Lahirlah prototipe mobil listrik nasional seperti Selo, Gendhis, Tucuki, Ahmadi dan Mobil Anak Bangsa. Akan tetapi dalam perjalanannya mobil listrik nasional ini bermasalah dan berakibat dipenjaranya para pembuatnya. Saat itu prototipe mobil listrik nasional bikinan anak bangsa tidak kalah keren dibandingkan mobil listrik dari luar negeri. Tiongkok yang waktu itu belum membuat mobil listrik terpana dengan kemampuan anak bangsa membuat mobil listrik.
Proyek mobil listrik nasional pun gagal.
Kemudian pada zaman Joko Widodo ada usaha untuk membuat mobil nasional. Esemka digadang-gadang sebagai mobil nasional dan selalu dipromosikan oleh Joko Widodo. Esemka pun tenggelam tidak ada kabarnya.
Saat ini presiden Prabowo Subianto juga menggaungkan penggunaan mobil dinas produksi dalam negeri. Apakah Maung setelah menjadi mobil dinas akan menjadi mobil nasional?
Kalau Maung akan dijadikan mobil nasional maka harus memiliki persyaratan bahwa mobil tersebut harus versi sipil dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Harga Maung sekarang dibanderol sekitar 600 juta untuk versi militer dan versi sipil berkisar antara 400 jutaan-500 jutaan. Harga mobil yang nyaman di kantong masyarakat adalah kisaran 100-200 jutaan. Harga mobil segitu terjangkau oleh masyarakat kelas menengah. Apakah Maung akan memproduksi mobil yang seharga segitu. Wallahu a'lam.
Untuk menjadi mobil nasional, Maung mungkin masih jauh dari harapan. Pengembangan pembuatan mesin sendiri membutuhkan biaya riset yang besar. Belum lagi kompetitor dari luar negeri yang memproduksi mobil lebih canggih, nyaman dan harga terjangkau. Belum lagi adanya booming mobil listrik yang harganya sama dengan Maung dengan kelebihan fasilitas lebih canggih.
Penggunaan Maung hanyalah sebatas bahwa pemerintahan sekarang memihak kepada produksi dalam negeri. Dengan begitu pembuat mobil dalam negeri akan meningkatkan daya saingnya. Dengan mewajibkan Maung sebagai mobil dinas maka produksi Maung akan bertambah banyak. Sekarang saja produksi Maung dalam 100 sehari ke depan sudah menyentuh 5.000 unit.
Semoga PT Pindad segera bisa membuat mesin sendiri. Usaha Prabowo menjadikan Maung sebagai mobil dinas seperti usaha Malaysia mewajibkan setiap pejabatnya untuk menggunakan Proton sebagai mobil dinas. Proton menjadi mobil nasional Malaysia berawal dari mobil dinas akan tetapi sekarang Proton kalah saing dengan pabrikan lain. Proton pun tenggelam dan tidak ada gaungnya.
Semoga PT Pindad tidak ketinggalan zaman. Sekarang jamannya mobil listrik. Mau tidak mau PT Pindad harus membuat mobil listrik agar bisa bersaing dalam dunia otomotif. Mungkin PT Pindad perlu membuat perusahaan yang khusus membuat mobil versi sipil sehingga PT Pindad tidak terganggu kinerjanya tetap fokus ke bisnis kendaraan militer.