Muharram atau Suro
Baru saja kita merayakan tahun baru Hijriyah dan tahun baru Suro. Ada kawan yang bertanya sebenarnya Muharram atau Suro. Memang di masyarakat belum banyak yang belum bisa membedakan antara tahun baru hijriyah dengan tahun baru Jawa itu. Masyarakat menganggap bahwa tahun baru hijriyah yang diawali dengan bulan Muharram sama dengan tahun baru Jawa yang diawali dengan bulan Suro. Anggapan itu tidak menjadi masalah jika awal tahun barunya bersamaan. Menjadi masalah jika awal tahun barunya berbeda. Untuk tahun ini ada perbedaan mengawali tahun baru Hijriyah dan tahun baru Jawa tersebut.
Tahun baru hijriyah secara hisab jatuh pada hari Ahad, 07 Juli 2024. Saat ini hijriyah memasuki tahun 1446. Perhitungan tersebut didasarkan pada hijrahnya baginda Rasulullah Muhammad dari Mekkah ke Yatsrib atau Madinah sekarang. Sementara tahun baru Jawa pada tahun ini jatuh pada hari Senin, 08 Juli 2024. Saat ini tahun Jawa memasuki tahun 1958 TJ. Kalender Jawa diciptakan oleh Sultan Agung , Raja Mataram Islam pada tahun 1633 M.
Perubahan kalender Jawa yang semula memakai kalender Saka yang berdasarkan pergerakan matahari dirubah oleh Sultan Agung berdasarkan pergerakan bulan seperti kalender Hijriyah. Perubahan inilah yang membuat kalender Jawa nyaris sama dengan kalender hijriyah. Yang berbeda cuman tahunnya saja. Perubahan dari kalender Saka ke kalender Jawa tidak merubah tahunnya akan tetapi hitungan jumlah hari sama persis dengan kalender hijriyah karena berdasarkan pada peredaran bulan. Perbedaan kalender hijriyah dan kalender Jawa adalah nama bulan dan hari. Nama bulan kalender Jawa dimulai dari Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil awal, Jumadil lakir, rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Selo/Ngapit dan Besar. Sementara nama bulan kalender Hijriyah dimulai dari Muharram, Sofar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhiroh, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo'dah dan Dzulhijjah. Nama hari kalender Jawa nyaris sama dengan nama hari kalender Hijriyah. Nama hari kalender Jawa yaitu Ahad, Senin, Seloso, Rebu, Kemis, Jumah dan setu. Sementara nama hari kalender hijriyah adalah Ahad, Isnain, Tsulasa', Arbia', Khomis, Jum'at dan Sabtu. Perbedaan kalender Jawa dan kalender hijriyah adalah kalender Jawa menggunakan pancawara yaitu lima pasaran: legi, pahing, pon, wage dan kliwon.
Wajar saja jika awal bulan penanggalan Jawa dengan hijriyah nyaris sama karena sama-sama menggunakan peredaran bulan dalam menghitung penanggalannya. Penanggalan Jawa sudah diatur sedemikian rupa untuk menentukan awal bulan dan tahunnya. Sehingga tidak dijumpai perbedaan dalam menentukan awal bulan dan tahun. Berbeda dengan kalender hijriyah ada dua metode dalam menetapkan awal bulan yaitu hisab dan rukyah. Dua metode ini tidak selalu sejalan dalam menentukan awal bulan hijriyah. Metode hisab hanya menggunakan hitungan dalam menentukan awal bulan. Sementara metode rukyah harus melihat hilal untuk menentukan awal bulan. Perbedaan metode ini juga yang membuat awal bulan dalam kalender hijriyah berbeda. Contoh yang paling kentara adalah awal bulan Muharram 1446 yang baru saja terjadi. Secara hisab awal bulan Muharram 1446 H jatuh pada hari Ahad, 07 Juli 2024 sementara berdasarkan metode rukyah awal bulan Muharram jatuh pada hari Senin, 08 Juli 2024. Pemerintah pun menetapkan tahun baru hijriyah 1446 jatuh pada hari Ahad, 07 Juli 2024 berdasarkan hisab. Sementara ormas Nahdlatul Ulama mengumumkan bahwa tahun baru hijriyah jatuh pada hari Senin, 08 Juli 2024 berdasarkan rukyah. Inilah yang membuat bingung masyarakat maka wajar jika kawan saya tadi bertanya sebenarnya Muharram atau Suro karena memang awal tahunnya bersamaan.
Harusnya perdebatan tentang awal bulan hijriyah harus segera disudahi karena kalender itu membutuhkan kepastian. Kepastian itu dibutuhkan untuk menentukan masalah ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. Rukyatul hilal dilaksanakan hanya untuk penetapan ibadah semata seperti awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Selebihnya silahkan dengan menggunakan metode hisab.