Banyutowo
Banyutowo adalah satu desa yang ada di Kecataman Dukuhseti kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Jarak desa Banyutowo dengan ibu kota kecamatan sekitar 2. 5 Km. Daerah pesisir pantai utara Jawa ini mayoritas mata pencaharian warganya adalah nelayan. Ada pelabuhan besar dan tempat pelelangan ikan besar di desa Banyutowo. Secara bahasa Banyutowo berasal dari bahasa Jawa yaitu Banyu (air) dan towo (tawar). Entah sejak kapan desa tersebut dinamakan Banyutowo. Tak satupun warga desa ataupun sesepuh desa yang mengetahui muasal babad Banyutowo. Ada banyak versi tentang nama desa Banyutowo. Semua versi tidak bisa diverifikasi kebenarannya. Memang itulah kelemahan warga kita terhadap asal usul desa mereka. Saya yakin mayoritas warga desa di seluruh Indonesia tidak jauh beda dengan warga desa Banyutowo. Tidak tahu asal usul tanah kelahiran mereka apalagi mempunyai tulisan sejarah tentang asal usul tanah kelahirannya. Kelemahan literasi tulis warga kita memang sangat memprihatinkan. Sumber yang sampai sekarang bisa dipercaya adalah folklor (sejarah lisan) yang terus menerus dipelihara dan diceritakan kepada anak cucu kita. Kebenaran folklor masih dipertanyakan karena bukan tidak mungkin folklor ditambah dan dikurangi oleh si pembawa berita atau kisah tersebut. Sumber tertulis sangat minim untuk mengetahui asal usul sebuah desa kecuali desa tersebut memang dahulu menjadi daerah yang terkenal dan menjadi pusat keilmuan sehingga bisa mengabadikan sejarah desanya dalam tulisan.
Letak Banyutowo di pesisir utara laut Jawa. Daerah ini dulu terkenal dengan pelabuhannya. Sebelum ada pelabuhan Juwana di Kabupaten Pati, Pelabuhan Banyutowo adalah pelabuhan terbesar dan mengalahkan pelabuhan Pekalongan yang terkenal itu sekarang. Era 80-an Banyutowo seperti kota metropolitan karena banyaknya kapal nelayan bersandar di pelabuhan tersebut dari berbagai daerah. Tak pelak dengan banyaknya kapal nelayan berbagai ukuran yang bersandar maka memberikan berkah tersendiri bagi warga Banyutowo. Dari sinilah urat nadi kehidupan warga desa Banyutowo berdenyut. Semua perekonomian tumbuh seiring dengan banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang nota bene adalah nelayan kapal besar. Bongkar muat dan isi perbekalan kapal nelayan besar memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi warga Banyutowo. Keuntungan letak di pesisir dan adanya pelabuhan benar-benar menjadi berkah bagi warga Banyutowo. Semua barang bisa dijual dan mencari penghidupan sangat mudah. Magnet pelabuhan ini juga menarik warga dari sekitar Banyutowo untuk mengadu nasib ke desa Banyutowo sehingga menimbulkan dampak sosial yang tidak bisa dihindari. Dampak sosial negatif pun bermunculan di daerah Banyutowo. Muncul lokalisasi, prostitusi di sekitar pelabuhan dan muncul kelompok pengamanan atau preman di sekitar pelabuhan. Dampak negatif inilah yang membuat desa asal artis Soimah ini menjadi tidak nyaman. Semua ABK yang turun dari kapal ditarik uang pengamanan, begitu juga ada fee untuk menjaga kapal mereka. Pihak keamanan yang seharusnya mengamankan aset pelabuhan tidak bisa bergerak banyak karena kalah cepat dan kuat dengan kelompok preman ini. Tak jarang preman ini juga didukung oleh aparat sehingga sangat sulit untuk menghilangkan mereka.
Prostitusi pun menjamur di sisi kanan kiri pelabuhan. Kebutuhan biologis anak buah kapal yang lama tidak pulang dan tidak tersalurkan dimanfaatkan dengan baik oleh perempuan dari sekitar Banyutowo untuk memberikan service kepada ABK tersebut. Tak pelak banyak lokalisasi berdiri di desa Banyutowo. Dengan menjamurnya prostitusi ini menjadikan desa Banyutowo tidak aman secara sosial. Munculnya premanisme dan lokalisasi di desa Banyutowo menjadikan ABK tidak nyaman. Bagaimana mau nyaman? ketika mereka turun dari kapal ditarik fee dan uang pengamanan sementara ABK belum tentu punya uang. Begitu juga ketika mau isi ulang logistik ke kapal harus bayar jatah preman dan kapal tidak boleh sandar di pinggir dermaga akibatnya isi ulang perbekalan harus menyewa kapal kecil agar barang sampai ke kapal besar. Pengeluaran pun membengkak. Belum lagi munculnya prostitusi yang membawa penyakit bagi ABK. Karena alasan inilah kemudian banyak kapal besar yang tidak lagi sandar di pelabuhan Banyutowo dan beralih ke pelabuhan Juwana. Akibat sepinya kapal besar yang sandar otomatis perekonomian warga juga menurun dan bahkan melemah. Ketika masih ada kapal besar sandar geliat ekonomi luar biasa karena semua bisa dijadikan modal ekonomi. ABK butuh makan, minum, tempat istirahat, perbekalan dan lain sebagainya. Sepinya pelabuhan merupakan kematian bagi ekonomi warga Banyutowo. Preman yang semula merajalela akhirnya tidak ada pemasukan. Lokalisasi pun tutup karena tidak ada yang membutuhkan lagi.
Mayoritas warga Banyutowo memeluk agama Kristen. Dari sekitar tiga ribuan warga, separuhnya memeluk agama Kristen. Ada 4 gereja di Banyutowo. Penduduk asli mayoritas memeluk Kristen sementara pendatang memeluk Islam. Prosentase pemeluk Kristen dan Islam di Desa Banyutowo sekarang hampir sama. Awal mulanya mayoritas warga Banyutowo memeluk Kristen. Ada 3 ordo atau sekte Kristen di Banyutowo yaitu pengikut Gereja Injili Tanah Jawi (GITJ), Bethani dan Adven. Untuk aliran yang terakhir baru masuk Banyutowo setahunan. Walaupun ada banyak aliran di Banyutowo akan tetapi mereka sangat harmonis dan saling menjaga hubungan kekeluargaan. Tak jarang kita temui dalam satu rumah ada pengikut Kristen, Adven, Bethani dan Islam. Ketika hari raya masing-masing agama mereka juga mengucapkan selamat. Ada makam keramat di Banyutowo yaitu Habib Abdulrohman al-Ba'lawi. Makam ini sebenarnya ditemukan oleh warga Banyutowo ketika akan membuat saluran air dan ketika menggali tanah menemukan tulang-belulang. Kemudian tulang-belulang itu dibungkus kain kafan dan dimakamkan layaknya pemakaman Islam di dekat balai desa. Saat itu warga tidak tahu itu makam siapa. Tak lama kemudian datang Habib Lutfi bin Yahya dari Pekalongan dan menuju arah makam tersebut dan memberitahu warga bahwa ada makam auliya' di sekitar sini (makam baru tersebut). Kemudian Habib Lutfi berpesan untuk menjaga makam ini karena wali ini termasuk salah satu wali yang mempunyai karomah. Kemudian setelah kedatangan Habib Lutfi ini banyak peziarah dan habib-habib yang datang dari berbagai daerah menziarahi makam ini. Sampai sekarang makam ini dirawat oleh umat Islam Desa Banyutowo dan setiap tahun diadakan acara haul.
Di balai desa ada sumur yang airnya tawar. Keberadaan sumur ini juga tidak diketahui. Mungkin penamaan desa Banyutowo ini mengacu pada adanya sumber air tawar di balai desa ini. Sebuah kejadian di luar nalar manusia ada sumber air tawar di pinggir laut dimana semua sumber air se desa Banyutowo terasa asin atau payau. Sumber air tawar ini sering diambil orang sekitar Banyutowo untuk berbagai keperluan. Hebatnya lagi walaupun diambil terus-menerus oleh warga sumber air tawar ini juga tidak kering-kering. Cerita banyutowo (air tawar) di pinggir laut tidak hanya terjadi di desa Banyutowo saja akan tetpai juga terjadi di desa sebelahnya yaitu Dukuhseti, Puncel dan lain sebagainya. Cerita itupun tidak hanya cerita akan tetapi juga fakta. Entah kebetulan atau tidak setiap ada sumber air tawar di pinggir pantai itu ada makam keramat yang menurut warga sekitarnya adalah penyebar agama Islam di desa tersebut. Sementara sumber air di desa tersebut terasa asin atau payau. Cerita banyutowo pernah saya dengar dan buktikan sejak kecil yaitu di pantai Ngeboom kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Di pinggir pantai Ngeboom ada sumber air tawar walaupun itu muncul di tengah pantai. Konon menurut cerita kemunculan air tawar itu adalah tuah sakti dari tongkat Sunan Bonang yang ketika menancapkan tongkatnya kemudian dicabut maka keluarlah air tawar tersebut. Kebenaran dari cerita tersebut wallahu a'lam bishowab.
Metropolitan dan kosmopolitan Banyutowo sudah pudar dan hilang tanpa bekas. Sekarang metropolitan dan kosmopolitan hanya meninggalkan bekas dalam bentuk kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan peduli sesama. Perekonomian yang mengangkat warga desa sekarang hanya menyisakan kemiskinan. Banyutowo sekarang seperti desa lain di Kecamatan Dukuhseti. Banyutowo sekarang hanyalah sebuah cerita. Banyutowo sebuah riwayat desa metropolitan di pantai utara Jawa Kabupaten Pati.