Ibrahim Raisi
Nama Ibrahim Raisi -ada yang menuliskan Ebrahim Raisi, saya lebih suka menulis dengan huruf I dibandingkan dengan huruf E - pasti dikenal oleh masyarakat seluruh dunia sekarang. Apalagi kalau terkait dengan negara zionis Israil. Ya Ibrahim Raisi adalah presiden Iran mulai tahun 2021 sampai kematiannya 19 Mei 2024 gegara kecelakaan helikopter yang ditumpanginya di wilayah pegunungan Azerbaijan Timur tepatnya provinsi Varzaqan. Seluruh media massa dan media online memberitakan kematian presiden pemberani ini. Siapakah sebenarnya Ibrahim Raisi ini. Ibrahim Raisi yang juga dikenal sebagai Sayyid Ebrahim Raiso-Sadati, lahir pada 14 Desember 1960 di Mashad, Iran. Beliau adalah seorang ulama, ahli hukum Islam dan politikus konservatif yang menjabat sebagai presiden Iran tahun 2021 sampai 2024. Ibrahim Raisi dilahirkan di pusat Syiah dua belas. Pendidikan agama dan intelektualnya berada di kota Qum yaitu pusat utama pendidikan Syiah. Raisi aktif dalam penggulingan rezim Shah Pahlezi yang didukung oleh Amerika tahun 1978-1979. Tahun 1980-an menjadi jaksa muda di Teheran kemudian 2019-2021 menjadi kepala peradilan Iran. Tahun 2021 sampai 2024 menjadi presiden Iran.
Kematian presiden Iran yang mengalami kecelakaan di pegunungan Varzaqan Azerbaijan Timur sangat ramai diperbincangkan oleh seluruh penduduk dunia. Mengapa demikian? Karena dikaitkan dengan kejadian akhir-akhir ini yaitu genosida Israil terhadap Palestina. Kecelakaan helikopter yang ditumpangi presiden Iran pun dikaitkan dengan operasi intelejen Israil. Maklum dari seluruh negara di dunia hanya Iran yang berani melawan Israil. Iran adalah negara yang berani menyerang Israil di saat negara besar seperti Amerika, Inggris dan Uni Eropa tidak berkutik dengan prilaku Israil bahkan prilaku Israil dibenarkan dan didukung oleh Amerika dan Inggris. Penyerangan Iran terhadap Israil dipicu bombardir Israil terhadap kedutaan besar Iran di Suriah yang mengakibatkan tewasnya komandan senior Garda Revolusi Iran atau IRGC dan dubes Iran untuk Suriah. Prilaku Israil yang memborbardir kedutaan besar Iran di Suriah ternyata mendapat dukungan dari Amerika dan sekutunya. Menurut aturan internasional bahwa kedutaan besar sebuah negara tidak boleh diserang karena merupakan wujud kedaulatan sebuah negara. Sebagai balasan atas aksi Israil tersebut Iran yang dipimpin oleh Ibrahim Raisi langsung menyerang negara Israil dengan rudal balistik yang tidak mampu ditangkal oleh senjata apapun. Akibatnya kerusakan yang luar biasa diderita oleh Israil. Menurut beberapa informasi, Amerika dan Inggris ikut menangkal serangan rudal Iran tersebut sehingga semua rudal, roket dan drone yang dikirim oleh Iran tidak semuanya jatuh di wilayah Israil. Iran mendukung Palestina agar merdeka dari jajahan Israil. Gegara serangan Iran ke Israil inilah yang membuat Israil dendam kepada Iran. Semua yang berbau Iran diserang. Apalagi Israil mendapat dukungan baik militer maupun finansial dari Paman Sam. Wajar saja jika Amerika mendukung Israil untuk melawan Iran. Amerika sangat dendam terhadap Iran karena pemerintahan bonekanya dilengserkan oleh warga Iran yaitu Shah Pahlevi. Sejak lengsernya Shah Pahlevi, Amerika selalu menganggap Iran sebagai musuh.
Kematian presiden Iran, Ibrahim Raisi selalu dikaitkan dengan permusuhan antara Iran dengan Israil dan Amerika. Melihat kronologis dan data penumpang yang tewas dalam kecelakaan tersebut orang langsung bisa menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut merupakan sabotase dari Israil dan Amerika. Begitulah perkembangan analisis para pengamat. Adapun kronologis adalah ada 3 helikopter yang ikut kunjungan presiden Iran di perbatasan Iran dan Azerbaijan Timur tersebut. Ketika pulang dua helikopter sudah sampai tujuan akan tetapi satu helikopter yang ditumpangi presiden Ibrahim Raisi hilang kontak dan diberitakan mendarat darurat. Akan tetapi tak lama kemudian ada berita bahwa helikopter yang ditumpangi presiden Ibrahim Raisi jatuh di pegunungan. Jenis helikopter yang ditumpangi presiden Raisi adalah Bell 212 produksi Amerika. Sementara korban kecelakaan helikopter tersebut ada 9 orang yaitu:
Ayatulloh Sayyid Ibrahim Rais al-Sadati (presiden Iran)
Ayatullah Sayyed Muhammad Ali al-Hasyeem (perwakilan pemimpin revolusi Islam bagian Azerbaijan Timur)
Dr. Hossein Amirabdollahian (Menteri Luar negeri Iran)
Dr. Malik Rahmati (Gubernur Azerbaijan Timur Iran)
Sardar SEED Mehdi Mousavi (Kepala pengawal presiden)
Korps Ansar al-Mahdi
Pilot
co-pilot
Kruchev
Menurut salah satu sumber dari Prancis ada 4 orang yang tidak diketahui secara pasti posisinya. Yaitu Korps Ansar al-Mahdi, pilot, co-pilot dan Kruchev. Masih menurut sumber tersebut bahwa pilot helikopter tersebut adalah salah satu agen Mossad Israil. Saat ini pengawal garda revolusi Iran baru melakukan investigasi penyebab kecelakaan tersebut. Pertanyaannya mengapa hanya helikopter yang ditumpangi presiden Ibrahim Raisi yang kecelakaan sementara 2 helikopter lainnya selamat sampai tujuan. Kalau memang benar ada agen Mossad dalam kecelakaan tersebut berarti ini adalah operasi intelejen yang sangat canggih sampai bisa masuk lingkaran presiden Iran. Kejadian kecelakaan tersebut mengingatkan kita operasi Mossad dimana ajudan Yaser Arafat adalah agen Mossad dan mengetahui dimanapun posisi Yaser Arafat.
Ada pendapat lagi yang berkembang di media sosial bahwa helikopter presiden Ibrahim Raisi ditembak dengan senjata laser. Pendapat itu didasarkan pada analisis foto yang beredar di media sosial. Entah mana yang benar kita menunggu hasil investigasi dari pengawal garda revolusi Iran. Semoga hasil investigasi akan diumumkan ke publik. Kotak hitam yang merekam semua percakapan di helikopter akan dianalisa oleh tim penyelidik. Kejadian pembunuhan terhadap pemimpin sebuah negara tidak hanya terjadi pada pemimpin Iran saja. Kita lihat sebelumnya ada upaya pembunuhan terhadap putra mahkota Arab Saudi yaitu Muhammad bin Salman dimana rombongan presiden ditembak dan untungnya mobil yang ditumpangi MBS selamat. Sebelumnya ada penyerangan terhadap perdana menteri Slovakia dan untungnya masih bisa diselamatkan. Kalau kita analisa kasus penyerangan terhadap pemimpin negara tersebut sangat jelas bahwa pemimpin negara tersebut anti terhadap Amerika dan sekutunya. Mohamad bin Salman mengakhiri kerja samanya dengan Amerika dan ikut kelompok BRICS yang anti Amerika. Begitu juga perdana menteri Slovakia yang kritis terhadap Uni Eropa dan NATO dimana saat ini NATO dan Uni Eropa mendukung Ukraina melawan Rusia.
Apapun hasil investigasi dan analisa para pengamat terkait peristiwa tersebut semoga dunia tidak terjerumus ke perang dunia ketiga.