Jakarta Kembali ke PDI-P
Senin, 09 Desember 2024 Ketua KPU Jakarta menyatakan pasangan Pramono Anung-Rano Karno memenangi pemilihan gubernur Jakarta periode 2024-2029 dalam satu putaran. Dalam keterangannya Ketua KPU Jakarta menyatakan bahwa berdasarkan hitung manual dari KPU pasangan nomor urut tiga ini memperoleh suara 50.07%. Sementara pasangan Ridwan Kamil-Suswono memperoleh 39.40% dan pasangan Dharma-Kun memperoleh 10.53%. Berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta Pasal 10 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut:
2) Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih
Maka pasangan calon Pramono-Rano Karno memenangkan pemilihan gubernur 2024 ini. Dengan demikian sudah tidak ada lagi pemilihan putaran kedua.
Pasangan nomor urut 3 ini diusung oleh PDI-P. Sementara pasangan nomor 1 yaitu Ridwan Kamil-Suswono diusung oleh partai yang tergabung dalam KIM Plus. Adapun pasangan nomor urut 2 yaitu Dharma-Kun merupakan pasangan independen. Dalam sejarah gubernur terpilih di DKI selalu dari PDI-P sejak dilakukan pemilihan gubernur secara langsung mulai tahun 2005. DKI Jakarta melakukan pemilihan gubernur secara langsung sejak 2007. Waktu itu pasangan Fauzi Bowo-Prijanto yang memenangkan pemilihan gubernur secara langsung pertama kali DKI Jakarta diusung oleh banyak partai yang diinisiasi oleh PDI-P. Kemudian pilgub 2012-2017 pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diusung PDI-P memenangkan pilgub DKI Jakarta. Pilgub 2017-2022 pasangan Anis Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung oleh PKS memenangkan pemilihan ini. Pemilihan gubernur 2024-2029 pasangan Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDI-P memenangkan pemilihan kali ini.
Mengapa pemilihan gubernur DKI Jakarta sangat menarik bagi semua partai? Salah satu alasannya adalah karena Jakarta adalah ibu kota Indonesia. Otomatis dengan predikat sebagai ibu kota maka apabila kinerja gubernurnya bagus akan berdampak pada elektabilitas partai. Selain itu jika gubernurnya dari partai yang sama dengan partai presiden terpilih maka koordinasinya lebih baik walaupun sebenarnya kalau sudah masuk pemerintahan tidak begitu berpengaruh adagium ini karena ada regulasi yang harus ditaati.
Semenjak dilaksanakan pemilihan gubernur secara langsung di Jakarta tahun 2007, PDI-P selalu memenangkan kontestasi ini kecuali tahun 2017-2022. 2007-2012 gubernurnya dari PDI-P. 2012-2017 gubernur dari PDI-P dan pemilihan gubernur 2024-2029 kembali gubernurnya dari PDI-P.
Pemilihan gubernur 2024-2029 kali ini sangat berbeda dengan pemilihan gubernur sebelumnya. Jakarta bukan lagi ibu kota negara Republik Indonesia. Status Jakarta hanya sebagai daerah khusus seperti Aceh dan Yogyakarta. Ibu kota Indonesia sudah pindah ke Nusantara provinsi Kalimantan Timur. Jadi daya tarik Jakarta tidak seperti pemilihan gubernur sebelumnya.
Jakarta nanti bukan pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan akan pindah ke Nusantara mulai 2025. Jakarta nanti hanyalah kota ekonomi, bisnis dan jasa. Tentunya dengan tidak menjadi pusat pemerintahan daya tarik Jakarta akan turun. Mobilitas masyarakat dan ekonomi juga akan mengalami penurunan. Mulai tahun 2025 kemungkinan kemacetan Jakarta akan semakin berkurang karena adanya perpindahan ribuan pegawai kementerian/lembaga ke Nusantara selain moda transportasi juga sudah tertata dengan baik.
Kembali ke kemenangan pasangan Pramono-Rano yang diusung PDI-P. Pada pemilu presiden dan pilkada kali ini PDI-P harus menelan pil pahit karena calonnya banyak yang kalah. Semula PDI-P menguasai pemilihan gubernur dan bupati/wali kota se-Indonesia kali ini harus gigit jari terutama pemilihan di pulau Jawa. Jawa Tengah yang disebut sebagai kandang banteng gubernurnya dimenangkan oleh pasangan yang didukung partai KIM Plus. KIM Plus adalah partai koalisi di tingkat nasional yang memenangkan pemilihan presiden yaitu partai Gerindra, Golkar, PAN, Partai Demokrat dan lain sebagainya. Pasangan Pramono Anung-Rano Karno dalam pemilihan gubernur Jakarta hanya didukung oleh PDI-P. Sementara rival terberat pasangan Pramono-Rano adalah Ridwan Kamil-Suswono. Pasangan ini didukung banyak partai di Jakarta termasuk PKS. PKS adalah partai pemenang pemilu legislatif di Jakarta dan gubernur sebelumnya diusung oleh PKS. Kekuatan PKS di Jakarta sangatlah kuat. PKS sempat ingin mencalonkan gubernur dari partainya sendiri karena perolehan suaranya sudah memenuhi kriteria untuk mengusung calon gubernur sendiri. Akan tetapi keinginan tersebut diurungkan karena PKS ingin bergabung dengan koalisi KIM. Sementara KIM mempunyai calon sendiri yaitu Ridwan Kamil. Akhirnya disepakati calon gubernurnya Ridwan Kamil dan wakilnya dari PKS yaitu Suswono. Kesalahan fatal pasangan Ridwan-Suswono yang diusung KIM Plus adalah ketika kampanye terpeleset lidah seperti ketika Ahok pada tahun 2017. Kepleset lidah itu dialami oleh Suswono ketika kampanye yang menghina Nabi Muhammad sebagai pengangguran dan menikahi janda kaya, Khodijah. Tak pelak statemen ini membuat masyarakat Jakarta yang dimenangkan oleh pemilih PKS mengalihkan pilihannya kepada pasangan lain atau lebih baik golput.
Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno sebesar 50.07% dari keseluruhan suara yang sah menunjukkan kemenangan ini tidaklah kemenangan mayoritas karena perolehan Ridwan Kamil-Suswono tidak terpaut jauh hanya 10.07%. Sayangnya partisipasi pemilih di Jakarta hanya 58% versi KPU dan 53.05 % versi lembaga survey. Partisipasi pemilih Jakarta kali ini adalah partisipasi paling rendah sepanjang sejarah pemilihan gubernur Jakarta sejak 2007. Daftar pemilih tetap Jakarta sejumlah 8.3 juta. Jika partisipasi pemilih pada angka 58% maka hanya 4.3 juta pemilih yang ikut pemilihan gubernur kemarin. Artinya yang menangnya sejatinya adalah golongan putih alias pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno ini menjadi oase bagi PDI-P setelah pemilihan gubernur di wilayah pulau Jawa semua jagoan PDI-P kalah. Kader PDI-P Tri Rismaharini yang dicalonkan dalam pemilihan gubernur Jawa Timur kalah telak dengan Khofifah Indar Parawansa yang didukung oleh KIM Plus. Pasangan Andika-Hendi kalah telak dengan pasangan Lutfi-Yasin di Jawa Tengah. Jawa Barat pun calon dari PDI-P kalah telak dengan pasangan yang diusung oleh KIM Plus. Sementara di Banten, lagi-lagi calon PDI-P kalah dengan pasangan yang didukung oleh KIM Plus. Hanya di Jakarta PDI-P memenangkan kontestasi pilgub di pulau Jawa ini.
Kemenangan PDI-P di Jakarta menunjukkan bahwa PDI-P masih layak diperhitungkan dalam kontestasi pemilihan gubernur maupun bupati/walikota. PDI-P belum tamat. PDI-P sebagai partai pemenang pemilu legislatif masih menyimpan kekuatan yang perlu diantisipasi oleh partai KIM Plus.
Selamat untuk Pramono Anung-Rano Karno. Warga Jakarta menunggu program-program yang sudah dikampanyekan.