Hari Tenang
Pemilukada akan dilaksanakan secara serentak Rabu, 27 November 2024. Hari ini adalah hari tenang menjelang coblosan serentak itu. Tahapan kampanye sudah selesai dan semua alat peraga kampanye sudah dibersihkan oleh badan pengawas pemilu hari Ahad, 24 November 2024 kemarin. Praktis setelah hari Ahad sudah tidak ada lagi gambar atau alat peraga kampanye yang terlihat. Mungkin hanya beberapa alat peraga kampanye seperti gambar calon bupati/gubernur yang tertinggal karena kelewatan tidak diambil oleh Bawaslu.
Saat ini memasuki hari tenang di mana semua pemilih diharapkan menenangkan pikiran untuk memantapkan pilihannya nanti ketika masuk bilik suara. Obrolan di warung kopi dan kerumunan warga selalu membicarakan paslon yang akan dipilih. Sayang obrolan tersebut tidak menyasar kepada program yang ditawarkan oleh pasangan calon.
Banyak warga yang hanya ngobrol masalah amunisi alias uang transport menuju bilik suara. Mereka saling adu besaran amunisi yang didapat dari sabet pasangan calon. Sabet adalah makelar atau tim sukses pasangan calon yang direkrut di setiap wilayah desa. Pemberian amunisi dilakukan oleh tim sukses pasangan calon di hari tenang seperti ini. Mau mikir bagaimana jikalau masyarakat tidak butuh lagi program. Yang dibutuhkan sekarang adalah ekonomi. Bagi masyarakat awam bisa mendapatkan uang untuk makan sehari adalah sebuah keberuntungan. Ekonomi sekarang lagi berada di titik nadir. Semua aspek perekonomian masyarakat mandek alias jalan di tempat. Aktivitas perdagangan macet. Hasil pertanian tidak begitu menggembirakan. Hasil tangkapan nelayan juga tidak menggembirakan. Kalau pun menggembirakan harga jualnya sangat murah. Begitulah kondisi ekonomi masyarakat sekarang.
Saat ekonomi masyarakat mengalami stagnasi dibutuhkan umpan agar roda perekonomian kembali berputar. Sayangnya di awal pemerintahan Prabowo Subianto ini belum ada program yang bisa memutar roda ekonomi masyarakat. Pemerintahan yang sudah berjalan sebulan ini belum ada tanda-tanda ekonomi membaik. Yang ada hanya berita penangkapan koruptor, penangkapan beking judi online, penangkapan pelaku impor ilegal dan permintaan anggaran kementerian kepada menteri keuangan. Belum ada program yang merangsang roda perekonomian menggeliat kembali. Bahkan kabar buruk bagi sektor ekonomi adalah akan dinaikkan pajak menjadi 12%.
Wajar saja jika masyarakat berpikir praktis dalam setiap pemilukada. Bagi mereka siapa pasangan calon yang memberikan amunisi lebih besar pasangan calon tersebut yang akan dipilih. Mayoritas mereka menunggu serangan fajar yaitu pembagian amunisi menjelang waktu pencoblosan. Tim sukses pasangan calon pun tidak kalah pintar. Mereka selalu mengintip amunisi yang dibagikan oleh lawan. Terkadang ada satu orang yang menjadi tim sukses banyak pasangan calon. Ketika semua pasangan calon memberi amunisi maka orang ini akan membagi sesuai prosentase yang diterimanya. Semua pasangan calon akan diberi suara dengan ketentuan sesuai prosentasi besaran amunisi yang diterima. Misal pasangan calon A memberi amunisi sebesar 100 ribu sementara pasangan calon B memberi amunisi sebesar 50 ribu dan pasangan calon C memberi amunisi 150 ribu maka semua amunisi akan dibagikan dengan prosentase suara yang diberikan kepada pasangan calon sesuai besaran amunisi, tentunya sudah dikurangi oleh sabet. Pasangan calon yang memberikan amunisi kecil maka suaranya akan diberi sedikit. Pasangan calon yang memberikan amunisi besar akan diberi suara dengan jumlah besar. Begitulah logika orang yang menjadi sabet semua pasangan calon.
Warga masyarakat pun menerima semua amunisi yang diberikan pasangan calon. Semua amunisi dari siapa pun akan diterima. Warga tidak kalah cerdik. Ketika mendapatkan amunisi dari semua pasangan calon maka keluarga tersebut akan membagi pilihannya kepada semua pasangan calon. Contoh dalam satu keluarga ada 4 hak pilih sementara pasangan calon ada 2. Semua mendapatkan amunisi dari 2 pasangan calon tersebut. Maka keluarga tersebut akan membagi suaranya kepada 2 pasangan calon tersebut dengan melihat besaran amunisinya. Jika pasangan A lebih besar dari pasangan B maka 3 hak pilih akan diberikan kepada pasangan calon A sementara pasangan calon B akan diberi satu suara.
Begitulah kondisi nyata dalam pemilukada di negara ini. Masih ingatkah ketika pemilihan presiden kemarin bagaimana bantuan sosial diberikan tanpa ada batasan sehingga masyarakat mendapatkan bantuan bertubi-tubi yang dilakukan oleh pasangan calon tertentu. Bagi orang yang terdidik pemilukada tidaklah mendidik masyarakat menjadi cerdas dalam berdemokrasi. Bayangkan hanya mendapatkan 150 ribu harus merelakan dipimpin pasangan tersebut selama 5 tahun. Hak suara dibeli dengan harga murah. Sementara kepemimpinannya selama 5 tahun belum tentu baik.
Politik uang masih sangat kental dalam pemilukada kali ini. Bagaimana peran Bawaslu? Bawaslu hanya pura-pura tidak tahu. Bawaslu hanya bertindak jika ada laporan. Kalau tidak ada laporan maka dianggap aman dan wajar saja. Bawaslu pasti tahu bagi-bagi amunisi di beberapa wilayah karena Bawaslu juga manusia biasa yang berkumpul dengan masyarakat.
Semoga pemilukada kali ini tetap aman dan berlangsung damai.