Pelayanan Nkah di Musim Penghujan
Januari merupakan puncak musim penghujan. Januari menurut orang Jawa adalah hujan sehari-hari. Memang benar kereto boso tersebut bahwa Januari itu hujan sehari-hari. Sudah sekitar seminggu atau 7 hari daerah Pati utara diguyur hujan yang tiada henti-hentinya dari intensitas hujan sangat deras sampai rintik-rintik. Bahkan tidak jarang disertai dengan angin kencang atau puting beliung dan petir yang menggelegar di mana-mana. Daerah Pati utara memang agak ketinggalan musim penghujannya. Biasanya pertengahan Desember sudah mulai hujan dan puncaknya adalah awal tahun baru sampai seminggu. Mulai akhir Desember sampai awal tahun baru biasanya hujan tiada berhenti akan tetapi tahun 2024 ini ternyata hujan baru mulai turun di pertengahan bulan Januari. Begitu turun hujan langsung tiada henti. Bahkan salah satu desa di kecamatan Dukuhseti diterjang banjir dan puting beliung. Ketika musim penghujan tiba jalanan desa cepat rusak karena kualitas aspalnya sangat jelek. Awal pembangunan memang bagus akan tetapi begitu ada hujan aspal tersebut terkelupas.
Untuk wilayah desa pegunungan bencana pun terjadi ketika musim penghujan tiba yaitu banjir bandang karena gundulnya hutan. Penggundulan hutan yang terjadi tahun 1998 berakibat sampai sekarang karena tidak adanya pohon penahan air hujan. Ketika hujan turun, air dari pegunungan langsung mengalir deras ke daerah bawah dengan membawa lumpur. Lumpur ini mengendap di jalan dan perumahan penduduk sehingga membikin jalan licin dan perumahan penduduk terendam lumpur. Akibatnya kendaraan tidak bisa lewat kalaupun lewat harus sangat ekstra hati-hati karena jalanan sangat licin disebabkan endapan lumpur di jalan. Kondisi seperti ini berulang tiap musim penghujan dan tidak ada usaha untuk mengatasinya. Hutan yang beralih fungsi menjadi hutan tanaman sosial dan dikelola oleh masyarakat lingkungan hutan ternyata pohon yang sudah ditanam oleh Perhutani bukannya dirawat akan tetapi ditebang agar tanaman masyarakat bisa tumbuh dengan baik. Gegara pohon ditebang akibatnya sering terjadi longsor. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan sangat kurang. Mereka hanya berpikir egois dan mementingkan kepentingan individu masing-masing. Aparat perhutani yang seharusnya mengingatkan masalah kelestarian hutan ternyata tidak mampu melakukannya. Begitu ada masyarakat yang menebang pohon di hutan dibiarkan begitu saja sehingga masyarakat tidak lagi ada rasa takut mengulangi perbuatan tersebut.
Pelayanan nikah dan rujuk harus tetap jalan walaupun musim penghujan tiba. Apapun kondisi cuacanya pelayanan harus tetap jalan. Masyarakat Jawa yang mempercayai bulan-bulan tertentu untuk melakukan pelaksanaan nikah tidak mau tau kondisi dan situasi cuaca. Bagi mereka kalau sudah ditetapkan tanggal baik maka pernikahan harus dilaksanakan. Tidak perduli kondisi dan situasi yang harus ditempuh, pernikahan harus tetap dilaksanakan. Bagi petugas seperti saya yang harus melayani satu kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 12 di saat musim penghujan dan musim nikah seperti sekarang ini, saya buat ketentuan untuk pelayanan nikah luar kantor dilayani pukul 06-09 WIB selebihnya harus nikah di kantor. Mengapa demikian? kaena pelayanan kantor tidak hanya nikah akan tetapi mencakup 9 layanan yang harus dilakukan oleh KUA. Jam 9 adalah jam dimana masyarakat mulai datang ke kantor untuk minta pelayanan seperti legalisir, surat keterangan, duplikat, konsultasi, wakaf dan lain sebagainya. Jika petugas melakukan layanan luar kantor maka pelayanan yang lain akan terbengkalai. Celakanya dalam satu kantor hanya ada 1 petugas pelayanan nikah-rujuk. Ketika musim penghujan seperti ini pelayanan nikah luar kantor membutuhkan tenaga ekstra. Bagaimana tidak ekstra? Kondisi jalanan licin, hujan terus menerus dan jalanan banyak yang rusak. Mau tidak mau harus memakai sepeda motor jika ingin cepat melayani nikah luar kantor. Kalau pakai mobil sangat tidak efektif karena jalanan desa sangat sempit hanya bisa untuk satu mobil apalagi kalau bersamaan dengan datangnya pengantin yang kadang rombongan pengiringnya sampai berpuluh-puluh mobil. Untuk mencari parkiran aja sulit apalagi untuk putar balik. Jelas sangat tidak efektif dan efisien waktu. Membawa mobil memang petugas tidak kehujanan akan tetapi waktu yang dibutuhkan sangat banyak. Mau tidak mau jika mau efektif dan efisien waktu maka pelayanan nikah luar kantor harus naik sepeda motor. Resiko naik sepeda motor adalah kehujanan di jalan dan basah kuyub walaupun menggunakan jas hujan. Berkas yang dibawa pun bisa kena air hujan akan tetapi naik sepeda motor adalah solusi bagi pelayanan yang efektif. Untuk petugas yang masih sehat dan lincah gerakannya naik sepeda motor adalah solusi pelayanan nikah luar kantor ketika musim penghujan. Bagi petugas yang sudah tua dan cenderung mengutamakan kenyamanan naik mobil adalah solusi pelayanan nikah luar kantor di musim penghujan. Resiko sebagai petugas ketika pelayanan musim penghujan adalah jalanan licin yang bisa bikin kendaraan tergelincir apalagi kalau masuk jalan desa yang sudah rusak dan hanya tersisa tanahnya saja. Pelayanan nikah luar kantor di musim penghujan memang serba ekstra apalagi kedatangan petugas sangat ditunggu oleh shohibul hajat. Jangan sampai petugas datang terlambat dengan alasan karena hujan. Kondisi badan memang harus benar-benar fit dan sehat. Kalau badan terasa agak sakit jangan sekali-kali melakukan pelayanan nikah luar kantor di musim penghujan. Akibatnya bisa fatal. Bisa jadi badan jadi sakit dan pelayanan tidak maksimal. Bagi petugas, kondisi penghujan seperti ini harus menjaga kebugaran tubuh agar pelayanan nikah luar kantor tetap berjalan lancar. Tidak ada alasan bagi petugas untuk berhenti melakukan layanan ketika hujan karena shohibul hajat sudah menunggu untuk segera dilaksanakan pernikahan. Pelaksanaan akad nikah biasanya bersamaan dengan resepsi pernikahan. Maka mau tidak mau petugas harus datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah diatur oleh petugas. Begitu petugas datang terlambat maka acara shohibul hajat juga akan berantakan. Perjalanan dari satu tempat peristiwa nikah ke tempat peristiwa nikah lain harus dihitung betul waktu yang dibutuhkan sehingga tidak membuat petugas tergesa-gesa. Perhitungan waktu tempuh dan pelaksanaan akad nikah harus dihitung betul oleh petugas sehingga bisa maksimal dalam memberikan layanan kepada masyarakat walaupun kondisi hujan. Di saat kondisi hujan semacam inilah petugas pelayanan nikah luar kantor diuji tidak hanya ketahanan tubuhnya saja akan tetapi juga kesabarannya. Seperti pelayanan nikah kemarin yang disertai dengan hujan deras dan suara petir yang menggelegar saya harus tetap memberikan layanan nikah luar kantor di 3 tempat yang berbeda. Dari pagi pukul 07.30 WIB kemudian jam 8 dan jam 9 sudah ditunggu di tempat lain. Walaupun hujan deras sebagai petugas saya harus tetap datang. Tempat pelaksanaan akad nikah luar kantor tidak selalu di pinggir jalan desa, bisa jadi masuk gang sempit di mana tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Kalau sudah seperti ini sepeda motor adalah jawabannya walaupun harus kehujanan.
Untuk petugas pelayanan nikah luar kantor jagalah kesehatan dan selalu sabar dalam melayani masyarakat saat musim penghujan seperti ini. Pelayanan yang baik akan selalu dikenang oleh masyarakat walaupun membutuhkan perjuangan yang luar biasa untuk mencapai lokasi pelaksanaan akad nikah. Mungkin petugas pelayanan nikah di kota dengan di desa sangat berbeda. Petugas layanan nikah di kota bisa diantar jemput oleh shohibul hajat, jalanan mulus dan tidak ada yang rusak. Sementara petugas layanan nikah luar kantor di wilayah pedesaan harus berangkat sendiri dan menghadapi jalanan yang serba rusak. Itulah kondisi petugas layanan nikah luar kantor di musim penghujan yang harus tetap melayani walaupun penuh dengan perjuangan dalam melayani masyarakat. Mungkin ada yang kondisinya lebih parah lagi bagi petugas yang melaksanakan layanan nikah luar kantor di KUA terluar, terdepan dan terisolir akan tetapi tugas harus tetap dijalankan apapun resikonya. Semoga sehat selalu untuk petugas pelayanan nikah rujuk di manapun.