Google Site
Keinginan untuk menulis kembali muncul sekitar 2 bulan yang lalu. Keinginan menulis lagi itu dipengaruhi seringnya saya membaca Catatan Harian Dahlan Iskan (catatan mantan wartawan, mantan pemilik Jawa Pos, sekaligus mantan menteri BUMN). Sebenarnya saya sudah mengikuti catatan Dahlan Iskan ini sejak lama sebelum menjadi Harian Disway. Sejak di Jawa Pos, Dahlan Iskan sudah menulis tentang Hope Dahlan Iskan (Harapan Dahlan Iskan). Kolom Hoping Dahlan Iskan dibuat khusus di Jawa Pos. Kemudian setelah Jawa Pos dilepas oleh Dahlan Iskan (DI) beliau membuat catatan sendiri dan banyak komentatornya termasuk saya tidak pernah absen untuk berkomentar dalam tulisan tersebut. Kemudian DI mengadakan semacam sayembara untuk menamakan kolom catatannya. Banyak usulan dari komentatornya salah satunya adalah Disway yang sekarang menjadi nama media Dahlan Iskan. Disway singkatan dari DI's way (jalan Dahlan Iskan). Tiap hari DI ini menulis catatan di kolomnya dan tidak pernah kehabisan ide untuk menulis. Disway menginspirasi salah satu teman saya untuk membuat kanal catatan yang dibuatnya sendiri. Catatan DI memang berkualitas karena faktor latar belakang DI sebagai mantan wartawan dan jaringannya luas sekali. Tulisan DI pun tidak memerlukan pemikiran serius untuk dipahami. Berbeda dengan tulisan ilmiah yang ruwet itu harus mencantumkan sumber tulisan dan lain sebagainya. Tulisan DI sangat mudah dicerna oleh siapapun dan dari kalangan manapun. Catatan DI ini semacam hasil perjalanan harian DI kemudian dikabarkan kepada pembacanya lewat Disway. Tidak perlu ada teori, catatan kaki, daftar pustaka. Catatannya ringan dan penuh dengan hal yang baru. Catatannya pun tidak fokus hanya satu masalah saja akan tetapi semua hal dicatat mulai dari yang sangat ringan sampai yang berat. Mayoritas yang dicatat adalah hal yang membikin optimis pembacanya. Model catatan seperti ini belum ada yang memperkenalkan dan baru Dahlan Iskan ini.
Berangkat dari sinilah saya kemudian berkeinginan untuk menulis kembali. Ketrampilan tulis-menulis, saya dapatkan ketika saya masuk di perguruan tinggi dan pernah menjadi anggota dari majalah kampus. Resensi dan opini sering saya tulis dan saya kirim ke media massa waktu itu. Sejak menjadi abdi negara ketrampilan itu praktis saya tinggalkan. Pernah menjadi kontributor majalah kementerian dan tiap edisi saya pasti menulis. Kemudian setelah saya mutasi keterampilan itu tidak lagi terurus. Setelah saya membaca dan mengikuti CHD keinginan menulis saya tumbuh lagi. Keinginan saya itu menulis sekaligus dipublikasikan melalui website pribadi. Saya pun putar otak karena kemampuan tentang website nol sama sekali. Akhirnya saya belajar otodidak tentang website. Pencarian tentang catatan harian yang bisa diupload lewat aplikasi maupun web menjadi kesibukan saya sehari-hari di samping menjadi abdi negara. Tiap pagi sebelum jam kerja saya cari aplikasi apa saja yang sesuai dengan keinginan saya tersebut. Berbagai macam aplikasi saya coba. Setelah berbagai macam aplikasi saya coba akhirnya saya menemukan satu aplikasi yang gratisan yaitu google site. Google memang menyediakan aplikasi bagi penggunanya mulai dari aplikasi untuk bekerja, programmer dan website. Google site adalah salah satu aplikasi untuk membuat website secara gratis dan mudah yang disediakan oleh Google. Aplikasi ini baru dirilis pada tahun 2019. Aplikasi ini awalnya untuk memberikan kemudahan bagi insan pendidikan ketika covid 19 melanda. Dengan google site pembelajaran antara guru dan siswa selalu terhubung walaupun tidak bisa ketemu secara langsung. Google site ini sangat sederhana dan tidak memerlukan pengetahuan pembuatan website. Google site sudah menyediakan semua yang dibutuhkan untuk membuat sebuah website istilahnya tinggal drug dan play. Google site tidak memerlukan pengetahuan pemrograman secara detil. Cukup dengan merubah sedikit aplikasi maka akan menjadi sebuah website yang keren.
Awal mula menggunakan google site sangat kikuk karena memang saya tidak punya bekal apapun tentang website apalagi bahasa program. Wajar saja karena saya lulusan sarjana agama dan mulai kecil selalu yang dipelajari adalah masalah agama. Sarjana strata dua pun sarjana agama. Berbekal dengan balajar otodidak dari berbagai tulisan dan youtube akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis di platform google site. Saya buka google site dan kemudian menulis apa yang saya inginkan. Setelah itu saya posting. Kemudian link tulisan itu saya kirimkan ke media WAG saya. Hanya itu saja belum ada menu apapun seperti tanggal penerbitan tulisan, ilustasi gambar, kolom komentar, dan statistik pengunjung. Saya hanya ingin bahwa kebiasaan menulis yang sudah lama saya tinggalkan akan menjadi kebiasaan harian saya. Ketrampilan menulis itu harus dijaga dengan cara sering menulis karena kalau tidak pernah dipakai maka akan lupa. Penggunaan kosakata dalam menulis sangat dipengaruhi terhadap kebiasaan dalam menulis. Orang yang sering menulis akan lebih mudah menggunakan kosakata yang enak dibaca dibandingkan dengan orang yang jarang menulis apalagi tidak pernah menulis. Seorang ilmuwan yang sering menulis akan mudah membuat tulisan dengan kosakata yang mudah dipahami pembaca dibandingkan dengan ilmuwan yang jarang menulis. Penggunaan kosakata dalam tulisan sangat dipengaruhi oleh ketrampilan menulis seseorang. Inilah sebenarnya keinginan saya. Awal menulis catatan begitu sulitnya menemukan kosakata yang tepat untuk menggambarkan catatan tersebut. Untuk menulis 4 halaman ukuran kuarto saja membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Itupun hasilnya belum memuaskan.
Setelah saya berhasil membuat catatan pertama di google site saya pun menghubungi kawan saya yang pernah menjadi wartawan sebuah harian atau tabloid sebelum menjadi abdi negara untuk minta penilaian. Alhamdulillah menurut penilaiannya catatan itu sudah bagus cuman harus ada tambahan foto dan menu lainnya. Secara bahasa, penggambaran obyek tulisan sudah bagus. Awal catatan saya tentang obyek sebuah desa yang saya gambarkan secara sosiologis, budaya dan antropologis. Kesukaan saya memang melihat sebuah obyek dari sisi sosiologis, budaya dan antropologis. Setelah itu saya pun belajar keras bagaimana bisa memasukkan foto di catatan. Setelah belajar secara otodidak akhirnya memasukkan gambar dalam catatan pun bisa saya lakukan. Dengan sedikit kemampuan memasukkan gambar dalam catatan akhirnya catatan agak lebih bagus. Kemudian dalam perjalanan catatan tersebut saya juga belajar memasukkan kolom komentar dengan maksud agar pembaca bisa memasukkan komentar di catatan saya. Uji coba memasukkan kolom komentar pun saya lakukan dengan mencoba banyak aplikasi. Ternyata memasukkan kolom komentar ada banyak pilihan. Google site tidak menyediakan kolom komentar. Kolom komentar harus ditambahkan sendiri dari aplikasi pihak ketiga. Kemudian saya mencoba banyak aplikasi ternyata agak ribet untuk memasukkan kolom komentar. Setelah belajar beberapa hari akhirnya bisa memasukkan kolom komentar walaupun sampai sekarang belum pernah ada komentar yang masuk entah karena catatan saya tidak dibaca atau memang sulit untuk memberikan komentar. Setelah bisa memasukkan kolom komentar saya berpikiran apakah catatan saya dibaca orang atau tidak dan berapa orang yang membaca catatan saya. Akirnya muncul ide untuk menambahkan kolom statistik pembaca atau pengunjung website. Saya pun mencari cara untuk menambahkan kolom statistik di internet dan juga menghubungi kawan yang ahli dalam pembuatan website. Atas saran kawan tadi agar mencari plugin yang sudah tersedia secara gratis di internet. Kemudian saya mencari aplikasi statistik pengunjung website akhirnya ketemu dan sampai sekarang tiap saya posting catatan selalu saya kasih kolom statistik pengunjung website.
Setelah berhasil dengan menambahkan kolom gambar, kolom komentar dan statistik dalam catatan website akhirnya sudah seperti website beneran. Kemudian saya ingin menambahkan tanggal publikasi catatan tersebut dalam website. Akhirnya saya pun mencari aplikasi yang bisa menampilkan tanggal publikasi catatan. Ternyata tanggal publikasi catatan harus ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman tersendiri. Akhirnya harus belajar bahasa program. Dengan sedikit menguasai bahasa pemrograman tanggal publikasi pun bisa saya sematkan dalam catatan. Bahkan tidak hanya tanggal akan tetapi juga jamnya. Jadilah website saya seperti sekarang ini.
Dalam perjalanannya saya ingin alamat website saya seperti alamat website yang keren-keren itu. Perlu diketahui bahwa alamat website yang menggunakan google site akan diawali dengan google.site kemudian baru judul dari tulisan tersebut. Saya ingin nama website saya seperti website pada umumnya kayak www.disway.id. Lagi-lagi saya harus belajar otodidiak memberikan nama tersebut. Selama ini website saya dengan menggunakan fasilitas google site ini tidak berbayar alias gratis. Menurut hasil penelusuran saya bahwa kalau mau merubah alamat website dengan akhiran id, go.id, co.id, com dan lain sebagainya harus membeli alamat tersebut. Istilahnya membeli domain. Domain adalah alamat sebuah website yang memudahkan pencarian dalam internet. Kemudian saya pun berkonsultasi dengan kawan saya yang ahli pembuatan website ternyata memang harus membeli domain untuk mengganti alamat website. Alamat website yang ingin saya tambahkan adalah .id karena terinspirasi dengan disway.id dan .id adalah nama website khusus Indonesia. Dalam dunia maya nama website disesuaikan dengan negaranya masing-masing makanya ada id, ch, uk, dan lain sebagainya. Harga domain id ternyata lumayan mahal dibandingkan dengan domain com atau co.id. Saya masih buta bagaimana nanti caranya memasangkan domain tersebut dalam website saya akan tetapi saya memberanikan diri untuk membeli domain id. Setelah membeli domain id belum berpikir nama websitenya apa? Ada 2 nama yang ada dalam benak saya yaitu catatanridwan dan ridwanway. Akhirnya saya pilih nama yang pertama. Belum selesai sampai penamaan itu saya harus mengganti nama website saya yang semula selalu diawali dengan google.site dengan domain baru yaitu id. Proses pembelian domain id tidak semudah yang dibayangkan. Kita harus mencari di semua website yang menjual domain apakah nama website dengan akhiran id tersedia atau tidak. Dalam penelusuran itu saya hanya menemukan satu website yang tersedia domain id dengan nama website saya. Kemudian saya transaksi dan harus menunggu konfirmasi dari penyedia domain tersebut. Setelah semalam bertransaksi akhirnya harus membayar sesuai harga yang tertera melalui transfer rekening. Kemudian besoknya domain saya sudah bisa digunakan. Tidak hanya sampai disitu saya harus merubah nama alamat website saya dengan cara merubah nama website yang semula www.google.site/.....menjadi www.catatanridwan.id. Saya tidak paham tentang ini akhirnya saya menghubungi pihak penyedia domain tadi dan dibimbing dalam merubah alamat website. Alhamdulillah alamat website sudah berubah sesuai dengan keinginan. Menunggu maksimal 1 x 24 jam agar alamat tersebut bisa digunakan. Jadi selain menulis saya juga menjadi admin dari website. Mungkin tidak seperti website orang lain yang mempunyai admin tersendiri.
Itulah sedikit perjalanan pembuatan website pribadi. Website pribadi dengan google site sangat mudah dibandingkan dengan harus membayar programer untuk membuatkan website yang harganya luar biasa mahal bagi kalangan umum. Rerata harga pembuatan website sekitar 20 k ke atas tergantung tingkat kesulitannya. Dengan menggunakan google site walaupun hasilnya sangat sederhana tidak harus mengeluarkan budjet untuk pembuatan website sebegitu besar. Mungkin ada yang menggunakan platform lain seperti wordpress, blogspot, drupal, joomla dan lain sebagainya akan tetapi google site menawarkan kemudahan bagi penggunanya. Tidak perlu menguasai bahasa pemrograman tinggal klik dan drug sesuai keinginan. Jika ingin websitenya agak keren bisa diganti alamatnya dengan akhiran com, id, co.id atau yang lain seperti saya. Dengan kemampuan yang sangat kurang sudah bisa membuat website yang diinginkan. Pembuatan website secara otodidak merupakan sebuah kepuasan yang tidak ternilai harganya. Silahkan kepada kawan-kawan untuk membuat website pribadi untuk menyalurkan bakat tulis-menulis.