Nyamuk Wolbachia
Akhir-akhir ini ramai sekali di tiktok penolakan penyebaran nyamuk. Fyp (for your page) atau beranda tiktok saya selalu muncul video tentang penolakan penyebaran nyamuk ini. Ternyata setelah saya ikuti ada video yang mendukung penyebaran nyamuk jenis ini. Kemudian saya baca tulisan harian pak Dahlan Iskan di Disway ternyata juga membahas penyebaran nyamuk jenis ini. Video tiktok itu ada yang pro, netral dan ada yang sangat menentang. Malam hari sebelum tidur saya pasti meluangkan waktu untuk melihat tiktok sekedar untuk mengetahui perkembangan dunia. Ternyata tiktok sekarang menjadi salah satu aplikasi pencarian yang digandrungi oleh generasi milineal. Menurut survey Google generasi milineal sekarang mayoritas menggunakan aplikasi tiktok dibanding mesin pencarian google untuk pencarian berita dan perkembangan ilmu. Prosentasinya luar biasa banyak sekitar 73%. Bukan tidak mungkin ke depan mesin pencarian google akan tergeser dengan kedigdayaan tiktok ini. Kembali ke penyebaran nyamuk jenis Wolbachia. Wolbachia adalah nama dari jenis nyamuk yang penamaannya diambil nama seorang peneliti nyamuk sekitar tahun 1924 yaitu Simeon Burt Wolbach. Wolbachia diambil dari nama terakhir peneliti tersebut. Ada 3 video yang akan saya sampaikan.
Pertama video yang pro terhadap penyebaran nyamuk jenis Wolbachia ini. Video ini dinarasikan oleh seorang perempuan yang mengatakan bahwa nyamuk Wolbachia tidak berbahaya karena nyamuk jenis digunakan untuk membasmi nyamuk aedis aigypti yaitu nyamuk yang menyebabkan penyakit demam berdarah. Nyamuk ini bukan hasil rekayasa genetika akan tetapi bakteri yang disuntikkan ke nyamuk. Setiap nyamuk aedis aegypti kena sengat nyamuk Wolbachia maka virusnya akan melemah dan menjadi netral. Penelitian ini sudah dilaksanakan di Indonesia sejak 2011-2015. Hasil penelitian tersebut ternyata sangat menggembirakan karena 77% penyakit demam berdarah turun drastis. Penelitian ini dilakukan oleh tim UGM dan Yayasan Tahija. Di akhir video narator perempuan itu mengatakan jangan takut nyamuk jenis ini tidak membahayakan.
Video kedua yaitu video dari mantan menteri kesehatan yaitu Siti Fadilah Supari. Siapa yang tidak kenal Siti Fadilah Supari? Ini adalah salah satu menteri kesehatan yang menentang keberadaan laboratorium Amerika di Indonesia yaitu Namru 2 yang digunakan untuk meneliti semua jenis virus, penyakit yang ada di Indonesia dan samplenya dikirim ke Amerika. Siti Fadilah Supari menjelaskan secara panjang lebar bahwa program penyebaran nyamuk ini adalah program internasional yaitu world mosquito program. Menurutnya jenis nyamuk ini adalah rekayasa genetika dari nyamuk aidis aegipty. Sebenarnya mantan menkes ini bukannya tidak setuju atau menolak akan tetapi memberikan wawasan lebih jauh terkait penelitian genetika ini. Apakah sudah dipikirkan jangka panjangnya dari penelitian rekayasa genetika ini atau belum? Bagaimana dari sisi ekologinya? Bagaimana dari sisi genetika biologinya apakah tidak membahayakan.
Sementara video ketiga jelas menolak penyebaran nyamuk jenis ini. Ada 2 video yang sering muncul dalam fyp yaitu penolakan gubernur Bali dalam penyebaran nyamuk jenis ini di Denpasar. Video kedua dikemukakan oleh seorang lelaki yang mengaku sebagai mantan pejabat kementerian kesehatan yang sudah purna. Dalam narasinya mantan pejabat ini mengatakan bahwa dia mengikuti simposium internasional dan ada kabar bahwa akan ada program depopulasi (pengurangan) penduduk bumi salah satunya penduduk Indonesia. Salah satu cara adalah dengan menyebarkan nyamuk jenis Wolbachia ini pada awal bulan Desember 2023. Maka lelaki mantan pejabat ini sambil menangis mengatakan kita harus menolak program ini.
Setelah saya mencari referensi tentang jenis nyamuk ini ternyata informasi dari tulisan Pak Dahlan Iskan yang paling baik dan terpercaya karena Pak DI langsung menghubungi peneliti nyamuk Wolbachia ini yaitu Yayasan Tahija dan peneliti UGM Prof. Dr. Adi Utarini. Dalam tulisan Pak DI, peneliti Yayasan Tahija menjelaskan secara gamblang proses penelitian dari awal sampai akhir. Nyamuk Aedes Aegypti adalah jenis nyamuk yang hanya hidup di negara tropis. Nyamuk inilah yang menyebabkan penyakit demam berdarah. Maka dari itu jenis penyakit demam berdarah hanya ada di negara tropis. Salah satu peneliti yang kemudian mendirikan yayasan tahija ini pernah terjangkit demam berdarah akan tetapi bisa sembuh. Penelitiannya sudah menghabiskan 50 miliar akan tetapi gagal. Kemudian peneliti ini tidak begitu saja menyerah akan tetapi membawa masalah nyamuk aedis aegypti ini ke salah satu seminar di Amerika. Dalam seminar itu dia dapat informasi bahwa ada peneliti yang serius menangani penelitian nyamuk yang ada di Monash University Australis yaitu Prof. Scott O'Neill. Scott ini sudah uji coba di kota kecil Australia Utara dan berhasil. Scott memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk. Cara ini membuat nyamuk tidak bisa menularkan bakteri ke nyamuk lain maupun manusia. Bakteri Wolbachia ini ditemukan di banyak serangga akan tetapi tidak di nyamuk. Ditemukan sekitar tahun 1924. Ternyata ketika bakteri Wolbachia ini dimasukkan ke telur nyamuk maka nyamuk tidak bisa menularkan demam berdarah ke manusia. Kemudian peneliti dari Indonesia itu menghubungi prof. Scott dan ingin mempraktekkan penemuan itu di Indonesia. Usaha peneliti ini luar biasa karena pasti terjadi penolakan akan tetapi dia tidak begitu saja menyerah. Kemudian ada satu kepala daerah yang bisa diajak kerja sama. Kepala daerah ini mempersilahkan untuk mempraktekkan penemuan ini. Kebetulan daerah kepala daerah ini kasus demam berdarah tinggi sekali. Kepala daerah ini adalah Sultan Hamengku Buwono X. Awalnya penelitian ini dipraktekkan di 2 dukuh yaitu Nogotirto dan Kronggahan Kabupaten Sleman. Sebelum penyebaran bibit nyamuk ini semua masyarakat diajak untuk mengetahui proses terjadinya demam berdarah dan cara untuk mengatasinya dengan bantuan nyamuk jenis Wolbachia ini. Bahkan masyarakat diajak ke laboratorium UGM untuk menyaksikan tahapan penelitian. Masyarakat pun setuju. Penelitian ini dibantu oleh tim peneliti dari UGM.
Setelah masyarakat siap dan peneliti siap maka dimulailah penyebaran nyamuk jenis ini. Dalam penjelasannya pak DI menulis bahwa setiap bibit nyamuk ditaruh di ember. Tiap ember diisi 10-15 telur nyamuk. Jarak antar ember bisa radius 50 meter jadi tiap rumah tidak harus ada ember. Setelah dua minggu telur itu menjadi nyamuk dan terbang. Kemudian ember tadi diisi air lagi dan diberi telur nyamuk lagi. Begitu tiap 2 minggu sampai dilakukan 12 kali. Setelah itu jumlah nyamuk sangat bayak sekali akan tetapi warga tidak kaget karena sudah ada sosialisasi dan nyamuk itu tidak berbahaya. Berikutnya nyamuk menjadi normal lagi dan tidak berbahaya. Setelah beberapa bulan ternyata kasus DB di dua dukuhan itu turun drastis. Kemudian atas perintah Sri Sultan wilayah penelitian diperluas yaitu di Kabupaten Sleman dan Bantul. Hasilnya penyakit DB di 2 kabupaten itu turun drastis. Jangan salah persepsi bahwa nyamuk itu adalah rekayasa genetika nyamuk seperti yang dipahami oleh banyak orang akan tetapi Wolbachia adalah bakteri yang ada di serangga kemudian disuntikkan ke nyamuk untuk melemahkan virus yang dibawa oleh nyamuk. Keberhasilan penelitian ini didengar oleh menteri kesehatan Budi Sadikin kemudian diminta untuk diterapkan di beberapa wilayah yaitu Jakarta Barat, Bandung , Semarang, Bontang dan Kupang yang dilakukan oleh tim peneliti UGM dan Tahija. Sementara yang di Denpasar bukan atas perintah menteri kesehatan dan bukan dari tim UGM dan Yayasan Tahija.
Usaha untuk mengurangi dan memberantas kasus demam berdarah dengan cara menyebarkan nyamuk jenis Wolbachia patut diapresiasi karena ini salah satu usaha ilmuwan kita demi menuju rakyat yang sehat. Akan tetapi harus ada usaha lain untuk memberantas penyakit DB ini yang aman bagi masyarakat dan tidak menimbulkan pro dan kontra. Jenis kelamin yang rentan kena penyakit DB adalah laki-laki. Perlu diketahui bahwa nyamuk itu menghisap darah hanya untuk reproduksi telur jadi nyamuk jenis betina yang menggigit manusia. Berikut fakta tentang nyamuk:
Warna yang tidak disukai nyamuk adalah warna terang yaitu putih dan hijau
Suara yang ditakuti nyamuk gelombang ultrasonik dengan frekuensi diatas 20 kilohertz.
Nyamuk jantan dan betina sama-sama menghisap nektar dan getah tumbuhan untuk sumber nutrisi hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk reproduksi sel telur
Setelah menghisap darah satu sampai 5 kali nyamuk betina akan bertelur sampai mati.
Umur nyamuk sekitar 3 minggu
Itulah beberapa fakta tentang nyamuk. Semoga kita tidak lagi dibingungkan dengan informasi yang beredar secara bebas tentang penyebaran nyamuk Wolbachia ini.