Macet Pantura
Jalur Pantura (Pantai utara Jawa) adalah jalur favorit para sopir angkutan jarak jauh antar provinsi. Jalur ini sangat terkenal dibanding dengan jalur Pansela (Pantai Selatan Jawa). Jalan jalur Pansela relatif lebih bagus dibanding dengan jalur Pantura. Akan tetapi jalur Pansela ini sangat sepi entah karena apa jalur Pansela ini kurang diminati oleh para sopir angkutan barang. Mungkin jalur Pansela jarak tempuh lebih jauh dibanding dengan jalur Pantura. Angkutan barang maupun penumpang antar provinsi memilih lewat jalur Pantura dibandingkan dengan jalur Pansela. Jalur Pantura lebih dikenal dengan jalan Deandels karena dulu pemrakarsa pembangunan jalur Pantura adalah seorang gubernur jenderal dari Prancis yaitu Daendels. Pembangunan jalur Pantura bertujuan untuk membendung serangan tentara Jepang dari utara. Pembangunan jalur Pantura sebenarnya bersifat militeristik untuk pertahanan. Panjang jalur pantura ini sekitar 1.000 Km mulai dari Anyer Jawa Barat sampai Panarukan Jawa Timur. Saat itu pekerjanya adalah orang Indonesia yang tidak digaji yang disebut dengan kerja rodi. Korbannya luar biasa banyak ketika membangun jalur prestisius ini.
Jalur Pantura sekarang menjadi jalur utama dalam lalu lintas antar kota antar provinsi. Saat ini jalur pantura sering macet. Kalau macet tidak main-main bisa mencapai puluhan kilometer. Kalau macet bisa sampai sehari semalam. Begitu ngenesnya masyarakat yang melewati jalur utama ini. Macet jalur pantura bagian timur yaitu Pati-Rembang sudah setahun lebih. Kemacetan itu disebabkan karena perbaikan jalur utama tersebut. Sebenarnya jalur Pantura Timur itu sudah dibeton akan tetapi di beberapa titik betonnya sudah hancur dan membahayakan pengendara. Mau tidak mau harus diperbaiki. Perbaikan pun dilakukan. Jalur pantura timur ini belum 2 lajur seperti jalur dari Kudus ke Semarang atau sebaiknya. Jadi kalau ada perbaikan di sisi kiri atau kanan maka kendaraan harus bergantian melaju. Inilah yang menyebabkan kemacetan luar biasa itu. Apalagi volume kendaraan yang melewati jalur pantura timur ini sangat padat. Mengapa jalan pantura bagian timur sering rusak. Ada beberapa sebab diantaranya adalah tonase kendaraan yang melewati jalur ini melebihi kapasitas jalan dan mungkin kualitas jalan atau beton belum memadai. Truk ODOL (over dimension overload) sangat banyak di jalur ini. Gegara ODOL inilah jalan di pantura timur jalur Pati-Rembang cepat rusak. Para sopir tidak berpikir kenapa jalur ini sering rusak? Salah satu penyebabnya adalah kelebihan tonase. Perbaikan tahun ini pun belum selesai bahkan diperkirakan sampai lebaran tahun 2024 baru selesai. Seberapa parah sebenarnya kerusakan di jalur Pati-Rembang ini? Sebenarnya yang rusak tidak panjang hanya sekitar 10 Km itu pun tidak satu titik akan tetapi beberapa titik. Mengapa pekerjaannya lama sekali bahkan setahun lebih? Inilah masalahnya. Kenapa pemerintah tidak memprioritaskan pekerjaan jalan utama ini. Seakan pekerjaan perbaikan jalan ini asal-asalan. Kenapa asal-asalan? Pekerjaan dimulai pukul 07 pagi berakhir pukul 16 kayak jam kerja kantoran atau jam kerja biasa. Seharusnya ada prioritas pelaksanaan perbaikan karena jalur ini adalah jalur utama. Kalau terjadi kemacetan mengganggu urat nadi perekonomian nasional. Bayangkan kerugian per hari dari kemacetan di jalur Pati-Rembang adalah 1 juta per truk per hari. Bisa dihitung sendiri kalau macetnya sampai sehari semalam dan panjang kemacetannya sampai puluhan kilometer. Seharusnya perbaikan jalan utama itu diprioritaskan sehari semalam penuh dengan menerapkan sistem kerja shift. Ada shift siang dan shift malam sehingga pekerjaan akan cepat selesai. Kalau dibandingkan dengan perbaikan jalan di jalur yang sama padatnya seperti di jalur Babat-Lamongan-Gresik Provinsi Jawa Timur, pekerjaan jalan di jalur Pati-Rembang sangat lambat sekali walaupun volume kerjanya sama. Inilah yang harus jadi perhatian. Siapa pun bupatinya, gubernurnya jika etos kerjanya kurang maka perbaikan itu tetap akan memakan waktu yang lama dan kemacetan pun semakin parah.
Bagi kendaraan kecil ada jalur alternatif menuju Rembang yaitu melalui jalur Jakenan-Jaken-Sumber-Rembang atau sebaliknya jika dari Rembang menuju Pati arah Sumber-Jaken-Jakenan-Pati. Kalau macet parah sampai kota Rembang di arah timur jalur alternatif menuju Pati adalah lewat Rembang-Sulang-Sumber-Jaken-Jakenan-Pati. Begitu juga sebaliknya jika macet parah sampai jalur lingkar Pati Selatan maka jalur alternatif melewati Sampangan-Jakenan-Jaken-Sumber-Sulang-Rembang. Jalur alternatif ini sudah bagus dan mulus kecuali setelah Jaken menuju Sumber yang rusak. Kerusakan itu tidak panjang hanya sekitar 1 Km karena merupakan jalan desa bukan jalan kabupaten atau provinsi.
Kemacetan semakin parah jika musim penghujan karena pinggir jalan yang bisa dilalui kendaraan tidak bisa dilalui. Harusnya pemerintah memprioritaskan perbaikan jalan pantura timur ini. Lamanya waktu perbaikan menimbulkan kerugian yang luar biasa banyak bagi masyarakat. Ironisnya setelah perbaikan selesai jalur yang sudah lama diperbaiki sudah rusak lagi. Akhirnya diperbaiki lagi, macet lagi. Perbaikan jalan Pantura ini seperti proyek abadi. Tidak ada niat untuk mencari solusi bagaimana jalur Pantura timur ini lepas dari kemacetan dan kerusakan. Dulu waktu sebelum orde baru ada alternatif angkutan pakai kereta api. Jalur kereta api tidak dipakai sejak orde baru akhirnya relnya diambil masyarakat dan tanah milik PJKA dipakai pemukiman oleh masyarakat. Adanya jalur alternatif beban jalan Pantura akan berkurang. Ada inisiatif aktivasi rel kereta api jalur Semarang-Rembang. Akan tetapi ini belum dilaksanakan masih dalam kajian. Ada lagi alternatif pembangunan jalan tol Semarang -Tuban yang juga masih dalam rencana belum tahap eksekusi. Kalau sama-sama berpikir demi kebaikan dan kemajuan ekonomi seharusnya antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha berembug bagaimana mengatasi kerusakan dan kemacaten di jalur Pantura Timur ini. Ada solusi yang harus segera dihasilkan agar masalah abadi jalur pantura timur ini segera selesai. Jangan sampai tiap tahun ada proyek perbaikan yang bikin resah masyarakat. Pengusaha tidak boleh egois, sopir tidak boleh egois, pemerintah tidak boleh menangnya sendiri dan masyarakat mendukung langkah pemerintah. Mencari solusi dengan mempertemukan semua kalangan tersebut bisa diinisiasi oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mewilayahi jalur pantura timur. Dengan adanya solusi bersama tentang perbaikan jalur pantura timur bisa dihindari proyek abadi dan kutukan jalur pantura timur sebagai jalur neraka.