Berbagi Air
Berawal dari diskusi di group whatapps salah satu organisasi profesi yang sangat ramai. Organisasi profesi tersebut sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu anggota group usul untuk mengadakan bantuan air bersih ke beberapa desa yang dilanda kekeringan akut di Kabupaten Pati. Usul tersebut dipicu adanya bantuan serupa yang dilakukan oleh beberapa lembaga dan kedinasan serta organisasi profesi lain. Tanpa harus bertemu muka dan rapat secara offline bantuan tersebut disepakati secara aklamasi oleh semua anggota walaupun ada yang tidak setuju jika berupa air bersih dan lebih memilih air minum kemasan. Memang salah satu anggota ini aneh. Yang dibutuhkan warga saat ini adalah air bersih untuk keperluan sehari-hari misal mandi, cuci dan memasak bukan untuk minum. Walaupun ada yang usul nyleneh bantuan berupa air bersih itu tetap jalan.
Teknis penyaluran dan pendistribusian diserahkan pada anggota yang membawahi wilayah tersebut dan pengurus organisasi tidak perlu turun langsung ke lokasi. Wilayah yang akan diberi bantuan harus wilayah yang memang benar-benar membutuhkan air bersih. Mulai dari penunjukan lokasi dimana bantuan akan didistribusikan dan penyerahan sepenuhnya dipercayakan kepada anggota yang membawahi wilayah tersebut. Pengurus tidak perlu membuat tim untuk mensurvey dan memilih lokasi distribusi bantuan. Juga tidak perlu kepada siapa harus diberikan bantuan dan menghubungi siapa. Anggota yang ada di wilayah tersebut sudah paham sekali wilayah tersebut. Tidak seperti organisasi lain atau lembaga lain yang akan mendistribusikan bantuan membentuk tim kecil kemana dan kepada siapa bantuan tersebut akan disalurkan. Salah satu anggota organisasi ini memang domisilinya di wilayah yang sering mengalami kekeringan ketika musim kemarau tiba. Kejadian kekeringan ketika musim kemarau tiba sudah berlangsung bertahuan-tahun. Akan tetapi belum ada solusi yang tepat dari pemangku kepentingan mengatasi masalah ini. Setiap musim kemarau tiba dipastikan akan terjadi kekeringan. Warga di wilayah tersebut selalu menantikan bantuan air bersih jika musim kemarau tiba karena memang air tidak ada sama sekali. Kalau pun ada hanya untuk kebutuhan primer yaitu minum. Untuk kebutuhan sehari-hari lainnya praktis tidak ada air.
Hamparan lahan sawah yang luas tidak ada tanamannya sama sekali. Semua kering kerontang. Sawah menghijau ketika musim hujan tidak akan bisa ditemui ketika musim kemarau. Untuk mandi saja air tidak ada apalagi untuk mengairi sawah.
Air menjadi kebutuhan paling utama. Tiada air tiada kehidupan. Itu sudah dinash dalam kitab suci Al-Qur'an. Segala sesuatu berasal dari air. Air adalah lambang kehidupan. Jika suatu daerah subur dipastikan sumber airnya banyak sebaliknya jika seuatu daerah kering dipastikan sumber airnya sedikit.
Kembali ke bantuan air. Proses teknis distribusi tidak dibutuhkan rapat yang bertele-tele. Semua keputusan di lapangan diserahkan kepada anggota yang mewilayahi daerah tersebut. Cukup dilakukan 1 atau 2 orang bantuan tersebut sudah sampai kepada warga yang membutuhkan. Tidak perlu tim kecil apalagi besar untuk mengantar dan mengawal bantuan tersebut. Begitu praktis, cepat dan tepat rapat lewat media sosial. Waktu yang seharusnya digunakan untuk rapat dalam pengambilan keputusan dipangkas begitu saja dengan rapat secara daring. Distribusi bantuan yang biasanya harus dikawal tidak perlu ada pengawalan karena langsung didistribusikan pada warga yang sudah menanti bantuan. Jelas tidak akan salah sasaran.
Inilah kelebihan penggunaan media sosial. Pengambilan keputusan harus cepat dan tepat tanpa harus mengeluarkan biaya apapun. Laporan bisa dilakukan melalui media sosial tanpa harus membuat laporan yang bertele-tele apalagi seperti membuat laporan yang harus ada pendahuluan, kata sambutan dan seterusnya. Laporan seperti itu sudah tidak diperlukan lagi. Sekarang yang dibutuhkan adalah kecepatan. Siapa cepat akan lebih bermanfaat.
Wilayah yang mendapatkan bantuan air bersih ini sudah sekitar 2 sampai 3 bulan mengalami kekeringan. Tiap hari selalu ada bantuan air bersih kepada warga tersebut. Ada sekitar 3 atau 4 kecamatan yang mengalami kekeringan ketika musim kemarau tiba di kabupaten Pati. Celakanya peristiwa ini selalu terulang setiap musim kemarau. Belum ada solusi tepat untuk mengatasi masalah ini. Ada solusi yang mungkin bisa dicoba yaitu penanaman hutan kembali oleh masyarakat bukan oleh pemerintah. Tiap desa diprogramkan atau diwajibkan membuat hutan desa. Teknisnya jika tiap desa ada bengkok maka desa tersebut harus mengalokasikan sepertiga atau setengah dari bengkok tersebut untuk dijadikan hutan. Bengkok adalah lahan yang dimiliki desa yang dikelola oleh pejabat desa seperti kepala desa atau perangkat desa untuk digunakan sebagai gaji mereka. Perangkat desa sekarang sudah digaji negara maka lahan bengkok sudah sewajarnya jika digunakan untuk kepentingan desa. Kalau desa tidak mempunyai bengkok jika wilayah desa tersebut berdekatan dengan lahan yang dimiliki oleh Perhutani yang sekarang hutannya tidak ada bisa negosiasi dengan Perhutani agar tanah yang dimiliki oleh Perhutani bisa dijadikan hutan oleh desa.
Jika desa tidak mempunyai bengkok dan jauh dari lahan Perhutani, perangkat desa bisa bermusyawarah dengan warganya bagaimana caranya agar lahan yang dimiliki oleh warga dijadikan hutan.
Ini adalah salah satu cara jangka panjang agar tidak terjadi lagi kekeringan jikalau musim kemarau datang. Hutan ini harus dijaga oleh warga desa sekitar jangan sampai dibabat. 5 sampai 10 tahun hutan tersebut akan kelihatan hasilnya. Sumber air akan terus mengalir di wilayah sekitar hutan tersebut. Masyarakat harus diedukasi jangan sampai merusak hutan.
Solusi membikin hutan sendiri tiap desa ini penting. Solusi ini untuk perdesaan bukan kota. Kalau di kota sistem pengairan sudah bagus karena sudah ada Perusahaan Air Minum dan juga ada gerakan hutan kota.
Jangan mengharapkan bantuan tiap kali ada kekeringan. Kalau tidak dicarikan solusi sampai kapan musibah kekeringan akan berakhir. Bantuan air bersih adalah solusi jangka pendek. Masyarakat harus berpikir untuk mengatasi masalah kekeringan ini jangka panjang. Jangan menyerahkan masalah kekeringan ini hanya kepada pemerintah. Pemerintah tidak akan bisa memberikan solusi kalau tidak didukung oleh masyarakat. Semua elemen masyarakat harus berkontribusi dalam mencari solusi masalah kekeringan ketika musim kemarau tiba dan banjir ketika musim hujan tiba.