Carok
Sudah seminggu ini media sosial maupun media elektronik dipenuhi dengan berita carok di Bangkalan Madura. Carok yang mengakibatkan tewasnya 4 orang di Bangkalan Madura menjadi viral karena sudah sekitar 18 tahun tidak pernah ada kasus carok di bumi Madura. Definisi carok menurut Wekipedia adalah adalah tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk mempertahankan harga diri dari pelecehan orang lain. Carok merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh masyarakat Madura dalam menyelesaikan suatu masalah. Carok merupakan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Madura. Carok merupakan sebuah pertarungan dengan menggunakan senjata khas Madura yaitu clurit dan dilakukan atas persetujuan semua pihak. Dengan adanya carok maka semua pihak menerima apa yang akan terjadi dan tidak akan menuntut balas bagi yang kalah. Dalam tradisi carok pasti akan ada yang tewas yang menandakan akhir dari pertarungan. Ada filosofi carok bagi masyarakat Madura. Jika yang tewas itu kepalanya menghadap ke atas berarti dia adalah pihak yang benar dan keluarganya harus ada yang meneruskan dalam membela kebenaran tersebut. Jika yang tewas itu kepalanya menghadap ke bawah maka dia berada di pihak yang salah dan keluarga harus menerima akibat tersebut. Ketika salah satu ada yang tewas maka pihak lawan harus menyerahkan tubuh yang tewas itu kepada keluarganya. Itulah cara jantan dan berani masyarakat Madura untuk mengakhiri suatu masalah. Tidak bisa dipungkiri tradisi dan kearifan lokal ini masih ada sampai sekarang. Peristiwa carok Bangkalan tanggal 12 Januari 2024 kemarin adalah fakta bahwa carok masih sangat kental di bumi Madura. Para ahli sosial berpendapat keberadaan carok masih ada dikarenakan latar belakang masyarakat yang masih rendah tingkat pendidikannya dan ekonomi terbelakang. Para ahli silahkan berpendapat apapun akan tetapi tradisi carok adalah tradisi dan kearifan lokal masyarakat Madura yang tidak akan ditinggalkan begitu saja.
Melihat berbagai berita dan sumber kejadian carok Bangkalan kemarin sebenarnya bisa dihindari jika saling menghormati. Ada 2 pihak yang terlibat dalam carok kemarin yaitu pihak Mat Tanjar dan kawan-kawan serta Hasan Busri alias Hasan Tanjung dan adiknya. Menurut cerita pihak berwajib kejadian tersebut dipicu karena prilaku pihak Mat Tanjar yang semena-mena terhadap Hasan. Awal mulanya sekitar pukul 17.15 WIB si Hasan mau berangkat ke acara tahlilan berjalan kaki kemudian lewatlah Mat Tanjar dan kawan-kawan mengendarai sepeda motor dengan kencang dan memakai knalpot brong. Melihat rombongan Mat Tanjar berkendara sepeda motor dengan kencang si Hasan menegur. Mat Tanjar dan kawan-kawan tidak terima kemudian balik mendatangi Hasan. Tanpa alasan apapun Mat Tanjar langsung memukul Hasan dan meludahinya bahkan kalau tidak terima mengajak duel saat itu juga dengan mengatakan "silahkan pulang ambil senjatamu kita duel di sini". Hasan pun meladeni tantangan itu dan pulang mengambil clurit. Dalam perjalanan pulang bertemu dengan adiknya Muwardi dan mengajak adiknya untuk ikut duel dengan Mat Tanjar dan kawan-kawannya. Sebelum berangkat ke arena duel, Hasan dan adiknya minta restu ke ibunya dan ibunya melarang untuk berangkat akan tetapi Hasan tetap berangkat. Dua orang kakak beradik ini naik sepeda motor ke arena duel yang sudah dijanjikan Mat Tanjar. Sesampai di lokasi kemudian Hasan langsung masuk arena dengan melompat di tengah-tengah kelompoknya Mat Tanjar. Saat itu ada 5 orang dari kelompok Mat Tanjar yang menyerang Hasan dengan menggunakan senjata tajam. Menurut informasi sebenarnya ada 10 orang kelompok Mat Tanjar yang ada di lokasi akan tetapi yang turun ke gelanggang pertarungan cuman 5 orang sementara yang 5 orang melarikan diri. Muwardi adik Hasan juga langsung terjun ke gelanggang. Hasan menghadapi Mat Tanjar dan Mat Terdam sementara Muwardi berhadapan dengan Najrehi dan Hafidz. Sementara yang satu tidak diketahui namanya karena berhasil lolos. Dalam pertarungan itu 4 orang tewas bersimbah darah yaitu Mat Tanjar, Mat Terdam, Najrehi dan Hafidz. Semuanya tewas di lokasi. Sementara 1 orang disuruh pulang sama Hasan karena diberi pengampunan. Jadilah sore menjelang maghrib itu peristiwa carok pada awal tahun ini. Kemudian pihak aparat penegak hukum menangkap dan menetapkan tersangka pembunuhan yaitu Hasan dan Muwardi. Hasan dan Muwardi disangkakan dengan pasal 338 KUHP yaitu pasal pembunuhan berencana dengan maksimal 20 tahun penjara. Siapakah sebenarnya Mat Tanjar dan kawan-kawan yang menantang duel Hasan. Dalam beberapa informasi disebutkan bahwa Mat Tanjar adalah guru silat daerah tersebut dan mempunyai anak buah banyak sekali. Mat Tanjar ini ditakuti di daerah tersebut. Pernah pada tahun 2023 Mat Tanjar menantang pihak kepolisian ketika ada masalah pilkades di desanya. Videonya sangat viral sekali. Prilaku Mat Tanjar yang semena-mena terhadap Hasan mungkin ingin menunjukkan bahwa dia adalah penguasa daerah tersebut. Mat Tanjar ini kayaknya preman daerah tersebut. Mungkin berbekal sebagai guru silat dan pengikutnya banyak dia ingin menunjukkan dialah penguasa daerah tersebut. Sementara Hasan Busri alias Hasan Tanjung adalah orang biasa yang tidak pernah neko-neko. Orangnya pendiam dan tidak pernah berbuat keonaran di daerah tersebut. Nahas bagi Mat Tanjar sore itu nyawanya harus melayang gegara ulahnya sendiri.
Sebenarnya peristiwa tanggal 12 Januari 2024 itu tidak harus ada tersangka karena duel carok tersebut merupakan persetujuan kedua belah pihak dan akibatnya sudah dimengerti dan dipahami oleh kedua belah pihak. Dalam duel carok tersebut pasti ada yang tewas. Kebetulan saat itu yang tewas adalah Mat Tanjar dan kawan-kawan. Bisa jadi kalau Mat Tanjar dan kawan-kawan tidak tewas maka yang tewas adalah pihak Hasan. Penyelesaian kasus carok ini tidak melulu dengan hukum positif. Bisa jadi penyelesaian dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Pihak aparat hukum juga harus melihat sisi dari "pelaku" atau sekarang menjadi tersangka carok dimana menurut keterangan "pelaku" awal mula kejadian karena adanya penghinaan, tindakan semena-mena dan tantangan duel oleh korban. Kalau misal tantangan duel itu tidak diladeni bisa jadi korbannya adalah "pelaku". Kalau misal dalam duel yang tewas adalah Hasan dan adiknya apakah akan ada tersangka apalagi ini adalah keroyokan. Sebuah keberuntungan bagi "pelaku" yang masih hidup dan memenangkan duel tersebut karena lawannya tidak seimbang. Bayangkan 2 orang harus menghadapi 5 orang yang kesemuanya adalah pendekar bahkan salah satunya adalah masternya pendekar. Mungkin sudah takdir bagi Mat Tanjar dan kawan-kawannya meninggal dalam duel carok di desanya.
Dari peristiwa ini seharusnya masyarakat Madura dan tokoh-tokoh Madura bersatu padu mengatasi tradisi dan kearifan lokal yang tidak baik bagi kehidupan manusia ini. Prilaku ini harus segera dihentikan. Entah bagaimana caranya tradisi ini harus segera dihentikan. Memang susah karena berkaitan dengan harga diri. Apapun kalau sudah menyangkut harga diri akan dipertaruhkan contohnya kejadian carok menjelang maghrib itu. Memang kalau masalah harga diri apapun akan dilakukan demi menjaga dan membela harga diri. Harga diri harus dijaga sampai mati. Mungkin begitu dalam benak dan pikiran semua orang. Akan tetapi caranya yang berbeda dalam menjaga dan membela harga diri. Untuk masalah harga diri ada pepatah Jawa mengatakan wong ngalah duwur wekasane artinya orang yang mengalah akan panjang hidupnya. Pepatah inilah cara orang Jawa dalam menyikapi harga diri. Kalau tidak mengalah maka kejadian seperti carok di Bangkalan itu terjadi dan hidupnya pendek alias tewas. Mengalah bukan berarti kalah. Ada filosofi Jawa dalam menyikapi masalah harga diri yaitu ngalah, ngaleh dan ngamuk. 3 cara dan langkah menghadapi harga diri ini patut dikedepankan. Ngalah yaitu kita harus mengalah apapun situasi dan kondisinya. Kemudian kalau ngalah masih diganggu terus maka langkah selanjutnya adalah ngaleh yaitu pindah dari daerah tersebut (hijrah). Setelah konsep ngaleh dilakukan masih saja diganggu maka alternatif terakhir adalah ngamuk yaitu meladeni gangguan sampai titik darah penghabisan. Semoga filosofi luhur ini menjadi pegangan kita dalam menghadapi harga diri.