Tagar Kabur aja dulu
Akhir-akhir ini lagi tren tagar kabur aja dulu -#kaburajadulu- di aplikasi X. Selain itu ada juga tagar yang lebih ngetren lagi yaitu tagar peringatan darurat dengan gambar garuda hitam. Mengapa netizen membuat tagar #kaburajadulu dan #peringatandarurat? Ini tidak terlepas dari kondisi negara kita akhir-akhir ini.
Perlu diketahui Pemerintah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka lagi gencar-gencarnya melakukan efisiensi demi mencarikan anggaran makanan bergizi gratis. Efisiensi itu menghasilkan uang sekitar 300 Triliun dimana setiap lembaga/kementerian merasakan pangkasan anggaran tersebut kecuali Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Republik Indonesia. Tak ayal pemangkasan anggaran tersebut berdampak pada kinerja kementerian. Kementerian Pekerjaan Umum yang seharusnya bisa membuka lapangan pekerjaan dengan melakukan pembangunan bersifat padat karya dikarenakan ada pemangkasan akhirnya pembangunan tersebut urung dilakukan. Begitu juga dengan kementerian lain. Dampaknya secara langsung adalah masyarakat.
Kondisi ekonomi negara ini lagi sedang-tidak baik-baik saja. Investasi dari luar negeri juga tidak begitu lancar. Akibatnya ekonomi berjalan di tempat bahkan mengalami deflasi. Kenaikan pajak menjadi 12 % dengan memberikan stimulus kepada masyarakat seperti pemberian diskon listrik kepada masyarakat tidak bisa mendongkrak aktivitas ekonomi masyarakat.
Pemerintahan Prabowo-Gibran harus melihat keberhasilan pemerintah sebelumnya dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Lihatlah pemerintahan SBY dalam mendongkrak ekonomi masyarakat yaitu dengan menaikkan gaji aparatur negara. Dengan menaikkan gaji aparatur negara maka ekonomi akan berjalan baik. Mungkin menaikkan gaji aparatur negara ini tidak populer akan tetapi bisa menggerakkan roda ekonomi masyarakat bawah. Logikanya seperti ini mainset aparatur negara kita adalah konsumtif. Dengan menaikkan gaji mereka maka para aparatur negara tersebut akan lebih banyak belanja. Belanja aparatur negara tersebut akan memutar perekonomian masyarakat. Contoh sederhana dengan adanya kenaikan gaji, aparatur negara akan menghabiskan gajinya untuk belanja di dalam negeri dan kepada masyarakat bawah. Beda dengan konglomerat atau politisi yang belanjanya ke luar negeri. Dengan membelanjakan uangnya di dalam negeri maka roda perekonomian akan berputar baik.
Begitu juga yang dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dengan menaikkan gaji aparatur negara maka ekonomi negara ini bergerak dengan baik. Kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran sekarang bertolak belakang dengan yang telah dilakukan oleh dua pemerintahan sebelumnya. Pemerintah sekarang malah memangkas anggaran kementerian. Akibatnya pelaku usaha seperti travel, hotel, pariwisata dan umkm sangat merasakan pemangkasan tersebut. Dengan memangkas anggaran kementerian maka kementerian tidak bisa lagi mengadakan kegiatan di hotel atau di tempat wisata. Padahal pelaku perhotelan dan pariwisata adalah pengusaha skala kecil. Ini salah satu contoh dampak dari pemangkasan yang dirasakan oleh masyarakat bawah.
Maka wajar jika ada tagar #kaburajadulu. Banyak netizen usia produktif yang ingin bekerja di luar negeri bahkan pindah kewarganegaraan demi mencari hidup yang lebih baik. Kalau hanya berdiam di negara ini maka masa depan mereka tidak tentu karena ketiadaan lapangan kerja. Berapa ribu bahkan juta lulusan perguruan tinggi tiap tahun dihasilkan? Kalau tidak ada lowongan pekerjaan mau dikemanakan nasib mereka. Wajar saja jika mereka ingin pergi keluar negeri demi kehidupan mereka yang lebih baik karena negara ini belum menjamin kehidupan mereka.
Menurut Presiden Prabowo program makan bergizi gratis bisa membuat ekonomi di daerah naik menjadi 8-10%. Apa benar seperti itu? Dalam 100 hari pertama pemerintahan Prabowo belum kelihatan bagaimana program makan bergizi gratis menjadi stimulus perputaran ekonomi di daerah. Bahkan di beberapa daerah program makan bergizi gratis sudah ada penolakan. Memang program ini sangat ambisius. Bayangkan anggaran yang dibutuhkan saja sekitar 400 Triliun dalam setahun dan tragisnya tiap porsi hanya dihargai 10 ribu saja. Bisa dibayangkan harga segitu di kota-kota besar dapat apa. Mungkin perlu dievaluasi terkait program makan bergizi gratis mulai dari harga per porsi sampai sasarannya. Kalau di kota-kota besar tidak perlu lagi ada program makan bergizi gratis. Kalau yang dimaksudkan adalah untuk memberikan gizi bagi anak Indonesia, jangan semua anak Indonesia yang diberi program makan bergizi gratis akan tetapi ada pemilahan. Bagi anak orang miskin dan memerlukan bantuan itulah yang diberi program MBG sementara anak orang kaya dan mampu tidak perlu karena mereka sudah mampu membeli makanan bergizi. Mungkin program MBG sangat diperlukan di daerah tertentu seperti Papua atau pedalaman Kalimantan, Sumatera, Sulawesi sehingga anggaran yang dibutuhkan tidak begitu banyak.
Pemerintah harus waspada dengan adanya tagar #keluarajadulu karena bisa jadi generasi muda kita akan berbondong-bondong alih kewarganegaraan apalagi saat ini banyak negara mengalami de-populasi atau kekurangan penduduk seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan lain sebagainya. Bahkan pemerintah Jepang memberi iming-iming kepada warga negara manapun yang siap menjadi warga negara Jepang akan diberi subsidi. Tidak hanya Jepang, kedepan banyak negara akan seperti itu karena ingin mempertahankan eksistensinya sebagai negara.
Semoga negara ini baik-baik saja. Negara yang baik adalah negara yang memberi kesejahteraan dan kemakmuran kepada rakyatnya.