KAPITALISASI UMROH

Belakangan ini giat berangkat umroh dari kaum muslimin di negeri ini semakin pesat. Tiap hari bahkan tiap jam ada keberangkatan umroh menuju kota suci Mekkah atau Madinah. Keberangkatan jemaah umroh melebihi keberangkatan jemaah calon haji. Bahkan kalau dijumlahkan antara jemaah umroh dan jemaah haji lebih banyak jemaah umroh. Keberangkatan jemaah umroh ke tanah suci ini ada yang lewat biro travel dan ada juga yang mandiri. Umroh secara bahasa adalah ziarah.  Secara istilah adalah menyengaja pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah yaitu thowaf, (mengitari ka'bah sebanyak 7 kali, sa'i (lari-lari kecil antara bukit shofa dan marwa) dan diakhiri dengan tahallul (memotong sebagian rambut kepala). Umroh lebih sederhana dibandingkan haji. Umroh bisa dilakukan kapan pun dan haji hanya waktu tertentu yaitu pada bulan-bulan tertentu. Seharusnya biaya umroh lebih murah dibandingkan biaya haji. Bedanya haji harus menunggu beberapa tahun untuk melaksanakannya karena begitu banyaknya pendaftar haji. Sementara umroh begitu punya uang langsung bisa berangkat.  Bahkan ada organisasi atau kelompok yang mewajibkan anggotanya untuk menabung agar bisa berangkat umroh begitu juga ada biro travel yang menalangi terlebih dahulu keberangkatan jemaah umroh. Begitu mudahnya seseorang bisa berangkat umroh. Berbeda dengan berangkat haji. Berangkat haji diatur dan ditangani oleh pemerintah. Semua pendaftar haji harus lewat sistem, tidak begitu saja punya uang langsung bisa berangkat. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon jemaah haji. Sementara umroh dikelola oleh swasta. Persyaratannya pun sangat mudah bahkan tidak memerlukan persyaratan asalkan punya biaya bisa berangkat bahkan kalaupun tidak punya biaya bisa ditalangi dulu oleh biro. 

Akan tetapi biro umroh lupa bahwa umroh itu bukan  kewajiban . Yang wajib adalah haji. Terkadang orang belum haji sudah diiming-imingi untuk berangkat umroh. Kewajibannya ditinggal sementara yang sunah dilakukan terlebih dahulu. Mengapa fenomena keberangkatan umroh ini semakin pesat di negeri ini bahkan tidak hanya orang yang mampu saja, orang pas-pasan juga berangkat umroh. Padahal banyak kasus ada jemaah umroh yang terlantar di Mekkah, ada yang sakit dan ditinggal oleh biro umroh dan masih banyak lagi kejadian yang harusnya tidak perlu terjadi. 

Melihat fenomena tersebut saya menghubungi teman yang mempunya biro travel umroh dan haji plus terkait fenomena tersebut. Jawabannya bukannya saya diberi jawaban yang jelas akan tetapi malah ditawari untuk membuka cabang biro travel yang dia dirikan. Selanjutnya dijelaskan setiap dapat seorang jemaah maka ada komisinya.  Besaran komisi pun bervariasi tergantung orang yang memasarkan tersebut. Temen itu hanya memberikan harga yang harus dibayar kepada dia. Soal mau dijual berapa kepada jemaah terserah yang memasarkan. Bisa saja orang yang memasarkan mendapatkan komisi yang lebih besar karena kelihaiannya menggaet jemaah. Kalau tidak punya bakat pemasaran jangan harap dapat komisi yang banyak. Tidak lupa kawan tadi juga menjelaskan fasilitas yang diterima dengan harga tersebut. Harganya pun bervariasi tergantung paket yang diikuti. Ada paket 9 hari, 12 hari, 17 hari, 22 hari dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Saya sendiri pernah ditelpon oleh salah satu kawan yang sudah muqim lama di Mekkah untuk membuat biro travel umroh dan haji. Kawan ini siap mencarikan fasilitas akomodasi, transportasi selama di 2 kota suci Mekkah dan Madinah. Dia bilang berapa pun punya uang bisa dilaksanakan. Misal uangnya mepet maka akomodasi hotel dicarikan yang agak jauh dari masjidil haram. Jika uangnya banyak akomodasi hotel bisa dekat dengan masjidil haram.  Ternyata setelah saya amati ada persaingan terselubung diantara biro umroh. Paket yang mereka tawarkan walaupun sama tapi biayanya berbeda. Kenapa? karena tergantung fasilitas yang dinikmati oleh jemaah. Bahkan ada biro umroh yang berani memberikan komisi kepada bagian pemasaran tiap mendapatkan 1 jemaah akan dikasih 1 juta rupiah minimal 500 ribu. Kalau mendapatkan 10 jemaah akan diberangkat umroh secara gratis. Ternyata ada keuntungan yang luar biasa banyak dalam pemberangkatan umroh ini. Bayangkan sekarang rata-rata untuk paket 17 hari bayarnya 35 juta . Transportasi pesawat pulang pergi sekitar 10 juta (dibuat rata-rata). Akomodasi hotel di Madinah 10 hari sekitar 10 juta tergantung hotelnya bintang berapa. Rerata yang digunakan jemaah umroh dari Indonesia adalah kualitas bintang 3 yang harga perkamar sekitar 1 juta. 1 kamar biasanya diisi 4 jemaah. Dari sini sudah menghemat 3 juta tiap malam. Hotel di Mekkah juga hampir sama harganya dengan di Madinah tergantung jaraknya dari Masjidil Haram. Semakin dekat jaraknya maka harga semakin mahal. Taruhlah kalau harganya sama dengan di Madinah maka berapa keuntungan yang didapat oleh biro umroh ini. Secara kasar kita sudah dapat menghitung berapa biaya umroh  dengan paket 17 hari itu.  Wajar jika ada persaingan diantara biro untuk mendapatkan jemaah umroh. 

Geliat kemunculan biro umroh akhir-akhir ini sangat jelas terlihat pasca dibukanya kembali haji dan umroh oleh pemerintah Arab Saudi setelah 2 tahun  ditutup karena adanya virus covid 19. Saat covid 19 pemerintah Arab Saudi menutup total pelaksanaan haji dan umroh dari negara luar Arab Saudi. Saat itu banyak biro umroh di negeri ini tutup, bahkan banyak dari pemilik biro ini banting setir menjadi pedagang bahkan ada yang menjadi pengangguran. Gaya hidup pemilik biro yang dulu selalu nejis, relegius, mewah-mewahan begitu kena covid 19 berubah total . Semula yang memakai mobil mewah, mobilnya dijual. Semula yang sering bersedekah tiba-tiba jadi kikir. Semula yang murah senyum tiba-tiba jadi pemarah. Semula biasa menyekolahkan anak di luar negeri, anaknya ditarik pulang. Begitulah gaya hidup pemilik biro umroh selama  covid 19. Sekarang biro umroh kembali menggeliat. Orang-orang desa menjadi sasaran untuk diiiming-imingi berangkat umroh walaupun mereka belum berhaji. Ada yang bekerja sama dengan yayasan pendidikan untuk memberangkatkan umroh tenaga pendidiknya. Ada lewat pengajian, ada yang menggandeng ustadz kondang dan lain sebagainya yang tujuannya untuk mencari jemaah umroh. Ada yang bangga sering melaksanakan umroh. Ada yang bangga sering memberangkatkan umroh. Ada yang bangga sering membimbing jemaah umroh bahkan ada yang buat status di media sosial mereka sudah kangen dengan Ka'bah. 

Walaupun sekarang masa krisis tidak menyurutkan biro umroh untuk mencari jemaah umroh. Harga-harga barang naik, kebutuhan pokok mahal bagi biro umroh tidak masalah. Kalau kita kalkulasikan misal jemaah umroh memilih paket 17 hari dengan biaya 35 juta. Kalau yang berangkat 10 kloter yang setiap kloter berisi 350 jemaah maka berapa uang yang sudah terkumpul. Ada uang miliaran bahkan triliunan yang mengalir ke negeri Arab Saudi. Kalau uang ini diputar di dalam negeri akan membantu perekonomian yang sedang krisis ini. Tapi sekali lagi ini bukan masalah ekonomi an sich tapi masalah ekonomi yang dibungkus dengan baju relegi. Semoga dengan banyaknya orang Indonesia melaksanakan umroh akan membawa kebaikan bagi negeri ini dengan do'a yang dipanjatkan oleh mereka di tempat-tempat mustajabah.