Ngunduh Mantu
Sabtu, 09 November 2024 ada undangan dari kawan sesama pegawai. Pegawai ini beda profesi dengan saya akan tetapi pegawai ini adalah kawan seperjuangan ketika menjadi petugas haji. Pegawai ini mempunyai hajat ngunduh mantu. Mengapa disebut ngunduh mantu? Saya sebenarnya tidak begitu tertarik dengan istilah ngunduh mantu akan tetapi karena lingkungan orang Jawa maka mau tidak mau harus terbiasa dengan istilah tersebut apalagi memang pekerjaan saya berkaitan dengan istilah tersebut.
Ngunduh mantu adalah acara pernikahan adat Jawa yang dilakukan oleh pihak keluarga mempelai pria. Tradisi ini dilakukan setelah beberapa hari acara akad nikah dan resepsi pernikahan yang dilakukan oleh mempelai keluarga perempuan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan sehari atau lima hari dari akad nikah dan resepsi di rumah mempelai perempuan. Kalau dilaksanakan sehari setelah acara akad nikah dan resepsi di keluarga mempelai perempuan dinamakan walik ajang. Kalau dilaksanakan lima hari setelah acara akad nikah dan resepsi di keluarga mempelai perempuan namakan sepasar. Pasaran adat Jawa ada 5 sehingga kalau dinamakan sepasar maka hitungannya adalah 5 hari.
Istilah ngunduh dalam bahasa Jawa adalah memetik sesuatu yang sudah matang. Jadi ngunduh mantu maksudnya adalah mengambil menantu yang sudah dewasa. Adapun prosesinya dalam tradisi Jawa sebagai berikut:
Pengantin datang bersama pangombyong.
Pangombyong adalah pengiring pengantin yang terdiri dari kedua orang tua, saudara, keluarga dan tetangga. Pangobyong ini berhias sesuai dengan keinginan masing-masing.
Setelah sampai rumah pengantin pria, mereka disambut gending boyong pengantin.
Penyerahan putra pengantin dari keluarga pengantin wanita kepada keluarga besar pengantin pria.
Menyediakan sarana berupa : slindur, gepyokan, sangsangan sekar melati dan tirta suci 2 cangkir, yang sudah ditaruh diatas beri/baki.
Slindur merupakan kain yang digunakan oleh ayah pengantin pria diletakkan di pundak kedua mempelai dan ujungnya ditarik oleh sang ayah untuk menuntun kedua mempelai ke pelaminan.
Tirta suci 2 cangkir berupa air yang diwadahi cangkir jumlahnya dua buah. 2 cangkir air digunakan untuk memberikan minum kedua mempelai yang dilakukan oleh ayah mempelai pria. Prosesi ini bertujuan menyatakan kasih sayang orang tua kepada anak laki-laki dan juga menantunya. Sementara itu, air sendiri merupakan sebuah simbol dari harapan orang tua agar kedua pengantin selalu mendapatkan kejernihan dalam berpikir dan memutuskan sesuatu saat dilanda permasalahan.
Proses ini dinamakan dengan unjukan tirto wening.
Wisuda Tali Darma, pihak keluarga pengantin pria berucap janji suci pernikahan dalam bahasa jawa. Bersamaan dengan prosesi ini, dilantunkan kidungan Rerepan Sekar Pangkur Gedhong Kuning laras pelog pathet barang.
Kedua mempelai memasuki dampar rinengga, diiringi gendhing
Sambutan. Sambutan ini biasanya dilakukan oleh keluarga atau perwakilan pengantin perempuan yang isinya adalah menyerahkan sepenuhnya pengantin perempuan kepada keluarga pengantin pria.
Acara ini diakhiri dengan ramah tamah atau makan-makan.
Maksud acara ngunduh mantu adalah:
Memperkenalkan pengantin perempuan kepada keluarga pengantin pria;
Sebagai pengumuman bahwa mempelai pria sudah beristri;
Pria harus menjadi pelindung bagi istri dan anak-anaknya kelak;
Sebagai ungkapan bahagia dan rasa syukur keluarga pengantin pria yang telah berhasil mendapatkan menantu sesuai harapannya.
Memang orang Jawa banyak sekali adat-istiadatnya. Apa pun yang berkaitan dengan fase kehidupan dalam tradisi Jawa pasti ada acaranya. Begitulah cara orang Jawa menyelami kehidupannya.
Ini adalah pertama kawan ini punya hajat ngunduh mantu. Memang anaknya 3 orang dan ini adalah anak pertama.
Semua koleganya diundang. Acara bertempat di rumahnya sendiri tidak di gedung atau hotel. Tamu undangan dibagi beberapa shift. Ada 3 shift untuk tamu undangan. Sayangnya tidak ada petugas parkir yang mengatur lalu lalang kendaraan para tamu yang datang. Tamu yang membawa mobil harus mencari tempat parkir sendiri. Untungnya para tetangga baik hati menyediakan tempat parkir bagi kendaraan tamu. Bagi tamu yang tidak terbiasa dengan mencari tempat parkir sendiri dan ewuh pekewuh dengan masyarakat sekitar akan susah memarkirkan kendaraannya. Parkir di jalan akan membuat jalanan macet karena jalan tersebut hanya cukup untuk satu mobil saja. Kalau ada mobil dari arah berlawanan harus ada yang mengalah salah satu.
Memang mempunyai hajat yang mengundang kolega banyak harus menyiapkan segalanya mulai dari tempat parkir yang luas dan layak, petugas parkir, penerima tamu, pramu saji dan lain sebagainya. Jika tidak maka akan membuat para tamu tidak nyaman.
Wajar saja jika acara ngunduh mantu perdana ini masih ada kekurangan sebagai pelajaran untuk acara yang akan datang. Semoga diberi keluarga yang sakinah, mawaddah, rahmah dan generasi yang sholih, sholihah.