Pakistan vs India
Pakistan dan India akhirnya terlibat pertempuran antar negara. Dua negara yang terletak di anak benua Asia itu sejak 7 Mei 2025 saling serang. Paling tidak 30 korban tewas akibat serangan kedua negara. Pemicunya adalah pembunuhan terhadap turis India yang ada di Kasmir oleh kelompok garis keras Pakistan. Dalam serangan tersebut sebanyak 26 korban dari turis India tewas. India menuduh bahwa Pakistan berada di balik serangan yang dilakukan oleh kelompok garis keras tersebut. India adalah negara yang mayoritas beragama Hindu sementara Pakistan negara mayoritas muslim. Konflik antar dua negara tersebut sering dibumbui dengan isu agama dimana saling bunuh antara pemeluk agama Islam dan Hindu. Umat Islam di India sering diserang oleh kelompok garis keras agama Hindu sementara Pakistan sering menyerang pemeluk agama Hindu. Begitulah sering terjadi konflik berlatar belakang agama.
Sejatinya konflik dua negara tersebut sudah sejak 1947 dimana saat itu nyaris terjadi perang habis-habisan antara kedua negara tersebut. Untungnya Indonesia bisa mencegah meletusnya perang kedua negara tersebut. Pemicu sebenarnya adalah masalah teritorial dimana kedua negara mempermasalahkan kawasan Kasmir. Mayoritas Kasmir dikuasai oleh India. Ada 3 negara yang menguasai Kasmir yaitu India, Pakistan dan Tiongkok. Gegara garis perbatasan inilah kedua negara saling serang.
Perang yang meletus sejak 7 Mei kemarin sudah menghabiskan biaya sekitar 2.800 Triliun hampir sama dengan APBN Indonesia selama setahun. Bagaimana dua negara yang termasuk kategori negara berkembang bisa menghabiskan ribuan triliun hanya dalam waktu kurang dari sepuluh hari. Dua negara tersebut juga mempunyai senjata nuklir yang tidak dipunyai oleh negara lain. Kekuatan nuklir dunia hanya dimiliki oleh beberapa negara. Bila kedua negara mengerahkan kekuatan nuklirnya maka dunia dalam ancaman. Penggunaan kekuatan nuklir inilah yang dikhawatirkan oleh banyak negara di dunia.
Pakistan tidak sendirian dalam perang tersebut. Perlu diketahui Pakistan bekerja sama dengan Tiongkok dalam membangun kekuatan angkatan bersenjatanya. Kerja sama itu sudah terwujud dalam pembuatan pesawat tempur Jengdu 10 khusus untuk angkatan bersenjata Pakistan. Tiongkok juga mensuplai peralatan militer untuk negara tersebut seperti radar, tank, pesawat tempur beserta persenjataannya. Selain dengan Tiongkok, Pakistan juga menjalin kerja sama dengan Turki. Turki adalah salah satu anggota NATO yang maju dalam bidang persenjataan.
India tidak mau kalah dengan perkembangan Pakistan. India membeli alut sista besar-besaran dan mengupgrade kekuatan tempurnya dengan berbagai negara besar. India membeli pesawat tempur dari Rusia yaitu Sukhoi yang jumlahnya tidak main-main bahkan India bisa memproduksi pesawat tersebut di dalam negeri. Selain membeli pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, India juga mengembangkan sistem persenjataan rudal Brahmos bersama Rusia. Teknologi S-300 Rusia diadopsi oleh India dengan memproduksi rudal Brahmos yang jangkauannya nyaris sama dengan S-300 produksi Rusia. Teknologi andalan Rusia ini membuat teknologi alutsista India disegani oleh negara lain. Selain dengan Rusia, India juga menjalin kerja sama dengan Prancis dengan membeli pesawat tempur multi peran yaitu Rafale. Bahkan India bisa memproduksi Rafale di negaranya sendiri. Tidak hanya matra udara saja India mengupgrade kekuatan tempurnya akan tetapi juga matra laut dan darat. Matra laut India juga bekerja sama dengan Rusia untuk membangun beberapa kapal perang. Tidak hanya dengan Rusia akan tetapi juga dengan Prancis.
Siapakah yang menang dalam perlombaan persenjataan tersebut?
Perang 07 Mei 2025 kemarin menggambarkan bagaimana kekuatan tempur kedua negara tersebut. Sementara India kalah telak dengan Pakistan. Walaupun India mempunyai kekuatan pesawat tempur dari Eropa bisa dikalahkan oleh Pakistan yang didukung Tiongkok. 5 pesawat tempur India rontok dihantam rudal pesawat tempur Jengdu 10 Pakistan. 5 pesawat tempur India yang rontok tersebut adalah 3 Rafale, 1 MIG 29 dan 1 Su-30MK. Dari segi harga, pesawat tempur India lebih mahal dibandingkan pesawat tempur Pakistan. Harga pesawat tempur India bisa 10 kali lipat lebih mahal dari pada pesawat tempur Pakistan. Akibatnya India menderita kerugian yang banyak karena pesawat tempurnya rontok dirudal oleh pesawat tempur Pakistan. Ekses rontoknya pesawat tempur India -Rafale, MIG dan Sukhoi- membuat harga saham perusahaan Dassault -pembuat Rafale- anjlok sementara saham Jengdu naik tajam di pasaran internasional.
Perang Pakistan vs India tidak sekedar perang antar dua negara akan tetapi perang pamor, gengsi dan adu kekuatan pembuat pesawat tempur. Pakistan didukung oleh Tiongkok yang terkenal dengan harga murahnya sementara India didukung oleh Prancis yang terkenal dengan harga mahal persenjataannya. Perang Pakistan vs India ini tidak bisa dihentikan segera mungkin karena akar masalah perang belum terselesaikan. Tanpa menyelesaikan akar masalah pemicu perang maka perang Pakistan vs India akan terus berlanjut walaupun ada jeda alias gencatan senjata.
Bagaimana reaksi dunia?
Dunia diam saja. PBB yang selama ini menjadi organisasi tunggal penjaga perdamaian dunia tidak berkutik. PBB terlihat ompong dan tidak ada perannya. Lihatlah perang Gaza, Ukraina, Sudan dan lain sebagainya, tetap saja berlanjut tanpa ada solusi apapun. Perang bagi produsen senjata sangat menguntungkan karena produksinya akan laris dibeli oleh negara yang berperang. Bagi produsen senjata, perdamaian adalah masalah karena menghambat produksi persenjataan. Dunia memang tidak baik-baik saja. Bisa jadi perang Pakistan vs India akan melebar ke Taiwan dan Tiongkok. Saat ini Taiwan dan Tiongkok sudah siap-siap untuk berperang. Bila cinta perdamaian bersiaplah berperang. Semoga negara ini tidak dilanda perang. Mengurus kemiskinan saja belum kelar apalagi mau berperang.