Jogetan DPR
Anggota DPR RI Pusat berjoget secara serentak sesaat setelah sidang tahunan tanggal 15 Agustus 2025. Jogetan anggota DPR terjadi setelah sidang ditutup ketua DPR, sementara presiden dan wakil presiden masih duduk di tempatnya masing-masing. Jogetan tersebut tidak hanya pasca sidang tahunan 15 Agustus 2025 akan tetapi juga berlanjut ketika upacara detik-detik proklamasi di Istana Negara. Mungkin anggota DPR ikut merayakan hari ulang tahun RI ke-80 dengan cara berjoget sekaligus melampiaskan kegembiraannya setelah bekerja sehari-hari. Mungkin juga untuk mengusir kepenatan dan kebosanannya ketika bekerja.
Dalam video dan berita yang viral kemudian ada narasi anggota DPR berjoget setelah ada pengumuman kenaikan gaji Rp. 3 juta per hari. Memang dalam sidang tahunan tersebut diumumkan bahwa ada kenaikan tunjangan bagi DPR tiap hari Rp. 3 juta. Mungkin sebagian anggota DPR berjoget untuk merayakan pengumuman kenaikan tunjangan ini. Setelah ada berita viral kenaikan gaji DPR Rp. 3 juta per hari kemudian ketua DPR mengklarifikasi bahwa kenaikan Rp. 3 juta per hari bukan kenaikan gaji akan tetapi sebagai ganti hak menempati rumah dinas. Saya tidak tahu apakah anggota DPR tidak menempati rumah dinas sekarang yang jelas semua anggota DPR mendapat jatah rumah dinas soal rumah dinas tersebut perlu renovasi atau tidak saya tidak tahu. Alibi tersebut memang seakan dicari-cari saja untuk membenarkan kenaikan gaji tersebut.
Jogetan anggota DPR sesaat setelah sidang DPR tidak etis karena ini merupakan rangkaian sidang formal dan kedinasan. Bagaimana anggota dewan terhormat berjoget ria dengan iringan lagu setelah sidang yang katanya untuk kepentingan rakyat di saat rakyat berjibaku mencari kerja. Apalagi jogetan tersebut diiringi dengan pengumuman kenaikan "gaji" mereka. Nir etika itulah wakil rakyat yang terhormat.
Wakil presiden, Gibran RR terlihat sinis melihat jogetan anggota dewan terhormat tersebut. Mungkin di pikiran wakil presiden bertanya dan heran mengapa para anggota dewan terhormat jogetan padahal ini adalah acara formal dan di saat kondisi rakyat tidak menentu, berjibaku mencari kerja dan banyak pengangguran. Sikap wakil presiden yang kelihatan sinis terhadap jogetan para anggota dewan yang terhormat viral di media sosial dan dibumbui oleh naras-narasi yang sangat anti terhadap anggota DPR. Momentum jogetan wakil rakyat yang terhormat seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi walaupun mereka juga sama-sama manusia dan ingin meluapkan kegembiraannya menyambut ulang tahun Republik Indonesia.
Wakil rakyat seharusnya tahu benar kondisi rakyat yang diwakilinya bukan ketika sudah jadi wakil rakyat lupa terhadap konstituennya. Mungkin wakil rakyat hanya memandang bahwa rakyat Indonesia ini bodoh dan pelupa karena cukup dikasih angpo seratus ribu sudah mau memilih mereka.
Para anggota dewan yang terhormat tidak lagi melihat konstituen yang diwakilinya. Ketika mereka turun mereka kasih dana aspirasi. Bagi anggota dewan itu sudah cukup menghibur konstituennya walaupun dana aspirasi itu pun dipotong sekian persen untuk diri anggota dewan terhormat. Sekarang rakyat sudah cerdas. Jangan harap anggota dewan yang terhormat bisa seenaknya saja ketika sudah jadi anggota dewan terhormat. Prilaku anggota dewan akan selalu dilihat dan dinilai oleh pemilihnya. Rakyat akan melawan dalam diam. Rakyat akan menandai siapa saja wakil rakyat yang terhormat sudah tidak layak untuk dipilih di pemilihan yang akan datang. Jangan harap ketika nanti mendekati pemilihan legislatif kemudian datang ke pemilihnya dan memberikan angpo kemudian berharap dipilih. Rakyat tidak akan sudi memilih wakil yang tidak punya etika dan empati terhadap rakyat yang diwakilinya.
Apakah perlu ada materi pengajaran etika dan empati untuk wakil rakyat terhormat. Bukankah sidang tahunan 15 Agustus 2025 adalah sidang formal dan tidak etis jika diiringi dengan jogetan apalagi di gedung dewan yang terhormat. Silahkan anggota dewan terhormat jogetan tapi jangan acara formal apalagi dalam gedung dewan yang terhormat.