Banser vs Garda Bangsa
Kemarin Selasa, 03 September 2024 ada berita yang menghebohkan dan viral di semua media online maupun media sosial yaitu Banser dan Pagar Nusa merespons seruan perang Garda Bangsa PKB. Begitulah salah satu bunyi judul berita media online. Ikhwal awal respon itu menurut berita adalah pernyataan ketua umum Garda Bangsa Tommy Kurniawan yang mengatakan siap perang melawan Banser maupun Pagar Nusa. Dunia politik akhir-akhir ini menjelang berakhirnya Presiden Jokowi sangat panas. Entah dikarenakan apa tidak ada yang tau.
Kembali ke perseteruan Banser dan Pagar Nusa vs Garda Bangsa. Saya pun penasaran dengan berita tersebut. Kemudian iseng mencari pernyataan ketua Garda Bangsa PKB, Tommy Kurniawan dan ketemu di WAG. Pernyataan tersebut berupa video yang merupakan tanya jawab antara Tommy Kurniawan dengan para wartawan. Setelah saya putar beberapa kali pernyataan Tomkur, panggilan Tommy Kurniawan itu tidak ada penyebutan Banser dan Pagar Nusa, entah kalau video tersebut sudah dipotong. Dalam statemen Tommy Kurniawan itu menggarisbawahi bahwa Garda Bangsa siap membela PKB walaupun harus berperang dengan keluarga sendiri. Dia mencontohkan waktu muktamar Bali dimana Garda Bangsa siap mengamankan PKB dari para demonstran dan atas perintah Muhaimin Iskandar (ketua PKB) Garda Bangsa disuruh memberikan makan dan minum kepada para demonstran. Begitu sepenggal statemen Tomkur pada video tersebut.
Kalau hanya melihat video tersebut memang tidak ada penyebutan sama sekali Banser dan Pagar Nusa. Jika pihak Banser dan Pagar Nusa kemudian merespon statemen tersebut merupakan sebuah kesalahan. Kalau melihat rentetan kejadian memang Banser dan Pagar Nusa lah yang menjadi target pernyataan Tomkur tersebut. Perlu diketahui Banser adalah salah satu banom NU yang merupakan sayap dari Ansor. Banser adalah Barisan Ansor Serbaguna. Banser adalah bagian dari Ansor. Pagar Nusa adalah salah satu banom NU yang merupakan organ pencak silat. Sementara Garda Bangsa adalah pasukan penjaga Partai Kebangkitan Bangsa. PKB adalah partai yang dibentuk oleh NU untuk mewadahi aspirasi nahdliyin di kancah perpolitikan nasional. NU sesuai khittoh tidak boleh berpolitik maka dari itu dibentuklah PKB sebagai wadah untuk menyalurkan syahwat politik kaum sarungan ini.
Kalau ditelusuri Banser, Pagar Nusa dan Garda Bangsa masih satu keluarga besar karena latar belakangnya sama-sama NU. Mengapa sampai terjadi gesekan yang begitu memalukan di kancah nasional. Sebagai NU kultural saya merasa malu dengan kejadian seperti itu. Sebelumnya tidak ada ramai-ramai masalah seperti ini. Bahkan Muhaimin Iskandar yang "mengkudeta" Gus Dur untuk mengambil alih PKB tidak melibatkan NU secara struktural. NU adem ayem saja selama ini dan tidak ada konflik apapun apalagi menyertakan emosi warga nahdliyin. Mari kita telusuri awal mula munculnya perseteruan ini. Pokok awalnya adalah adanya pembentukan Pansus Haji 2024 oleh DPR dimana menteri agama saat ini adalah Yaqut Kholil Qumas sekaligus adik dari ketua PBNU sekarang yaitu KH. Yahya Cholil Staquf. Ketua PBNU merasa bahwa pembentukan pansus Haji dilatarbelakangi karena masalah pribadi antara dirinya dengan PKB. Statemen ini viral sekali di media baik online maupun media sosial yang kemudian ketua PBNU meminta maaf atas statemen tersebut. Ketepatan wakil ketua DPR yang menyetujui pembentukan Pansus Haji adalah Muhaimin Iskandar yaitu ketua PKB. Berkali-kali Muhaimin Iskandar membantah pembentukan pansus haji bukan dilatarbelakangi masalah pribadi karena pembentukan pansus haji diusulkan oleh mayoritas anggota DPR dan disetujui oleh anggota DPR ketika rapat paripurna. Berawal dari sinilah konflik itu berawal. Sebagai balasan ketua PBNU membentuk pansus PKB yaitu panitia untuk mengembalikan PKB ke PBNU.
Ketika PKB mengadakan muktamar di Bali sehari sebelumnya Ansor, Banser dan Pagar Nusa mengadakan apel akbar di Bali atas instruksi ketua PBNU. Melihat kondisi yang tidak kondusif, ketua PBNU memerintahkan kepada Ansor, Banser dan Pagar Nusa untuk pulang dari Bali sebelum muktamar PKB digelar. Entah instruksi tersebut dilaksanakan atau tidak, pasca apel akbar tersebut yaitu saat pelaksanaan muktabar PKB ada demonstrasi yang mengatasnamakan pendukung atau massa PKB. Tragisnya massa demonstrasi tersebut ada yang mengenakan celana loreng yang identik dengan seragam Banser dan viral di media sosial. Prediksi orang yang tidak paham politik pun mengarah bahwa massa aksi tersebut adalah sebagian peserta apel Banser dan Pagar Nusa sebelumnya. Kemudian terjadi pendudukan markas PKB di Jakarta.
Setelah muktamar usai, ada pernyataan dari eks sekjen PKB yaitu Lukman Edy bahwa muktamar di Bali tidak sah dan akan ada muktamar di Jakarta tanggal 2-3 September 2024. Pernyataan senada pun dilontarkan oleh Yaqult Kholil Qumas menanggapi muktamar PKB di Bali dengan argumentasi bahwa pelaksanaan muktamar di Jakarta sah secara demokrasi. Sebelumnya Muhaimin Iskandar, ketua PKB menyatakan bahwa Lukman Edi dan Yaqult Kholil Qumas sudah bukan lagi kader PKB karena sudah dikeluarkan dari PKB. Lukman Edy sebagai penggagas muktamar PKB Jakarta mengatakan bahwa pembukaan muktamar Jakarta akan dibuka oleh ketua PBNU dan akan ditutup oleh presiden Joko Widodo.
Pasca Muktamar PKB Bali, pengurus PKB langsung mendaftarkan susunan kepengurusan hasil muktamar ke Kemenkumham untuk mendapatkan legal standing. Dalam proses inilah ada pernyataan dari Tommy Kurniawan menyikapi muktamar tandingan yang didukung oleh PBNU di Jakarta.
PBNU akhir-akhir ini memang menjadi sorotan publik. Masalah tambang batu bara. PBNU menjadi bulan-bulanan publik karena menerima lahan tambang dari pemerintah. PBNU pertama kali mengajukan kepemilikan lahan tambang kepada pemerintah. Masalah selanjutnya adalah kunjungan salah satu pengurus banom NU ke Israil. Masalah selanjutnya yang menyedot perhatian publik adalah masalah cawe-cawe terhadap PKB dengan dalih ingin mengembalikan PKB ke PBNU karena kepemimpinan PKB sekarang tidak sesuai dengan PBNU. Masalah ini dijawab tegas dan lunas oleh Ketua Dewan Syuro PKB terpilih sekaligus wakil presiden yaitu KH. Ma'ruf Amin. KH Ma'ruf Amin menyatakan dalam sambutan sebagai ketua Dewan Syuro PKB terpilih bahwa tidak ada masalah dalam kepemimpinan PKB.
Itulah kronologi mengapa terjadi gesekan antara Banser, Pagar Nusa vs Garda Bangsa PKB. Semoga publik terutama kaum nahdliyyin bisa melihat secara jernih persoalan tersebut dan tidak ikut-ikutan dalam "percekcokan" tersebut.
Semoga kemelut ini segera berakhir dengan berakhirnya periode kepemimpinan presiden Joko Widodo bulan Oktober 2024 yang akan datang. Memang NU adalah salah satu ormas terbesar di negara ini. Konstituen yang banyak menjadi magnet tersendiri dalam kontestasi perpolitikan di Indonesia. Suara nahdliyyin menjadi rebutan siapapun yang ingin menjadi pimpinan negara ini. Nahdliyyin hanya dijadikan obyek pendulang suara bukan menjadi subyek. Sudah saatnya nahdliyyin menjadi subyek perpolitikan di negeri ini. Organisasi politik sebagai wadah penyalur aspirasi politik nahdliyyin sudah dibentuk yaitu PKB. Siapapun nahdliyyin yang mau berpolitik silahkan masuk PKB. PBNU silahkan kembali ke khittah yaitu mengurusi umat di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan.
Semoga PBNU dan PKB ke depan saling mendukung demi tegaknya aspirasi politik nahdliyyin.