Ruwahan
Ahad, 11 Pebruari 2024 diputuskan sebagai awal bulan Sya'ban 1445 H oleh Lembaga Falakiyah PBNU berdasarkan rukyah. Rukyatul hilal (melihat bulan tsabit) dilakukan tiap tanggal 29 bulan hijriyah untuk menentukan awal bulan berikutnya. Berdasarkan hisab (hitungan) ketinggian hilal pada tanggal 29 Rajab 1445 H yang bertepatan dengan hari Sabtu, 10 Pebruari 2024 M sudah memenuhi kriteria imkanur rukyah. Adapun hasil hisab tersebut adalah tinggi hilal 6 derajat dan sudut elongasi (jarak antara matahari dan bulan) 8 derajat. Hasil hitungan ini sudah memenuhi kriteria imkanur rukyah yaitu tinggi hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi minimal 6.4 derajat. Syarat imkanur rukyah pada akhir bulan Rajab 1445 H tersebut sudah terpenuhi sehingga hilal sangat mungkin terlihat baik secara kasat mata maupun dengan alat optik teleskop. Rukyatul hilal pun dilakukan oleh semua lembaga falakiyah NU di seluruh Indonesia. Secara hitungan hilal pasti terlihat karena sudah memenuhi ambang batas minimal imkanur rukyah. Keberhasilan rukyah tidak hanya didasarkan pada ketinggian hilal dan sudut elongasi saja akan tetapi juga kondisi cuaca dan langit pada saat rukyah. Kebetulan rukyah pada hari Sabtu, 10 Pebruari 2024 M tersebut cuaca di seluruh Indonesia mayoritas hujan. Kalaupun tidak hujan cuaca mendung dan berawan. Bulan Pebruari masih musim hujan dan pada tahun ini bulan Pebruari diprediksi adalah puncak musim hujan. Ternyata ada lokasi rukyah yang melaporkan melihat hilal awal bulan Sya'ban 1445 H yaitu Sidoarjo dan Gresik secara kasat mata. Dilaporkan bahwa hilal terlihat 12 menit setelah ghurub (terbenam) matahari walaupun tidak ada bukti citra hilal. Berdasarkan kesaksian inilah kemudian hari berikutnya -ahad, 11 Pebruari 2024 M- ditetapkan sebagai awal bulan Sya'ban 1445 H.
Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan dari penanggalan hijriyah. Bulan Sya'ban disebut juga dengan bulan ruwah dalam istilah kalender Jawa. Kalender Jawa yang dimaksud adalah kalender yang dibikin oleh Sultan Agung yaitu raja Mataram Islam. Ketika bulan ruwah banyak tradisi Jawa yang dilakukan salah satunya adalah kirim doa kepada arwah leluhur. Kirim doa kepada arwah leluhur ini disebut dengan ruwahan. Terminologi ruwah sendiri berasal dari bahasa Arab arwah yang artinya roh, nyawa atau jiwa. Bulan ruwah dalam tradisi Jawa adalah untuk mengenang arwah para leluhur dan nenek moyang. Ada juga yang menghubungkan bulan ruwah dengan haul Nabi Hud yang dirayakan di Yaman. Tradisi orang Jawa ketika memasuki bulan Ruwah banyak sekali seperti ruwahan, padusan, tahlilan, nyadran, megengan dan lain sebagainya yang intinya untuk mengenang arwah para leluhur dan nenek moyang serta mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan. Menurut hadits Nabi Muhammad SAW bulan Sya'ban adalah bulan di mana amal perbuatan manusia diangkat. Nabi Muhammad SAW memuliakan bulan Sya'ban dengan berpuasa karena beliau ingin ketika amalnya diangkat dalam kondisi berpuasa. Pada bulan Sya'ban ini umat Islam dianjurkan berdzikir, meminta ampunan dan minta pertolongan kepada Allah SWT karena pada bulan Sya'ban Allah menurunkan kebaikan berupa syafa'at (pertolongan), maghfiroh (ampunan) dan itqun min adzabin nar (pembebasan dari siksa neraka). Dari sinilah kemudian umat Islam memuliakan bulan Sya'ban atau ruwah dengan cara bershodaqoh dan menjalin silaturrahim. Tradisi Ruwahan, megengan, nyadran biasanya diikuti dengan memberikan shodaqoh kepada orang yang diundang. Shodaqoh inilah yang dimaksud untuk memuliakan bulan Sya'ban. Tiap bulan Sya'ban atau ruwah sebagian masyarakat Jawa selalu mengadakan tradisi ruwahan. Tradisi ruwahan diajarkan oleh para wali untuk memuliakan bulan Sya'ban. Tujuan ruwahan adalah bershodaqoh, kirim doa untuk arwah para leluhur dan nenek moyang sekaligus silaturrahim dengan sanak saudara dan tetangga. Kalau kita amati ada banyak amalan dalam tradisi ruwahan atau megengan. Tradisi ruwahan atau megengan biasanya mendatangkan tetangga atau sanak saudara ke rumah dan tahlil bersama untuk kirim doa. Mengundang sanak keluarga dan tetangga ke rumah adalah wujud dari silaturrahim antar sesama muslim dan ini merupakan amalan yang baik. Ketika bertemu dengan sanak keluarga dan tetangga tidak lupa berjabat tangan atau salaman. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW disebutkan jika dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan maka dosanya akan diampuni sebelum mereka berpisah atau sebelum jabatan tangan itu usai. Dengan berjabat tangan ketika bertemu maka dosa kedua orang tersebut diampuni maka tidak ada dosa antara mereka. Kemudian setelah mereka berkumpul dilakukan acara pembacaan tahlil yaitu rangkaian bacaan ayat al-Qur'an yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar semua bisa melakukan dengan mudah. Pembacaan rangkaian ayat al-Qur'an adalah amalan baik berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa setiap orang yang membaca al-Qur'an satu huruf maka pahalanya sebesar 10 kali. Berapa ayat dan berapa huruf yang dibaca secara bersama-sama tersebut? tinggal mengalikan dengan 10 maka itulah pahala orang membaca tahlil. Tahlil adalah salah satu metode yang diajarkan oleh para penyebar Islam di Nusantara untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Setelah tahlil biasanya tuan rumah memberikan oleh-oleh atau berkat dalam istilah Jawa. Berkat ini adalah wujud dari pelaksanaan shodaqoh. Bershodaqoh adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh Islam. Maka tidak ada yang salah dalam pelaksanaan tradisi ruwahan, nyadran, megengan dan lain sebagainya. Semua amal tergantung pada niatnya. Ketika melaksanakan tradisi ruwahan niatkanlah shodaqoh dan menyambung tali silturrahim serta kirim doa kepada leluhur.
Tradisi ruwahan selama bulan ruwah tiada berhenti. Tiap hari pasti ada orang yang mengundang untuk tahlilan. Bahkan dalam sehari bisa 2 sampai 4 kali. Tradisi yang baik ini harus dijaga dan jangan sampai tradisi baik ini digeser bahkan diganti dengan tradisi yang tidak baik. Akhir-akhir ini banyak suara sumbang terkait tradisi ruwahan yang dianggap melenceng dari ajaran Islam. Bahkan tidak segan-segan tradisi ruwahan dicap sebagai bid'ah dan khurafat.