Mubes NU Nusantara
Rangkaian acara Mubes (Musyawarah Besar) NU Nusantara telah berakhir kemarin di Jogjakarta. Acara Mubes itu bersamaan dengan acara Konferensi Besar (Konbes) dan Hari lahir (Harlah) NU ke-101 yang diadakan di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Jogjakarta selanjutnya dikenal dengan pondok Krapyak. Mubes NU Nusantara dengan Konbes dan Harlah NU ke-101 di Pondok Pesantren Krapyak adalah 2 acara yang sangat berbeda. Acara Konbes dan Harlah NU ke-101 diadakan dan diselenggarakan oleh PBNU sementara acara mubes NU Nusantara diinisiasi oleh kalangan muda NU dan tidak ada kaitannya dengan PBNU. Mengapa dua acara itu berbeda? Acara Konbes dan Harlah NU ke-101 diselenggarakan oleh pengurus struktural PBNU yang diketuai oleh KH. Yahya Cholil Staquf sementara acara Mubes NU Nusantara murni ide dari kalangan muda generasi NU yang resah dengan sepak terjang pengurus struktural NU pada akhir-akhir ini. Memang kalangan muda NU sangat resah dengan sepak terjang ketum PBNU, KH Yahya C. Staquf yang akhir-akhir ini terlalu dalam terseret arus perpolitikan tanah air. Bahkan salah satu mustasyar NU yaitu KH Mustofa Bisri dari Rembang dalam ceramahnya yang viral itu mengatakan bahwa "ada kyai hampir jadi wali tiba-tiba jadi timses". Kepada siapakah kalimat itu diucapkan? Nahdliyyin pasti sudah bisa menebak tanpa harus bersusah payah mencari siapa kyai itu. Ya tidak lain dan tidak bukan adalah ketum PBNU saat ini.
Sepak terjang KH. Yahya C Tsaquf akhir-akhir ini memang larut dalam perpolitikan lima tahunan itu. Lebih jelasnya sang Kyai mengarahkan dukungan nahdliyyin ke salah satu pasangan calon presiden. Di setiap kesempatan turun ke daerah atau berkumpul dengan struktural maupun pengajian warga nahdliyyin sang Kyai meminta warga nahdliyyin untuk mencoblos salah satu pasangan calon presiden. Ketika ada struktural NU yang berbeda pendapat dengan dirinya maka akan diambil tindakan tegas seperti pemberhentian ataupun pencopotan dari struktural NU. Contoh yang sangat jelas dan kentara adalah pemberhentian ketua PWNU Jawa Timur, KH. Marzuki Mustamar baru-baru ini. KH. Marzuki Mustamar berbeda pilihan dengan ketum PBNU akhirnya KH Marzuki Mustamar diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua PWNU. Walaupun sebenarnya masa khidmat kepengurusan PWNU Jawa Timur sudah berakhir. Saat ini kepengurusan NU Jawa Timur dalam masa perpanjangan dan menunggu konferwil untuk memilih pengurus yang baru. Tak pelak "pemecatan" Kyai Marzuki Mustamar mendapat respon beragam dari kalangan Nahdliyyin apalagi KH Marzuki Mustamar adalah sosok panutan dan singa NU dalam berbagai debat dalam mempertahankan hujjah ahli sunnah wal jamaah. Respon yang sangat keras dilakukan oleh kalangan kyai muda atau gus-gus di Jawa Timur bahkan sempat ada isu Musyawarah Luar biasa (MLB) untuk mengevaluasi dan mengganti pengurus PBNU dibawah pimpinan Kyai Yahya ini. Respon tegas pun dilontarkan oleh KH. Nadirsyah Husain (ketua Cabang Istimewa NU di Australia dan Selandia Baru dan salah satu ilmuwan NU) bahwa kepemimpinan KH. Yahya C. Tsaquf terlalu larut dalam hingar bingar perpolitikan saat ini dan sudah tidak sesuai dengan mandat khittah 1926. Walaupun pengurus PBNU sudah menjelaskan berkali-kali terkait pemberhentian tersebut akan tetapi tetap saja aroma politik sangat kental.
Berangkat dari sinilah kemudian dalam acara Konbes dan Harlah ke-101 NU yang diadakan di Pondok Krapyak maka kalangan muda NU juga mengadakan acara sendiri yaitu Mubes NU Nusantara. Mubes ini sebenarnya diadakan secara mendadak karena tidak ada persiapan apapun dalam melaksanakan mubes ini. Undangan pun disebarkan melalui WAG. Kepadanya pun ditujukan kepada masyarakat umum yaitu masyarakat nahdliyyin. Acara diadakan di Kampung Mataraman, Ringroad Selatan Panggungharjo Sewon Bantul pada tanggal 28 dan 29 Januari 2024 pukul 09-17 WIB. Acara bisa diikuti melalui zoom dan bisa dilihat di youtube. Acaranya dimulai pada tanggal 28 Januari 2024 pukul 9. Dalam press release acara mubes diakhiri dengan rapat pleno dan rekomendasi dilanjut dengan konferensi pers dan pembacaan rilis pada tanggal 29 Januari 2024. Dalam manual acara tersebut tidak ada sambutan dari ketum PBNU, yang ada adalah tausiah sesepuh dan Kyai. Adapun yang memberi tausiyah yang tercantum dalam susunan acara adalah: KH. Asyhari Abta, KH. Chaidar Muhaimin, KH Asad Said Ali, KH. Abdul Muhaimin, K. Marzuki Kurdi dan KH. Imam Azis. Melihat nama-nama kyai yang memberi tausiyah memang para kyai itu dikenal jujur, alim dan tegak lurus memperjuangkan NU. Selain ada tausiyah juga ada sidang komisi. Sedikitnya 5 komisi yang dibentuk salah satunya politik uang dalam masyarakat kita menurut NU.
Setelah melalui sidang komisi didapatkanlah hasil mubes NU Nusantara yang dikemas dalam bentuk pernyataan sikap Nahdliyyin Nusantara. Pernyataan sikap tersebut berjumlah 9 poin. Mengapa jumlahnya sembilan silahkan tanya penyelenggara mubes atau pengikut mubes itu yang jelas angka sembilan adalah angka keramat dalam NU. Adapun 9 pernyataan sikap Nahdliyin Nusantara sebagai berikut:
Memohon kepada semua unsur di dalam jamiyah NU, baik nahdliyin, pengurus NU dan politisi dari lingkungan NU agar mentaati khittah NU dan tidak melakukan pengkhianatan kepada para sesepuh dan para pendiri NU.
Konbes dan Harlah hendaknya benar-benar dilaksanakan sesuai amanah AD/ART NU sebagai kewajiban pengurus pada setiap periode sebagai bentuk khidmah jam'iyyah NU, bukan menjadi alat mengorganisir dukungan kepada salah satu paslon dalam kontestasi capres-cawapres untuk pemilu 2024, sehingga jamiyah membicarakan masalah-masalah penting dan mendasar yang diamanatkan pada pendiri dalam AD/ART seperti kemandirian jam'iyah, Independensi Ulama, diversifikasi generasi muda NU, pembenahan organisasi secara berkelanjutan dan lain-lain.
Memohon kepada pengurus NU di semua tingkatan untuk memberi kesempatan kepada semua calon capres-cawapres yang berkontestasi agar dapat menyampaikan visi misinya dan tidak memihak kepada salah satu paslon sebagai amanah dari khittah NU. Pemihakan kepada salah satu paslon yang dilakukan oleh jam'iyah NU merupakan pelanggaran atas khittah NU.
Memohon kepada pengurus NU agar mengembalikan kewibawaan para ulama dan kyai untuk tidak jatuh kepada maqam politisi-politisi dan politik praktis sehingga para ulama di dalam jamiyah seyogyanya berkhidmah untuk kepentingan bangsa, umat dan jamiyah untuk jangka panjang.
Memohon kepada pengurus NU untuk mengembalikan marwah jam'iyah di tengah berbagai benturan dan turbulensi politik, sehingga sebagian pengurusnya dicokok oleh KPK dengan cara membersihkan struktur NU dari bisikan-bisikan politisi pragmatis dan tidak terlalu dekat dengan figur-figur politisi praktis.
Memohon kepada pengurus NU agar tidak terjebak pada politik transaksional yang akan menghancurkan marwah dan nilai-nilai keulamaan dan sebaliknya mengedepankan politik keumatan, kebangsaan dan kerakyatan.
Sesuai dengan prinsip politik atau asas politik ASWAJA, karakter kepemimpinan jam'iyah NU adalah kepemimpinan keulamaan yang mengedepankan musyawarah dan mendengarkan poros-poros kyai di daerah. Kepemimpinan jam'iyah NU adalah kepemimpinan partisipatif bukan kepemimpinan rezim dan perorangan yang dipaksakan sehingga setiap keputusan organisasi/jam'iyah seyogyanya diambil secara partisipatif dan terbuka dengan berpijak pada khittah NU dan Qonun Asasi serta AD/ART.
Kami memohon kepada semua elemen di dalam Nahdlatul Ulama untuk terbiasa dengan amaliah saling mengingatkan satu sama lain dalam rangka menegakkan kultur keterbukaan dalam perbedaan pendapat dan saling menghargai dengan sesama pengurus dan warga NU.
Menyerukan kepada seluruh warga NU untuk menyalurkan aspirasi politiknya berdasarkan kebijakan hati nurani dan dilandasi oleh khittah NU, Qonun Asasi, AD/ART dan politik kemaslahatan aswaja an nahdliyah.
Itulah hasil Mubes Nahdliyin Nusantara yang diadakan bersamaan dengan Konbes dan Harlah NU ke-101 di Jogjakarta. Semoga dengan adanya hasil Mubes Nahdliyin Nusantara ini, jajaran pengurus PBNU tidak lagi terseret dalam hingar bingar politik lima tahunan ini. NU berpolitik untuk ke-Indonesia-an, NU berpolitik untuk kebangsaan dan kemaslahatan umat. Semoga pengurus PBNU yang dinakhodai KH. Yahya C. Tsaquf bisa membawa NU sebagaimana amanah para pendiri dan sesepuh NU.