Bedah Rumah
Senin, 02 Desember 2024 mengantarkan salah satu warga yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari badan amil zakat nasional (Baznas) Kabupaten Pati. Harusnya bantuan ini bisa cairkan pasca disurvey oleh tim bedah rumah dari Baznas akan tetapi karena permohonan bantuan bedah rumah banyak sekali dan menunggu siapnya warga yang dibantu maka baru setelah pemilihan kepala daerah bantuan tersebut bisa dicairkan.
Bantuan bedah rumah ini memang menjadi salah satu program unggulan dari Baznas Kabupaten Pati. Setiap tahun ada kuota ratusan. Bantuan ini besarannya tidak seberapa akan tetapi bisa untuk mendukung program pemerintah bantuan bedah rumah untuk warga miskin.
Biasanya bantuan bedah rumah dilakukan oleh pemerintah desa yang dianggarkan dari APBD Kabupaten. Bantuan bedah rumah yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten lewat pemerintah desa tentu belum cukup untuk mengcover keluarga miskin yang rumahnya tidak layak huni. Maka dari itu ada upaya lembaga pemerintah yang membantu program pemerintah tersebut salah satunya adalah badan amil zakat nasional.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) adalah lembaga pemerintah non-struktural yang bertugas menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) secara nasional. Badan ini dibentuk berdasarkan keputusan presiden RI nomor 8 tahun 2001. Sumber dana baznas berasal dari zakat progresif gaji pegawai negeri di lingkungan kementerian agama dan pemerintah kabupaten Pati. Zakat itulah yang ditasharufkan kepada para mustahiqnya.
Warga yang kemarin mendapat bantuan bedah rumah adalah warga yang tergolong miskin. Rumahnya memang tidak layak huni. Umurnya mendekati 50 tahun. Mempunyai 3 orang anak yang sudah besar-besar. Pekerjaan kesehariannya adalah buruh serabutan. Kadang bekerja kadang tidak. Istrinya pun kerjanya serabutan. Kalau ada tetangga yang membutuhkan tenaganya dia akan bekerja kalau tidak juga tidak bekerja. Warga ini memang mempunyai tanah dan sawah warisan dari orang tuanya. Luas tanah dan sawah warisan itu tidaklah seberapa. Cukup untuk didirikan rumah dan menyisakan sedikit halaman.
Kesehariannya kalau tidak bekerja adalah pergi ke sawah atau ke ladang orang yang dipercayakan untuk mengurusinya. Rumahnya beralaskan tanah liat sebagian dan sebagian sudah keramik. Dindingnya terbuat dari batu bata merah yang sebagian sudah dimakan usia alias keropos. Dinding batu bata merah itu tidak dikuliti. Beberapa bagian dinding sudah rapuh karena kena hujan dan angin.
Atap rumah beratapkan genteng. Kerangka atap rumah terbuat dari kayu dan sebagian sudah rapuh atau lapuk karena dimakan rayap atau totor. Beberapa bagian kerangka atap rumah dikasih bambu sebagai rangkepan (penahan) kayu yang sudah keropos. Atap rumah bagian luar sudah runtuh dan gentengnya berjatuhan karena sudah dimakan usia. Sementara kerangka atap teras sudah diberi bambu sebagai ganti tiang kayu yang sudah keropos agar genteng tidak jatuh.
Sumber air pun tidak punya. Sumber air harus berbagi dengan saudaranya. Betul ada kamar mandi dan toilet di bagian belakang akan tetapi belum layak disebut sebagai kamar mandi.
Memang membangun atau merenovasi rumah tidaklah mudah. Sekarang membangun atau merenovasi rumah membutuhkan biaya banyak. Kalau hanya 100 juta belumlah cukup untuk membangun rumah dari nol. Bayangkan saja harga material bahan baku rumah sangatlah mahal. Belum lagi ongkos tukang. Ongkos tukang sehari sudah 130 ribu per orang masih memberi makan sekali dan kue dua kali. Belum rokoknya. Kalau ditotal bisa mencapai 175 ribu per orang per hari. Kalau tenaga tukang yang membangun rumah tersebut minimal 4 orang bisa dihitung sendiri berapa ongkos yang dikeluarkan dalam satu bulan. Sudah jutaan. Sementara pekerjaan pun sangat sulit. Orang kerja sehari belum bisa untuk ongkos tukang sehari. Hitung-hitungannya minus.
Program bantuan bedah rumah walaupun sedikit bisa membantu warga tidak mampu untuk merenovasi rumahnya. Cuman bantuan tersebut tidak akan menjadi rumah kalau tidak ditunjang dari sumber lain. Sayangnya pihak pemberi bantuan bedah rumah mensyaratkan agar rumah jadi dan layak huni. Bantuan bedah rumah sebesar 15 juta harus mewujudkan rumah layak huni sangatlah tidak mungkin dengan pertimbangan di atas. Maka dari itu diperlukan sumber lain misal swadaya masyarakat sekitar.
Rumah layak huni adalah rumah yang sudah ada ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Sekarang harga rumah tipologi paling sederhana masih kisaran ratusan juta. Kalau di desa bantuan tersebut mungkin bisa menjadi rumah layak huni karena adat warga desa yang gotong royong. Membangun rumah warga secara gotong royong dan tidak dikasih upah.
Ke depan mungkin perlu dinaikkan besaran bantuan bedah rumah untuk warga miskin karena menyesuaikan harga material bahan baku rumah yang semakin naik. Kalau di perkotaan jelas tidak mungkin bantuan sebesar itu bisa untuk merenovasi rumah.
Usaha lembaga pemerintah untuk membantu warga tidak mampu memang patut diacungi jempol. Apalagi seperti badan amil zakat nasional yang menyalurkan zakat dari gaji ASN. Potensi zakat ASN sangatlah besar di negeri ini. Kalau bisa dikelola akan membuat negeri ini makmur. Belum lagi zakat dari orang kaya di negeri ini. Zakat perusahaan dan pengusaha. Mungkin potensi zakat pengusaha, ASN, orang kaya di negeri ini melebihi besaran APBN dalam setahun kalau dimaksimalkan. Bayangkan saja pajak yang dikumpulkan di negeri ini menyumbang 80% APBN. 80% APBN kita ditopang oleh pajak sementara lainnya hanya 20%.
Memang ada yang menyamakan antara zakat dan pajak. Ketika orang sudah membayar pajak maka tidak perlu mengeluarkan zakat. Pendapat tersebut dilontarkan oleh Masdar F. Mas'udi salah satu cendikiawan muslim Indonesia. Ada juga yang berpendapat zakat beda dengan pajak. Walaupun sudah membayar pajak tetap harus mengeluarkan zakat.
Baznas ke depannya perlu memaksimalkan potensi zakat dari semua segmen yang sudah masuk kategori wajib zakat. Saya yakin pegawai Baznas tidak akan berani menyelewengkan uang zakat ini. Zakat bisa menjadi alternatif lain untuk menyejahterakan warga selain APBN.