Ngembun
Pagi itu sekitar 05:00 WIB saya mengajak istri dan anak untuk mencari udara segar di pinggir laut. Istilah orang Jawa ngembun. Entah sejak kapan istilah itu muncul. Istilah ngembun kemungkinan berasal dari kosakata embun yang artinya uap yang menjadi titik-titik air atau titik-titik air yang jatuh dari udara terutama malam hari. Uap air inilah yang menurut kesehatan berfungsi untuk mengurangi pembengkakan kulit, menjaga kelembaban kulit, menjaga keseimbangan kelembaban tubuh dan mendukung fungsi organ-organ tubuh seperti ginjal dan saluran pencernaan. Mayoritas orang Jawa melakukan aktivitas ngembun ketika mereka merasa batuk dan ada gangguan saluran pernafasan. Menurut kepercayaan orang Jawa jika mengalami sesak nafas atau batuk-batuk yang sulit diobati maka lakukanlah aktivitas ngembun.
Ngembun baik dilakukan di pinggir laut. Mengapa demikian? Air laut ketika pagi hari sangat bermanfaat bagi pernafasan. Uap air laut pada pagi hari membantu membersihkan saluran pernafasan, meredakan hidung tersumbat, membantu penderita asma dan bronkitis dan meningkatkan fungsi paru-paru dan pernafasan. Selain fungsi tersebut, air laut juga bisa membantu meredakan stress, kecemasan, memberikan efek relaksasi dan menenangkan pikiran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan air laut seperti magnesium, kalium dan yodium dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Aktivitas ngembun dipilih oleh masyarakat karena mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya. Kekayaan laut yang luas dan garis pantai yang memanjang merupakan modal utama untuk ngembun. Lihatlah masyarakat pinggir pantai atau orang pantai, mereka jarang kena penyakit pernafasan karena mereka tiap hari bergelut dengan air laut. Badan mereka kuat-kuat walaupun kulitnya hitam legam. Di balik kulit hitam legam tersebut tersimpan raga yang kuat dan jiwa yang sehat.
Kembali ke aktivitas ngembun. Aktivitas ngembun kali ini, kami lakukan di pelabuhan Desa Banyutowo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Desa Banyutowo ini terkenal karena ada selebriti dari desa ini yaitu Shoimah. Mengapa pilihannya pelabuhan Banyutowo? Karena akses masuk ke pinggir laut mudah dan jalannya mulus. Semua orang bisa langsung ke pinggir pantai bahkan berjalan ke tengah karena ada fasilitas jembatan menuju ke tengah laut. Ada jembatan yang terbuat dari beton sepanjang kurang lebih 250 meter menuju ke tengah. Pagi itu hari Ahad sangat ramai sekali. Banyak orang ngembun dan juga berolahraga di pelabuhan ini. Ada yang datang naik mobil, sepeda motor dan sepeda. Mayoritas mereka sekeluarga. Tak pelak pelabuhan ini ramai sekali apalagi ditambah dengan adanya pedagang keliling yang juga sudah membuka lapaknya di pelabuhan tersebut.
Aktivitas nelayan tidak kelihatan. Hanya ada beberapa perahu nelayan yang melaut. Mayoritas perahu nelayan ditambatkan di pinggir pelabuhan ini. Perahu nelayan mulai dari yang kecil sampai besar ada di pelabuhan ini. Biasanya aktivitas nelayan baru akan terlihat ketika siang hari yaitu ketika adanya lelang hasil tangkapan nelayan. Hari Ahad, saya menyebutnya Ahad bukan Minggu karena sudah terbiasa dengan sebutan tersebut. Menurut istilah antropologi penyebutan istilah menunjukkan latar belakang dan watak seseorang. Memang istilah Ahad dan Minggu sangat berbeda. Kalangan Islamis dan Orang Jawa menyebut hari Ahad dengan Ahad atau ngad. Sementara kalangan nasionalis menyebut hari ahad dengan Minggu. Istilah Minggu muncul karena dipengaruhi oleh masuknya penjajah ke Indonesia. Istilah Minggu berasal dari kata Domingo yang berarti hari Tuhan. Domingo adalah bahasa Portugis yaitu bangsa yang pertama kali menjajah Nusantara.
Semakin siang orang ngembun semakin banyak. Setelah sekitar sejam kami ngembun kemudian pulang. Memang ngembun di pinggir pantai sangat nikmat. Selain menikmati suasana pagi di pinggir pantai yang indah, juga bisa melihat sunrise -matahari terbit-. Suasana seperti inilah yang bisa meredakan stress dan menenangkan pikiran. Teringat lagu anak pantai karya Imanez yang legendaris itu. Anak pantai, hidup santai, anak pantai suka damai.