Sholawat Mania
Acara sholawatan yaitu membaca sholawat bersama-sama yang dipimpin oleh seseorang akhir-akhirnya menjamur di negeri ini. Tiada hari tanpa acara sholawatan. Biasanya acara sholawatan diadakan untuk memperingati berdiri sebuah yayasan atau dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW bahkan acara khitanan atau mantenan pun mendatangkan sholawat. Sholawatan bukan hal yang baru dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Ketika ada acara sholawatan jemaahnya banyak apalagi kalau dihadiri oleh tokoh sholawat seperti Habib Syekh atau Habib Zainal Abidin dari Pekalongan. Ribuan jemaah datang hanya demi melantunkan sholawat bersama tokoh mereka. Menjamurnya sholawatan tidak lepas dari usaha kaum muslimin Indonesia untuk membuat negara ini tidak sepi dari sholawatan.
Tren sholawatan ini muncul sejak adanya tokoh sekaliber Habib Syekh dari Solo itu terkenal selalu mendatangi majelis sholawat dimana-mana. Habib Syekh adalah awal dari menjamurnya sholawatan di negeri ini. Kemudian muncul tokoh-tokoh lain yang meramaikan sholawat. Dalam setiap sholawatan selalu diiringi oleh group rebana. Group inilah yang membuat semarak acara sholawatan. Habib Syekh yang mempunyai nama lengkap Syech bin Abdul Qodir Assegaf ini selalu hadir dalam majelis sholawatan jika diundang. Biasanya Habib Syekh diiringi oleh group rebana bikinannya sendiri yaitu Ahbabul Mustofa. Keberhasilan Habib Syekh membumikan sholawat di semua lapisan masyarakat perlu diapresiasi. Ketika ada acara sholawatan yang datang tidak hanya kalangan santri akan tetapi semua lapisan masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua, kuli sampai pejabat, abangan sampai ulama. Lihatlah acara sholawatan di mana-mana pasti jemaahnya banyak apalagi kalau dihadiri tokoh seperti Habib Syekh. Ribuan jemaah akan datang dari segala penjuru hanya demi melantunkan sholawat bersama idolanya. Sampai-sampai mereka sebelum acara dimulai sudah ada yang ngapling (pesan) tempat. Pertanyaannya fenomena apakah yang membuat majelis sholawatan selalu didatangi oleh ribuan jemaah?
Sejak dulu orang tua kita sudah mengajarkan membaca sholawat tiap malam Jum'at di langgar atau surau atau masjid kampung. Bahkan ketika bulan Maulid yaitu bulan kelahiran Rasulullah kumandang sholawat dilantunkan tiap hari walaupun tanpa group rebana. Ketika sholawat pun yang datang banyak sekali walaupun belum ada pengeras suara. Ketika peringatan maulid Nabi (tepat tanggal lahir Nabi Muhammad) sholawat dilantunkan hampir semalam suntuk bahkan ketika mahallul qiyam (ketika berdiri) dibaca dalam waktu yang lama yaitu satu jam lebih untuk membaca sholawat sambil berdiri atau orang menyebutnya srokalan. Tradisi srokalan panjang ketika memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW di tempat saya masih dilaksanakan sampai sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman pembacaan sholawat di langgar, musholla atau masjid semakin sepi dan jarang orang yang ikut membaca sholawat. Dulu membaca sholawat tidak diiringi oleh rebana akan tetapi hanya dengan lantunan lagu suara saja sehingga bisa khusuk dan benar-benar membaca sholawat untuk Nabi Muhammad. Dengan adanya rebana kemudian ada usaha untuk mengiringi pembacaan sholawat dengan rebana. Pembacaan sholawat pun semakin ramai dan semakin bervariasi. Lagu yang dibawakan pun semakin variatif mengikuti tren lagu yang digemari masyakat. Lihatlah lagu yang dilantunkan group sholawat pasti ada lagu yang saat ini ngetren. Iringan pembacaan sholawat dengan rebana membuat suasana semakin riuh dan berbeda. Apalagi ada yang diiringi dengan tarian sufi yang putar-putar itu. Bahkan ada jemaah sholawat yang mengangguk-anggukkan kepala, ada juga yang menggerak-gerakkan tangannya ke kanan ke kiri bahkan ada yang lebih ekstrim joget layaknya joget dangdut ketika pembacaan sholawat. Kita tidak tahu apakah berbagai macam gerakan yang dilakukan oleh jemaah sholawat itu merupakan manifestasi dari ekstase tertinggi dalam menyelami bacaan sholawat ataukah karena tabuhan rebana yang mengiringi sholawat. Semua tidak tahu hanya pelakunya yang tahu.
Memang sangat jauh perbedaan membaca sholawat zaman dahulu sebelum adanya group rebana dengan membaca sholawat sekarang yang diiringi dengan group rebana. Usaha untuk menyebarkan dan memperkenalkan sholawat ke masyarakat umum memang perlu diapresiasi akan tetapi jangan kemudian meninggalkan pembacaan sholawat yang sudah diajarkan oleh orang tua kita di langgar, musholla dan masjid tiap malam Jum'at atau malam-malam tertentu. Fakta sekarang pembacaan sholawat di musholla atau masjid yang tiap malam Jum;at diadakan oleh tiap jemaah musholla atau masjid sepi jemaah bahkan terkadang hanya ada segelintir orang tua yang melantunkan sholawat tiap malam Jum'at di musholla atau masjid tersebut. Berbeda kalau ada acara sholawatan yang diadakan di lapangan atau gedung pertemuan yang dihadiri oleh tokoh maka jemaahnya mencapai ratusan bahkan ribuan. Fenomena ini memang sudah menjamur di semua lapisan masyarakat. Padahal esensinya sama yaitu pembacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW. Jemaah yang datang pun dari berbagai daerah dan golongan. Mereka menyebut dirinya dengan sholawat mania atau pecinta sholawat atau mafia sholawat dengan membawa pernak-pernik yang mereka miliki. Ada yang membawa banner yang bertuliskan macam-macam, ada yang membawa spanduk besar, ada yang membawa bendera besar bahkan ada yang membawa tulisan layaknya orang demonstrasi. Atribut yang mereka bawa menambah semarak pembacaan sholawat. Pembacaan sholawat sudah berubah dari yang sepi, monoton menjadi riang gembira dan variatif. Virus sholawatan tidak hanya menjangkiti kaum muda akan tetapi juga para artis pun melantunkan sholawat. Para artis tidak mau ketinggalan lagu-lagunya juga menyelipkan sholawat. Ini menunjukkan bahwa usaha untuk menyebarkan bacaan sholawat berhasil.
Sholawat mania atau pecinta sholawat kemanapun dan dimanapun ada sholawatan akan datang walaupun jauh dari tempat tinggalnya. Padahal tiap malam ada acara sholawatan yang berakhir sampai tengah malam sementara mereka paginya harus kerja atau pergi ke sekolah. Pernah diceritai oleh teman saya bahwa anaknya selalu ikut sholawatan ke mana-mana sampai-sampai tidak masuk sekolah gegara ikut sholawatan. Memang kalau sudah mafia sholawat dia akan ikut dimana ada sholawatan tidak perduli besok mengantuk atau tidak, besok kerja atau tidak. Apakah ini yang dinamakan ekstase sholawat atau ekstase lagu yang dibawakan oleh group rebana sholawat. Wallahu a'lam bisshowab. Semoga sholawatan akan membuat masyarakat semakin cinta kepada Rasulullah dan meneladani Rasulullah dan bangsa ini damai, makmur dan sejahtera dengan barokahnya sholawat.