Tahun Dudo
Mendengar frasa atau kosakata ini kita akan dibuat penasaran. Secara reflek akan bertanya apa itu tahun dudo, kenapa dinamakan tahun dudo dan kapan tahun dudo itu dan sebagainya. Pastilah orang penasaran dengan istilah ini. Saya pun penasaran dengan istilah yang saya baru dengar pertama kali masuk daerah kabupaten Pati. Entah apakah kabupaten lain mengenal istilah ini atau tidak? Yang jelas beberapa kabupaten tidak mengenal istilah ini. Kalau orang sekarang begitu penasaran dengan sesuatu akan langsung buka internet dan bertanya dengan cara menuliskan istilah tersebut. Begitu diklik maka muncullah tentang istilah tahun dudo ini. Penjelasannya sangat lengkap mulai dari A sampai Z. Begitulah teknologi jaman sekarang. Berbeda dengan jaman dahulu yang belum ada internet kalaupun ada sangat langka dan mahal harganya. Begitu penasaran dengan kosakata tahun dudo saya pun langsung bertanya kepada ahlinya. Kebetulan daerah yang saya tempati saat itu memperingati datangnya bulan Suro. Kalau belum tahu tentang bulan Suro bisa searching di internet. Bulan Suro adalah nama bulan dalam kalender Jawa sekaligus bulan pertama dalam penanggalan Jawa.
Ada beberapa orang yang saya tanya tentang tahun dudo dan mereka adalah penganut aliran ini atau istilahnya orang Kejawen. Jawaban mereka berbeda antar satu orang dengan orang lain.
Tahun dudo adalah tahun dimana awal bulan Suro-nya tidak ada gandengannya atau yang menyamai alias sendirian. Ini satu versi
Tahun dudo adalah tahun dimana awal bulan Suro hitungan harinya tidak ada yang menyamai alias sendirian dalam satu windu atau 8 tahun.
Saya mengejar terus maksud tidak ada yang menyamai alias sendirian itu bagaimana?
Ternyata dalam kalender Jawa ada yang dinamakan neptu. Kalender Jawa selain hari ada yang dinamakan pasaran. Hari dalam kalender Jawa dimulai dengan ahad atau lidah Jawa menyebutnya Ngad, Senen, Seloso, Rebo, Kemis, Jemah dan Setu. Adapun pasaran adalah Legi ada yang menyebut manis, Paing, Pon, Wage dan Kliwon. Hari dan pasaran dalam kalender Jawa dikonversi menjadi angka. Adapun konversi hari dan pasaran ke angka sebagai berikut:
Ahad=5
Senen=4
Selasa=3
Rabu= 7
Kamis = 8
Jum'at= 6
Sabtu = 9
Sementara konversi pasaran ke angka sebagai berikut:
Legi = 5
Paing = 9
Pon = 7
Wage = 4
Kliwon = 8
Hari dan pasaran dijumlah kemudian kalau hasilnya tidak ada yang menyamai dalam sewindu atau 8 tahun itu maka tahun tersebut dinamakan tahun dudo. Contoh awal Suro 1958 tahun jawa atau 2024 kemarin jatuh pada Senin Legi, 08 Juli 2024. Senin (4) Legi (5) jika dikonversi ke dalam angka maka hasilnya adalah 9. Jika awal tahun dalam satu windu tidak ada yang diawali dengan hari dan tanggal yang hasil konversinya 9 maka tahun tersebut dinamakan tahun dudo. Begitulah yang saya pahami dari sumber yang saya tanya. Penjelasan di atas akan berbeda dengan sumber lain. Kepercayaan tahun dudo dipercayai oleh aliran Aboge. Aboge adalah Alif Rebo Wage artinya awal tahun jawa ketika tahun Alif adalah Rebo Wage.
Selain aliran Aboge juga ada aliran Asapon (Alif Seloso Pon)
Kenapa dengan tahun dudo sampai orang Jawa menghindari tahun dudo. Kepercayaan orang Jawa ketika tahun dudo dilarang melaksanakan pernikahan karena ketika melaksanakan pernikahan akan terjadi sesuatu terhadap pasangan suami-istri tersebut sehingga salah satunya akan menjadi duda atau janda. Ketika tahun dudo dipastikan orang Jawa tidak akan melaksanakan pernikahan. Mereka akan melaksanakan pernikahan ketika tahun dudo tersebut sudah usai. Memang benar ketika tahun dudo di wilayah Pati dan sekitarnya jumlah peristiwa nikah menurun walaupun tidak signifikan.
Sejarah munculnya kalender Jawa dimulai ketika kerajaan Mataram Islam dibawah raja Sultan Agung. Semasa Sultan Agung inilah Kalender Jawa yang semula berdasarkan tahun Saka dirubah seperti sekarang ini. Hari disamakan dengan kalender hijriyah. Sementara tahun tetap menggunakan tahun Saka dan ditambah lagi dengan pancawara yaitu pasaran yang jumlahnya 5 (Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon).
Menurut Denis Lombard, sejarawan dari Prancis yang meneliti kebudayaan Jawa yang diabadikan dalam bukunya yang berjudul Nusa Jawa: Silang Budaya menyebutkan bahwa perhitungan neptu kalender Jawa adalah ilmu numerologi sekaligus ilmu futurologi. Ilmu numerologi adalah ilmu tentang angka-angka. Sementara ilmu futurologi adalah ilmu yang akan datang. Maksud ilmu futurologi adalah ilmu prediksi tentang masa depan. Ilmu futurologi ini seperti yang digunakan oleh peramal kondang asal Prancis yaitu Nostradamus. Ilmu Nostradamus sama dengan ilmu yang digunakan oleh Joyoboyo yang terkenal dengan ramalan Joyoboyo.
Itulah sekelumit tentang tahun dudo.