Resesi Eropa
Saat ini kawasan Eropa mengalami resesi ekonomi. Resesi ekonomi adalah periode penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi ditandai dengan peningkatan pengangguran, produk domestik bruto (PDB) menurun, penurunan penjualan ritel dan penurunan pendapatan dan produksi manufaktur. Sekitar 19 negara Uni Eropa telah mengalami resesi ekonomi sejak 2022. Kabar terakhir Jerman memasuki resesi ekonomi tahun ini menyusul Prancis dan Inggris. Negara pendukung utama Uni Eropa ini harus mengakui adanya resesi ekonomi di negaranya setelah berpuluh-puluh tahun ekonominya moncer. Akibat dari resesi ekonomi ini membuat kondisi perekonomian Eropa tidak stabil. Banyak pengangguran dan pabrik tutup. Akibatnya daya beli masyarakat menurun. Tahun ini negara yang selama ini dikenal maju dan kuat ekonominya mengalami resesi. Negara yang tergabung dalam G-7 (giant 7) seperti AS, Prancis, Inggris, Jerman dan Jepang semua mengalami resesi ekonomi. Hanya tingkat resesi ekonominya berbeda antar negara tersebut. Sudah tidak ada lagi G-7. G-7 yang merupakan manifestasi dari kekuatan ekonomi dunia sekarang hancur. Jepang yang merupakan kekuatan ekonomi besar beberapa dekade harus rela mengumumkan resesi ekonomi ke publik bulan kemarin. Jepang tidak hanya mengalami resesi ekonomi akan tetapi juga resesi seks. Resesi seks ini memicu pengurangan populasi penduduk Jepang. Bahkan Elon Musk memprediksi negara Jepang akan gulung tikar karena dilanda resesi seks. Resesi seks terjadi karena penduduk usia muda Jepang tidak mau kawin dan mempunyai anak sehingga populasi penduduk Jepang menurun drastis. Negara industri maju akan mengalami resesi seks karena dipengaruhi gaya hidup yang serba praktis dan individualis.
Resesi ekonomi di Eropa berimbas kepada ekonomi dunia. Negara Eropa yang selama ini menjadi penguasa perekonomian dunia tidak bisa mempertahankan kedigdayaan ekonominya sehingga berpengaruh pada ekonomi negara lain. Diprediksi ekonomi dunia tahun 2024 ini suram. Makanya banyak negara membatasi ekspor pangannya karena dikhawatirkan resesi ekonomi ini akan berimbas kepada mahalnya harga makanan pokok. Buktinya India melarang untuk eksport beras ke negara lain. Indonesia yang kekurangan beras harus pontang-panting mencari pasokan beras agar kebutuhan beras tercukupi di dalam negeri. Apakah resesi ekonomi sekarang akan menjadi pemicu perang dunia? Kalau melihat sejarah meletusnya perang dunia salah satu penyebabnya adalah krisis ekonomi. Perang dunia pertama dipicu karena perlombaan ekonomi antar aliansi negara Eropa yang mengakibatkan krisis ekonomi. Begitu juga perang dunia kedua meletus dipicu adanya krisis ekonomi (malaise) di Eropa. Apakah resesi ekonomi di Eropa sekarang akan memicu perang dunia?
Secara fakta sekarang sudah terjadi perang dunia walaupun tidak diakui sebagai perang dunia. Perang dunia adalah perang yang melibatkan banyak negara di dunia. Saat ini di Eropa terjadi perang antara Rusia dan Ukraina yang didukung penuh oleh aliansi NATO yang beranggotakan sekitar 28 negara Eropa. Artinya di Eropa sekarang terjadi perang besar yang melibatkan sekitar 30 negara Eropa. Di belahan dunia lain -TImur Tengah- ada perang Gaza yaitu perang antara Palestina melawan penjajah Israil yang didukung oleh Amerika dan negara Eropa. Perang di TImur Tengah ini tidak hanya melibatkan Palestina, Israil saja akan tetapi juga melibatkan Yaman, Amerika, Iran, Iraq, Suriah, Libanon, Inggris, Jerman dan negara Eropa lainnya. Di belahan benua lain yaitu Amerika Latin ada perang antara Guyana dan Venezuela. Di benua Afrika terjadi perang mengusir Prancis yang sudah bertahun-tahun menjajah banyak negara Afrika. Di Asia juga terjadi krisis perang yaitu antara Tiongkok dan Taiwan, Tiongkok dan Filipina. Sebenarnya kita sudah memasuki perang dunia akan tetapi tidak sevulgar perang dunia satu dan dua.
Krisis ekonomi di Eropa jelas berimbas pada krisis ekonomi dunia. Wajar saja jika pemerintah kita mengamankan pasokan pangan agar tidak terjadi krisis yang mungkin akan berkepanjangan ini. Krisis ekonomi ini akan berimbas pada krisis pangan. Bukan tidak mungkin negara ini akan menjadi wilayah yang diperebutkan oleh negara besar yang ingin menguasai sumber daya ekonomi. Ingat program hilirisasi bahan mentah oleh presiden Joko Widodo membuat banyak pabrik di Eropa gulung tikar. Bisa jadi negara Eropa akan menyerang dan menguasai negara ini dikarenakan kaya akan sumber daya alam. Wajar saja jika pemerintah melakukan pembelian alutsista besar-besaran untuk pertahanan. Pembuatan alutsista dalam negeri pun dikebut demi menjaga teritori negara ini sebagai bentuk usaha preventif jika terjadi perang dunia. Kondisi pemanasan perang dunia ada di halaman depan negara kita yaitu antara Tiongkok dan Taiwan. Bukan tidak mungkin jika pecah perang Tiongkok dan Taiwan negara ini bisa terseret dalam perang tersebut. Belum lagi semakin memanasnya hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Betul kita cinta damai akan tetapi harus siap dengan terjadinya perang. Cinta damai juga harus siap perang. Semoga resesi ekonomi di Eropa segera berakhir dan tidak memicu perang dunia.